- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Outdoor Adventure & Nature Clubs
Patah Hati? Mendaki Gununglah!


TS
artcohol82
Patah Hati? Mendaki Gununglah!
Selamat pagi, siang, sore dan malam agan dan aganwati semua ini thread pertama ane di OANC khususnya dan di kaskus pada umumnya. Semoga tidak repost
Sebenernya ini tulisan bini ane gan semoga agan2 dan aganwati2 semua berkenan membacanya, doi minta di upload in ke kaskus biar ga di bajak orang lain lagi kayak dulu nah ane sebagai suaminya disuruh cepet2 upload
Langsung aja gan cekidot:
Mereka yang bercengkerama dengan alam akan membawa pulang sebuah makna bahwa alam selalu mengajarkan tentang pentingnya melepaskan dan mengikhlaskan. Dari alam kita akan belajar tentang makna hidup dan cinta sebenar-benarnya – Ransel Hitam
“Jika kau patah hati, berjalanlah!”
Begitu kalimat yang sering saya baca maupun ucapan yang sering terdengar dari mulut kawan-kawan sesama pejalan. Ya, obat terhebat untuk mengobati hati yang remuk redam dan hancur berkeping-keping adalah dengan melakukan perjalanan. Namun jika boleh mengerucutkan kalimat tersebut saya lebih suka menggantinya dengan kalimat ini, “jika kau patah hati mendaki gununglah!”
Medio 2012. Tatkala semua mimpi dan asa yang saya rangkai begitu tinggi mendadak lebur dalam sekejap. Dengan segala keterpaksaan saya harus merelakan pergi sesuatu yang amat saya cintai. Daripada terus bersama namun saling menyakiti, maka melangkah di jalan masing-masing tanpa saling membebani adalah pilihan terbaik.
Badai itu datang begitu tiba-tiba dan cepat. Tanpa aba-aba. Saya yang tidak memiliki pertahanan sebelumnya langsung limbung dan jatuh. Seperti anak panah. Dia menusuk dengan tepat di dada. Hati saya tidak hanya patah, namun hancur berkeping-keping. Mungkin ini patah hati terhebat yang pernah saya rasakan.
Untunglah di saat itu banyak sahabat yang datang mendekat. Mengulurkan tangan membantu dan memapah saya untuk tegak berdiri dan mencoba berjalan lagi. Meski tertatih, namun pasti. Saya pun belajar melangkah dan menata hidup baru dengan segala keterbatasan yang ada.
Lantas sosok terdekat dalam hidup mengajak saya untuk mendaki gunung. “Anggap ini semacam perjalanan menziarahi diri,” ujarnya. Kala itu saya tidak berharap gunung mampu menyembuhkan luka. Saya hanya ingin melarikan diri sejenak dari semua duka.
Namun ternyata gunung memberikan banyak hal, jauh lebih banyak dari apa yang saya duga.
Dengan hati yang patah saya melangkah menyusuri jalanan terjal dan berliku. Di tengah kegelapan semesta saya tidak pernah tahu apa yang menghadang di depan. Entah jurang atau jalan datar yang terbentang. Yang harus saya lakukan adalah terus berhati-hati. Ini pelajaran pertama. Selama ini saya terlena dengan hidup dan tidak mempersiapkan terjadinya hal buruk. Saya tidak mempersiapkan hati saya untuk terluka. Padahal bukankah belajar mengikhlaskan dan melepaskan pergi itu bagian dari pendewasaan?
Bercengkerama dengan gunung membuat saya belajar tentang pentingnya bersiap menghadapi segala ketidakpastian. Cuaca yang berubah dengan cepat dan kita harus tanggap. Rinai hujan, halimun, terik mentari, semua datang silih berganti. Kita tidak bisa menghindari. Satu hal yang harus dilakukan, hadapi. Begitupun hidup. Hadapi semua persoalan dengan gagah berani!
Gunung yang besar membuat saya merasa begitu kerdil. Akhirnya persoalan patah hati menjadi kepingan butiran debu di tengah agungnya semesta. Patah hati bukanlah apa-apa. Masih banyak problematika lainnya yang terbentang di depan. Jangan mudah kalah oleh hati yang patah.
Edelweis yang tersenyum riang, pucuk cantigi yang tertimpa mentari, kelopak dandelion yang berterbangan tertiup angin, sentuhan lembut halimun, aroma pinus dan tanah basah, mentari yang perlahan lindap di awan maupun muncul di batas cakrawala, serta keindahan-keindahan lain yang ditemui di sepanjang jalan membuat saya sadar bahwa hidup ini indah kawan. Jangan habiskan hidup untuk meratapi diri!
Dan ketika keindahan-keindahan itu tidak bisa kita saksikan karena cuaca yang tidak mendukung, kita harus belajar menerima. Bukankah tidak semua hal bisa terjadi seperti yang kita ingini? Ikhlas ketika semua harus terlepas.
Seperti puncak yang bukanlah tujuan akhir dari pendakian, patah hati pun bukan akhir dari segalanya. Itu adalah awal mula untuk sesuatu yang baru. Satu hati pergi, masih banyak hati lain yang menanti dan bisa disinggahi. Asal kita mau membuka diri dan membuka hati.
Mendaki gunung membuat saya belajar melihat episode patah hati dalam sudut yang berbeda. Esensi mendaki gunung bukan hanya selamat sampai puncak, namun juga selamat hingga tiba di rumah. Begitupun hati. Hati yang kuat bukan hanya milik mereka yang sembuh dari fase patah hati, namun bisa move on dan berani jatuh cinta lagi.
Sepulang dari mendaki luka saya memang tidak serta merta sembuh. Namun setidaknya saya bisa menerima semua yang terjadi dengan hati yang lapang. Saya belajar merelakan. Saya belajar melepaskan. Saya belajar mengikhlaskan. Saya belajar menapaki jalan turun dengan sukacita. Ini memang episode hidup yang harus ditempuh. Bukankah menertawakan kegetiran hidup akan semakin memperingan langkah?
Jadi kawan, saran saya, jika kau sekarang sedang patah hati atau kelak mengalami patah hati maka mendaki gununglah. Percayalah, selalu ada pelajaran berharga dan hal indah yang bisa kau temui di luar sana!
Demikian gan thread dari ane yang masih newbie ini kalau agan dan aganwati suka silahkan komen gan dan jangan lupa

Kalau berkenan TS boleh donk minta
kalau kurang berkenan jangan kasih ane
maklum masih newbie masih butuh bimbingan agan dan aganwati sekalian.
Spoiler for "cek no repost":

Spoiler for "Yang kasih abu gosok dan cendol (Terima kasih agan/wati)":
Sebenernya ini tulisan bini ane gan semoga agan2 dan aganwati2 semua berkenan membacanya, doi minta di upload in ke kaskus biar ga di bajak orang lain lagi kayak dulu nah ane sebagai suaminya disuruh cepet2 upload

Langsung aja gan cekidot:
Spoiler for "Patah Hati? Mendaki Gununglah!":
Patah Hati? Mendaki Gununglah!
Mereka yang bercengkerama dengan alam akan membawa pulang sebuah makna bahwa alam selalu mengajarkan tentang pentingnya melepaskan dan mengikhlaskan. Dari alam kita akan belajar tentang makna hidup dan cinta sebenar-benarnya – Ransel Hitam
Spoiler for "Gunung, tempat sempurna untuk melarikan diri dan mengobati luka":

“Jika kau patah hati, berjalanlah!”
Begitu kalimat yang sering saya baca maupun ucapan yang sering terdengar dari mulut kawan-kawan sesama pejalan. Ya, obat terhebat untuk mengobati hati yang remuk redam dan hancur berkeping-keping adalah dengan melakukan perjalanan. Namun jika boleh mengerucutkan kalimat tersebut saya lebih suka menggantinya dengan kalimat ini, “jika kau patah hati mendaki gununglah!”
Medio 2012. Tatkala semua mimpi dan asa yang saya rangkai begitu tinggi mendadak lebur dalam sekejap. Dengan segala keterpaksaan saya harus merelakan pergi sesuatu yang amat saya cintai. Daripada terus bersama namun saling menyakiti, maka melangkah di jalan masing-masing tanpa saling membebani adalah pilihan terbaik.
Badai itu datang begitu tiba-tiba dan cepat. Tanpa aba-aba. Saya yang tidak memiliki pertahanan sebelumnya langsung limbung dan jatuh. Seperti anak panah. Dia menusuk dengan tepat di dada. Hati saya tidak hanya patah, namun hancur berkeping-keping. Mungkin ini patah hati terhebat yang pernah saya rasakan.
Untunglah di saat itu banyak sahabat yang datang mendekat. Mengulurkan tangan membantu dan memapah saya untuk tegak berdiri dan mencoba berjalan lagi. Meski tertatih, namun pasti. Saya pun belajar melangkah dan menata hidup baru dengan segala keterbatasan yang ada.
Lantas sosok terdekat dalam hidup mengajak saya untuk mendaki gunung. “Anggap ini semacam perjalanan menziarahi diri,” ujarnya. Kala itu saya tidak berharap gunung mampu menyembuhkan luka. Saya hanya ingin melarikan diri sejenak dari semua duka.
Namun ternyata gunung memberikan banyak hal, jauh lebih banyak dari apa yang saya duga.
Dengan hati yang patah saya melangkah menyusuri jalanan terjal dan berliku. Di tengah kegelapan semesta saya tidak pernah tahu apa yang menghadang di depan. Entah jurang atau jalan datar yang terbentang. Yang harus saya lakukan adalah terus berhati-hati. Ini pelajaran pertama. Selama ini saya terlena dengan hidup dan tidak mempersiapkan terjadinya hal buruk. Saya tidak mempersiapkan hati saya untuk terluka. Padahal bukankah belajar mengikhlaskan dan melepaskan pergi itu bagian dari pendewasaan?
Bercengkerama dengan gunung membuat saya belajar tentang pentingnya bersiap menghadapi segala ketidakpastian. Cuaca yang berubah dengan cepat dan kita harus tanggap. Rinai hujan, halimun, terik mentari, semua datang silih berganti. Kita tidak bisa menghindari. Satu hal yang harus dilakukan, hadapi. Begitupun hidup. Hadapi semua persoalan dengan gagah berani!
Gunung yang besar membuat saya merasa begitu kerdil. Akhirnya persoalan patah hati menjadi kepingan butiran debu di tengah agungnya semesta. Patah hati bukanlah apa-apa. Masih banyak problematika lainnya yang terbentang di depan. Jangan mudah kalah oleh hati yang patah.
Edelweis yang tersenyum riang, pucuk cantigi yang tertimpa mentari, kelopak dandelion yang berterbangan tertiup angin, sentuhan lembut halimun, aroma pinus dan tanah basah, mentari yang perlahan lindap di awan maupun muncul di batas cakrawala, serta keindahan-keindahan lain yang ditemui di sepanjang jalan membuat saya sadar bahwa hidup ini indah kawan. Jangan habiskan hidup untuk meratapi diri!
Spoiler for "Mentari yang muncul di ketinggian Merapi. Hidup itu indah kawan!":

Dan ketika keindahan-keindahan itu tidak bisa kita saksikan karena cuaca yang tidak mendukung, kita harus belajar menerima. Bukankah tidak semua hal bisa terjadi seperti yang kita ingini? Ikhlas ketika semua harus terlepas.
Seperti puncak yang bukanlah tujuan akhir dari pendakian, patah hati pun bukan akhir dari segalanya. Itu adalah awal mula untuk sesuatu yang baru. Satu hati pergi, masih banyak hati lain yang menanti dan bisa disinggahi. Asal kita mau membuka diri dan membuka hati.
Mendaki gunung membuat saya belajar melihat episode patah hati dalam sudut yang berbeda. Esensi mendaki gunung bukan hanya selamat sampai puncak, namun juga selamat hingga tiba di rumah. Begitupun hati. Hati yang kuat bukan hanya milik mereka yang sembuh dari fase patah hati, namun bisa move on dan berani jatuh cinta lagi.
Spoiler for "Bebas, lepas! Ku tinggalkan semua beban di hatiku!":

Sepulang dari mendaki luka saya memang tidak serta merta sembuh. Namun setidaknya saya bisa menerima semua yang terjadi dengan hati yang lapang. Saya belajar merelakan. Saya belajar melepaskan. Saya belajar mengikhlaskan. Saya belajar menapaki jalan turun dengan sukacita. Ini memang episode hidup yang harus ditempuh. Bukankah menertawakan kegetiran hidup akan semakin memperingan langkah?
Jadi kawan, saran saya, jika kau sekarang sedang patah hati atau kelak mengalami patah hati maka mendaki gununglah. Percayalah, selalu ada pelajaran berharga dan hal indah yang bisa kau temui di luar sana!
Demikian gan thread dari ane yang masih newbie ini kalau agan dan aganwati suka silahkan komen gan dan jangan lupa



Kalau berkenan TS boleh donk minta


Spoiler for "Agan dan aganwati yg mampir dan komen":
Quote:
Original Posted By priqitiwww►hmmm 

Quote:
Original Posted By litshenksekoto►Saran yg bagus gan dri pada bunuh diri
Quote:
Original Posted By fastarif►kalau beruntung bisa dapet jodoh gan
apalagi pas naik ketemu IGO
ane pernah ketemu bule malah cantiknyuaaaaaa
matabelo


ane pernah ketemu bule malah cantiknyuaaaaaa

Quote:
Original Posted By Jalu.Robert►kyk nobita kalo patah hati larinya k bukit belakang sekolah 
istilahnya semedi beberapa saat, tapi kerjaan di dunia nyata semakin menumpuk

istilahnya semedi beberapa saat, tapi kerjaan di dunia nyata semakin menumpuk

Quote:
Original Posted By ID*x►inget jaman dulu,, 
patah hati ditinggal kimpoi, soloan ke dempo 2 hari
#curhat

patah hati ditinggal kimpoi, soloan ke dempo 2 hari

#curhat
Quote:
Quote:
Original Posted By robotjitu►episode patah hati :
"Takkan lari gunung dikejar...
hanya gunung yg selalu setia menunggu kita datang setelah walau tak kembali"
"Takkan lari gunung dikejar...
hanya gunung yg selalu setia menunggu kita datang setelah walau tak kembali"
Quote:
Original Posted By jenong26►Ane perempuan patah hati, uda niat naik gunung tapi temen ane yg laki2 rata2 g doyan naik gunung
jadi mesti gmana

Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By javanese.people►wah...jadi ingat jaman dulu waktu hatiku hancur 
klo ane sih dulu jalan sendiri ke pantai, snorkling sampai capek sambil menunggu matahari terbenam
mencari ketenangan batin

klo ane sih dulu jalan sendiri ke pantai, snorkling sampai capek sambil menunggu matahari terbenam
mencari ketenangan batin
Quote:
Original Posted By fokuskus►Hmm ni TS nya abis patah hati juga ya. Tapi emang jalan jalan bisa jadi obat patah hati.
Quote:
Original Posted By Loopz►patah hati, mendaki gununglah 
emang iya sih, kita jadi lebih mensyukuri karunia Tuhan yang paling indah. bahwa kita ini gak ada apa2nya, hidup ini indah. gak perlu meratapi

emang iya sih, kita jadi lebih mensyukuri karunia Tuhan yang paling indah. bahwa kita ini gak ada apa2nya, hidup ini indah. gak perlu meratapi

Quote:
Original Posted By ibnu.fath►pernah2 patah hati... langsung daki solo dekem di Lawu 2 hari 2 malem 
pas turun langsung plong (yaiyalah makanan abis
)

pas turun langsung plong (yaiyalah makanan abis

Quote:
Original Posted By rulfanz►Serius ini, ane sebulanan ini patah hati gara2 ditinggal secara mendadak, suka galau g jelas, stalking medsos lima menit sekali, pas kemarin abis daki, Alhamdulillah sekarang udah agak plong, alam emang selalu jadi teman terbaik ya 

Quote:
Original Posted By kaiyuji►Ane dah melakukan hal ini gan.....naik gunung membuat ane mensyukuri begitu byk nikmat yg dikucurkan sang ilahi....bahkan sakitpun merupakan kenikmatan dalam bentuk lain ..di gunung jg bisa belajar bahwa rasa "keakuan" yg kita punya bukanlah apa2....
Jadi ttp melangkah....menanjak menurun menuju puncak kehidupan....
Jadi ttp melangkah....menanjak menurun menuju puncak kehidupan....
Quote:
Original Posted By songosiji►kalo lagi galau mending jangan gan, ga konsen bisa terperosok
Quote:
Original Posted By togarski►Melting bgt bacanya hehehe tulisannya memotivasi untuk para pendaki galau "karena Sunrise lebih nikmat dari ejakulasi" peaceeeeee
Quote:
Original Posted By HerryMasafumi►daripada ngejar cewek yang pada nantinya selalu lari, mending berjalan menuju ke puncak yang selalu menunggu kita untuk disinggahi....
Quote:
Original Posted By budy.hh23►temen2 ane pada hobi tracking gan , ane pngn ikut cmn belom beli perlengkapan , hehe .
ane sih biasanya kalo lg patah hati pergi ke pantai , sambil merenung , hahahay
ane sih biasanya kalo lg patah hati pergi ke pantai , sambil merenung , hahahay
Quote:
Original Posted By jrsmith►kalo ane sih no cingcong gan , ga usah nunggu patah hati , kalo mau naek ya naek aja asal ada temennya n budget tersedia

Quote:
Original Posted By medan87►hahahhaha...jadi malu...kebiasaan ane ini...
teman putus cinta, temanin curhat di gunung...galau karna skripsi gak kelar2 naik gunung...cinta ditolak naik gunung...pas mau resign naik gunung...hahahaahahahaaha
gunung itu tempat curhat sama Tuhan (dan sahabat) paling megah..karna berada di puncak kita bisa lebih dekat sama Tuhan dr sebelum nya (secara batin dan ketinggian)
teman putus cinta, temanin curhat di gunung...galau karna skripsi gak kelar2 naik gunung...cinta ditolak naik gunung...pas mau resign naik gunung...hahahaahahahaaha
gunung itu tempat curhat sama Tuhan (dan sahabat) paling megah..karna berada di puncak kita bisa lebih dekat sama Tuhan dr sebelum nya (secara batin dan ketinggian)
Quote:
Original Posted By fermanahadi►Patah hati ataupun kagak. Tetep naik gunung gan. 

Quote:
Original Posted By gogo88►gunung mengajarkan untuk dewasa dan sederhana.. berjalanlah.. melangkahlah.. tempuhlah.. dan lihatlah kado apa yang kita dapat nanti.. 

Quote:
Quote:
Quote:
Original Posted By slayerbatik►wah ini...ada benernya juga sih, bisa bebas, tapiiiiii.........
share pengalaman temen ane yah gan,

share pengalaman temen ane yah gan,
Spoiler for :
Jadi ceritanya temen ane, sebut aja Alin, ini habis putus sama cowoknya gegara ada cewek lain. Pas itu ada acara nanjak ma temen ane, berangkatlah kita bareng beberapa temen lain ke welirang. Sampe sana, dia nggak pengen muncaak gan, cz emang dy niatan ngilangin penat n sakit ati, jadi kita ngecamp di pondok'an (bener gak ya namanya, lupa
) sebagian yang laen lanjut muncak. Disitu kita udah ketawa ketiwi nikmatin suasana.
Malam tiba, ane sama Alin nongkrong di warung yang ada disitu, pesen teh panas sama kopi susu sambil ngemil gorengan, wah...wenak pokoknya. Nggak berapa lama, dateng rombogan beberapa cowok baru turun. Dan ternyata eh ternyata, mereka dari mapala kampus nya mantan temen ane. Jadi deh, si Alin ini gagal move on, keinget mantanya lagi (dan mantannya itu juga anggota mapala, untungny lagi nggak ikut)
Drama dimulai deh. Karena dari kota yang sama, kita jadinya akrab ngobrol gitu. Dari kitanya sih nggak ada yang kenal, tapi ternyata dari mereka ada yang ngenalin Alin tuh ceweknya temen mereka. Jadi deh kadang di sindir2, "Oh...jadi kamu yang 'itunya' si Rio ya?", ane sama Alin cuma nyengir aja. Dan nggak berapa lama, ternyata dateng lagi temen mereka, kali ini ada ceweknya gan. Langsung gabung kan ya. Daaaann....beneran ini udah nggak bisa lari dari kenyataan gan, tuh cewek ternyata orang ketiganya Rio. Lengkap sudah penderitaan si Alin. Move on enggak, tambah galau yang iya.
Awalnya ane kira si Alin ini bakal mewek bombay gegara malah ketemu si orang ketiga, ternyata eh ternyata dy malah ngakak gulung2. Dia bilang gini ke ane, "Lha iya, maksud hati lari ke gunung biar bisa fresh dari mantan, eh...malah ketemu selingkuhannya. Sakit sih, tapi beneran nggak nyangka. Malah pengen ketawa. Kalo udah gini, mw lari kemana lagi coba? wkwkwk. Hadapi dengan senyuman deh"
Gegara itu, ane sama Alin semaleman curhat tentang mantan deh. Paaginya, dihukum suruh masak sama temen2 setenda yang pada nggak bisa tidur gara2 kita ngobrol semaleman.




Malam tiba, ane sama Alin nongkrong di warung yang ada disitu, pesen teh panas sama kopi susu sambil ngemil gorengan, wah...wenak pokoknya. Nggak berapa lama, dateng rombogan beberapa cowok baru turun. Dan ternyata eh ternyata, mereka dari mapala kampus nya mantan temen ane. Jadi deh, si Alin ini gagal move on, keinget mantanya lagi (dan mantannya itu juga anggota mapala, untungny lagi nggak ikut)

Drama dimulai deh. Karena dari kota yang sama, kita jadinya akrab ngobrol gitu. Dari kitanya sih nggak ada yang kenal, tapi ternyata dari mereka ada yang ngenalin Alin tuh ceweknya temen mereka. Jadi deh kadang di sindir2, "Oh...jadi kamu yang 'itunya' si Rio ya?", ane sama Alin cuma nyengir aja. Dan nggak berapa lama, ternyata dateng lagi temen mereka, kali ini ada ceweknya gan. Langsung gabung kan ya. Daaaann....beneran ini udah nggak bisa lari dari kenyataan gan, tuh cewek ternyata orang ketiganya Rio. Lengkap sudah penderitaan si Alin. Move on enggak, tambah galau yang iya.
Awalnya ane kira si Alin ini bakal mewek bombay gegara malah ketemu si orang ketiga, ternyata eh ternyata dy malah ngakak gulung2. Dia bilang gini ke ane, "Lha iya, maksud hati lari ke gunung biar bisa fresh dari mantan, eh...malah ketemu selingkuhannya. Sakit sih, tapi beneran nggak nyangka. Malah pengen ketawa. Kalo udah gini, mw lari kemana lagi coba? wkwkwk. Hadapi dengan senyuman deh"
Gegara itu, ane sama Alin semaleman curhat tentang mantan deh. Paaginya, dihukum suruh masak sama temen2 setenda yang pada nggak bisa tidur gara2 kita ngobrol semaleman.




Quote:
Original Posted By wibie23►bener juga tuh, bagi orang2 yg sering putus cinta dan galau. buat refreshing otak gan
Quote:
Original Posted By EbiiKECIL►setuju sekali kaka, hal yg belum lama saya lakukan karna kadang hasil tidak selalu seperti apa yg kita bayangkan dan itu benar adanya alam membuat saya belajar untuk lebih ikhlas menghadapi kenyataan 

Quote:
Original Posted By ayas29►gue setuju banget, gan 

Quote:
Quote:
Original Posted By yusufanzory►ini naik gunung yang mana gan? gunung bneran ato gunung yang.. ah sudahlah 

Quote:
Original Posted By castrenabd►Patah hati gimana gan, pacaar ajah ndaak punyaa 

Quote:
Original Posted By junapey►moment patah hati,,,
catper patah hati-nya mewakili kata hati saya,,,
sudah terwakilkan semua
(ketika) patah hati melanda,,menyatu dengan alam (naik gunung) adalah pelarian yang manis,,sebagai obat penenang, ,
tak jarang di tempat-tempat trtinggi-NYa itu, sy selalu berdoa dan mengubur setiap luka,berharap ketika saya kembali ke peradapan luka itu berangsur sembuh,walaupun pada kenyataan-nya masih butuh proses yang panjaang (hingga saat ini),tapi setidaknya gunung berperan sangat baik menolong, mengajarkan dan menjadi jalan untuk penyembuhan patah hati dan untuk lebih dekat kepada-Nya.
haduuhh kepanjangan komengnyaaa
catper patah hati-nya mewakili kata hati saya,,,

sudah terwakilkan semua

(ketika) patah hati melanda,,menyatu dengan alam (naik gunung) adalah pelarian yang manis,,sebagai obat penenang, ,
tak jarang di tempat-tempat trtinggi-NYa itu, sy selalu berdoa dan mengubur setiap luka,berharap ketika saya kembali ke peradapan luka itu berangsur sembuh,walaupun pada kenyataan-nya masih butuh proses yang panjaang (hingga saat ini),tapi setidaknya gunung berperan sangat baik menolong, mengajarkan dan menjadi jalan untuk penyembuhan patah hati dan untuk lebih dekat kepada-Nya.
haduuhh kepanjangan komengnyaaa

Spoiler for "sumber":
Diubah oleh artcohol82 24-10-2014 10:45




nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
23.3K
Kutip
191
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan