Kaskus

Story

longtoonnggAvatar border
TS
longtoonngg
You are The Watermelon Of Our Friend
Assalamualaikum saudara. . . .
Saya mau nyobak nulis thread ke dua saya disini setelah thread pertama saya sepi dan gak keurus karena kesibukan. hahaha emoticon-Ngakak
Cerita ini tentang cerita pribadi saya yang masih beberapa bulan lalu.
Mungkin dari segi cerita tidak begitu mengharuhkan atau membosankan tapi saya ingin membaginya dengan teman-teman semua.

"Tentang ketika semua, waktu, harta dan usaha terangkum menjadi sahabat terbaik bukan sandaran jiwa"

Saya menghandirkan
"You are The Watermelon Of Our Friend"
(Kamu adalah hal terbesar dalam persabatan kita)

Saya kasih lagu pembuka untuk menemani cerita ini.
Dari Kerispatih - Tertatih

emoticon-Kaskus Radio



Aku berjalan di dalam kesendirian
Aku mencoba tak mengingat mu, tak mengenang mu
Aku t'lah hancur lebih dari berkeping-keping
Karna cintaku karna rasaku
Yang tulus padamu

Begitu dalamnya aku terjatuh
Dalam kesalahan rasa ini

Reff:
Jujur aku tak sanggup, aku tak bisa
Aku tak mampu dan aku tertatih
Semua yang pernah kita lewati
Tak mungkin dapat ku dustai
Meskipun harus tertatih

Begitu dalamnya aku terjatuh
Dalam kesalahan rasa ini

Reff:
Jujur Aku tak sanggup, aku tak bisa
Aku tak mampu dan aku tertatih
Semua yang pernah kita lewati
Tak mungkin dapat ku dustai
Meskipun harus tertatih


Ketika aku mendengar lagu ini, aku selalu ingat dia. Lagu ini adalah lagu pertama yang ku nyanyikan untuk dia dan tak kirim lewat video youtube.
Iya dia. . . Yang jauh disana yang sudah mempunyai sandara hatinya.
Dan mungkin saat ini aku sudah di lupakan.
Sebagai sahabat, sebagai teman atau pun sebagai seseorang yang pernah memberi segalanya. emoticon-Mewek
Ini adalah pengalaman pahit dari ku setahun yang lalu.
Mari kita simak langsung saja ceritanya.
Dan niat ku cerita ini mau tak bukukan tapi takut gak laku makanya kalau emang laris dan menarik mau tak bukukan. emoticon-Ngakak

emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2

PROLOG

Aku menyambar jaket levis hitam dan helm hitam yang ku letakan di teras. Aku bergegas menaikin Vega ZR putih yang keliatannya siap untuk tancap gas.

“Mau ke mana Ndre hari libur gini?” tanyak Pak Taip yang sedang asik duduk di depan gang. Pak Taib adalah pemilik toko di samping gang. Seperti biasa dia selalu menyapaku dengan pertanyaan atau guraunnya.

“Mau ke Surabaya pak”, Aku menyempatkan diri untuk menyapa tetangga atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tetangga yang di lontarkan kepadaku. Karena hari ini libur dan masih jam7 aku sudah terlihat tergesa-gesa mengejar sesuatu. Makanya tetangga pada heran dan banyak pertanyaan yang berhamburan.

“Mari pak, duluan”, lanjut Budi berpamitan sambil menyalakan sepedanya. Tak lama setelah suara deru sepeda motornya terdengar, ia perlahan menghilang dari pandangan Pak Taib yang masih asik duduk.

Ya, aku mengejar kereta api jakarta-surabaya yang sedang membawah seseorang yang spesial buatku hari ini. Kira-kira jam 7.30 dia akan tiba di stasiun pasar turi. Aku tidak ingin kehilangan setiap detik untuk melihatnya. Sudah sejak 2 tahun lalu aku belum melihatnya lagi. Lebaran terakhir, dia hanya mengucapkan minal aidzin lewat pesan singkat. Karena padatnya jadwal pekerjaannya, dia tidak pernah bisa pulang ke tempat kelahirannya. Dia menetapkan untuk bekerja di Jakarta setelah lulus dari PTTD PMI. Dia menandatangani kontrak selama 7tahun dan mengabdi untuk PMI. Dia ingin membahagiakan Adik dan Ibunya sepeninggal Ayahnya. Karena hanya ini jalan satu-satunya, menurutnya dan karena suatu alasan lainnya.

Beberapa hari lalu dia memberitahuku kalau dia akan pulang minggu nanti. Dia mengambil cuti selama 3hari karena dia sangat merindukan keluarganya jadi dia membuat alasan apa pun untuk bisa pulang.
Biar pun kita jarang berkomunikasi 'karena suatu alasan' tapi ketika pulang dia selalu memberitahuku. Selama 2 tahun ini aku selalu menunggu. emoticon-Kiss untuk hatinya. emoticon-Angel

“Sudah jam 07.00”, gumam Budi yang beberapa kali melirik jam tangan silver di sebelah kirinya ketika terhenti di persimpangan lampu merah.
Seperti yang sudah di perkirakan Budi, kemacetan jalan besar di Surabaya adalah kendala yang paling utama untuknya bertemu dengannya, apa lagi ini hari libur. Suara klakson, bising knalpot dan polusi sepanjang jalan tak menggangu pikiran Budi.

Dia hanya memikirkan apa yang harus dikatakan ketika bertemu dengan Fara nanti.
Opsi :
1. "hay"
2. "gimana kabarnya?"
3. "kamu keliatan tambah cantik saja!"
"arrggg. . . tidak, tidak GOMBAL" emoticon-Marah

Bunyi klakson sepeda dibelakang Budi terdengar sangat keras. Dia hampir saja menabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang di depannya dan membuat pengendara belakangnya banting setir. Untung saja tidak ada kecelakaan yang terjadi dan pengendara dibelakang Budi bisa mengatasi rem mendadak yang dilakukan Budi.

"WOI, bodoh LU! GAK PUNYA MATA APA?" ujar beberapa pengendara yang menyalipku.

"Mas kalau jalan liat depan bukan kesamping" ujar seseorang di depanku


**********


Laju kereta pun melambat. Tak lama kemudian kereta terhenti di Stasiun Pasar Turi. Guncangan kereta yang di sebabkan oleh rem membuat Fara terbangun dari tidurnya.

"Mbak-mbak sudah sampai di surabaya", ujar seorang pria yang duduk di sampingnya.

"Hoaam. Udah sampai ya mas? Beberapa menit lagi deh", jawab Fara sambil melanjutkan tidurnya.

"Ya sudah, aku tinggal dulu mbak. Hati-hati keretanya berangkat lagi ntar gak jadi ketemu ibunya loh" ujar pria itu lagi sambil meninggalkan Fara.

Mendengar kata Ibunya, Fara langsung terbangun dan bergegas keluar gerbong. Kupingnya mungkin sangat peka ketika seseorang berujar tentang ibunya karena dialah orang yang paling Fara rindukan dan alasan mengapa Fara pulang. emoticon-Kiss

Perjalanan 18jam tidak membuat perempuan berkacamata ini terlihat kusam. Dia masih terlihat cantik dengan tatanan rapi krudung polosnya, keadaannya sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia baru saja bangun tidur beberapa menit lalu.

“Akhirnya sampai juga” gumam Fara ketika keluar gerbong.

Fara masih belum beranjak dari tempatnya setelah keluar. Matanya berputar ke kanan ke kiri di ikuti oleh kepala dan tubuhnya. Dia mengamati orang yang lewat di depannya dengan membawah satu tas jinjing di tangan kanannya. Berharap menemukan seseorang yang dia kenal yang berjanji untuk menjemputnya. emoticon-Bingung

“Hei?”, sapaku dari belakang sambil menepuk bahunya yang membuat Fara kaget.

“Eh. .” secara spontan Fara menoleh ke belakang.

“Lama banget, woi” ujar Fara sambil memoyongkan bibirnya.

“Maaf” jawabku itu sambil tertawa kecil membuat Fara juga ikut tersenyum.

Ntah berepa lama kita berdiri disana. Kita hanya berdiam-diaman berdiri di depan pintu masuk stasiun sampai kerumunan orang yang berhamburan tadi menjadi sepi. Tapi kita menikmati kediaman ini karena terkadang dengan diam, bisa menjelaskan apa yang tidak bisa dikatakan. Kita seperti menikmati kerinduan yang selama ini ada. Tapi apakah Fara merindukannya?

“Pulang yuk” ujarku itu lagi tanpa memberi kesempatan Fara menjawab, aku berjalan menuju tempat dimana sepedaku parkir.
Fara cuma bisa tersenyum memandang punggungku.

“Terima kasih untuk selama ini ya”, ujar Fara lirih

"Hah? Apa?" tanyaku karena tidak mendengar apa yang yang Fara ucapkan karena terlalu pelan

"Eh. enggak."
"Ayo cepet, ih, lambat" ujarnya yang berlari kecil meninggalkanku yang melamun dan mencoba mencerna apa yang di katakan Fara barusan.

"Eh. tungguin bentar" jawabku sambil menyusul Fara.

emoticon-Ngaciremoticon-Ngacir emoticon-Ngacir

emoticon-Kaskus Radio



Kamu tau Fara? Aku sangat merindukanmu. emoticon-Mewek


#NB : Perkenalkan nama saya Mochammad Andre Faishal. Umur saya mau 21 tahun. Dan saya kuliah di Universitas Negeri Malang.
Salam kenal dan selamat menikmati kisah saya. emoticon-Smilieemoticon-Kiss
Cuma itu saja dari saya. Kalau cerita ini sampai part akhir mungkin saya akan mempublis fotonya emoticon-Ngakak
Diubah oleh samanosuke20 18-10-2014 23:10
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan