

TS
soekasir
KUMPULAN PUISI (SAHABAT KUPU)
SELAMAT DATANG
dirumah baru puisi ane, semua puisi di thread ini asli hasil karya ane sendiri!
dirumah baru puisi ane, semua puisi di thread ini asli hasil karya ane sendiri!
Spoiler for Sedikit tentang ane dan puisi:

Ane memang suka puisi sejak kecil gan, dimulai dari blog bertema puisi yang mana blognya sudah ane ubah wajahnya. Terus ane membuat Fanspage Kumpulan Puisipada Mei 2011 yang hingga sekarang masih aktif dan tetap update setiap hari, jadi fanspage ane sudah ada ratusan puisi gan, bahkan ribuan gan. gak ngitung sih ane

Pengurus fanspage itu bukan hanya ane, ane cuman admin utama dan jarang-jarang update puisi. Pengurus fanspage itu ada 8, dan Alhamdulillah dua dari pengurus sudah nerbitin buku tentang kumpulan puisinya gan, Alhamdulillah yah. Tinggal ane yang nyusul gan, soalnya belum ada niatan plus dana dan juga kurangnya pengetahuan tentang penerbitan gan.
Nah karena ane Kaskuser newbie yang reputasinya buruk gara-gara kenak bata



DIBAWAH INI KUMPULAN PUISI ANE GAN
Quote:
Spoiler for 5 Puisi:
Spoiler for Mana Yang Baik?:
Mana yang baik?
2 calon presiden yang rusak
Sama-sama pembohong
Sama-sama penjahat
Sama-sama tak punya hati
Sama-sama tukang fitnah
Dalam kaca kampanye musuh
Lantas siapa pantas?
2 calon presiden yang hebat
Sama-sama jujur
Sama-sama arif
Sama-sama berhati mulia
Sama-sama bijak
Dalam kaca sendiri
Lantas siapa dipilih?
Ah, sama-sama rusak
Sama-sama hebat
Siapapun
Tetap kita diterik matahari
Dia diistana
2 calon presiden yang rusak
Sama-sama pembohong
Sama-sama penjahat
Sama-sama tak punya hati
Sama-sama tukang fitnah
Dalam kaca kampanye musuh
Lantas siapa pantas?
2 calon presiden yang hebat
Sama-sama jujur
Sama-sama arif
Sama-sama berhati mulia
Sama-sama bijak
Dalam kaca sendiri
Lantas siapa dipilih?
Ah, sama-sama rusak
Sama-sama hebat
Siapapun
Tetap kita diterik matahari
Dia diistana
Spoiler for Selalu Ada Indah:
Selalu Ada Indah
Cita-cita yang mahal
Menakuti anak-anakku
Jangankan sekedar mengatakan
"Aku ingin jadi .... "
Menghayalpun tak kubolehkan
Lihatlah nak, sekarang lihatlah
Alasan kenapa kularang bercita-cita
Mahal, cita-cita hatimu mahal
Dibeli murah oleh keserakahan
Apa aku salah?
Iming-iming masa depan
Untukmu nak, disekolah
Hanyalah bualan semata, hanya janji omong kosong
Agar kita mengeluarkan keringat untuk sekolah
Tapi nak! Melihatmu melihat anak sekolah
Aku merasa iba
Dengan keringat, nak! Kau ku berangkatkan
Tapi lihatlah nak, benar kataku
Apa aku salah lagi?
Pendidikan menengah atas tak menjunjung sejengkal derajatmu
Tak ada kerja untukmu
Masih sama sepertiku
Harus menjual sinar matahari dan air hujan
Tapi itulah nak, hidup selalu penuh omong kosong
Itulah indahnya kehidupan
Penuh mimpi, nak!
Cita-cita yang mahal
Menakuti anak-anakku
Jangankan sekedar mengatakan
"Aku ingin jadi .... "
Menghayalpun tak kubolehkan
Lihatlah nak, sekarang lihatlah
Alasan kenapa kularang bercita-cita
Mahal, cita-cita hatimu mahal
Dibeli murah oleh keserakahan
Apa aku salah?
Iming-iming masa depan
Untukmu nak, disekolah
Hanyalah bualan semata, hanya janji omong kosong
Agar kita mengeluarkan keringat untuk sekolah
Tapi nak! Melihatmu melihat anak sekolah
Aku merasa iba
Dengan keringat, nak! Kau ku berangkatkan
Tapi lihatlah nak, benar kataku
Apa aku salah lagi?
Pendidikan menengah atas tak menjunjung sejengkal derajatmu
Tak ada kerja untukmu
Masih sama sepertiku
Harus menjual sinar matahari dan air hujan
Tapi itulah nak, hidup selalu penuh omong kosong
Itulah indahnya kehidupan
Penuh mimpi, nak!
Spoiler for Aku, Hati Ini:
Aku, Hati Ini
Ajarkan aku bersih hati
Dalam, tegak, dan indah
Mengalir menyesuaikan diri
Menyejukkan seperti embun
Menerangi seperti matahari
Tak keruh seperti samudra
Ajarkan aku memiliki hati yg cantik
Meskipun tak ada yang mengerti
Mengagumi cantiknya hati
Menyadari atasnya
Aku tetap ingin memiliki hati yang cantik
Yang selalu menjadi baik, anggun, indah, tegak nan kokoh!
Tak perlu puja, tak ada dendam
Tak ada iri, tak ada dengki
Tak ingin menyakiti!
Aku ingin memiliki hati yang dalam!
Ajarkan aku bersih hati
Dalam, tegak, dan indah
Mengalir menyesuaikan diri
Menyejukkan seperti embun
Menerangi seperti matahari
Tak keruh seperti samudra
Ajarkan aku memiliki hati yg cantik
Meskipun tak ada yang mengerti
Mengagumi cantiknya hati
Menyadari atasnya
Aku tetap ingin memiliki hati yang cantik
Yang selalu menjadi baik, anggun, indah, tegak nan kokoh!
Tak perlu puja, tak ada dendam
Tak ada iri, tak ada dengki
Tak ingin menyakiti!
Aku ingin memiliki hati yang dalam!
Spoiler for Yang Tak Terungkap:
Yang Tak Terungkap
Lihatlah dalamnya mataku...
Yang cekung dan terlihat sayup...
Jangan kira tangis ku padamu...
Hanya saja, memikirkanmu dimalamku...
Membuat mataku nanar kekeringan...
Lihatlah embun berkuncup disenyumku...
Tumbuh seiring mekarnya bunga di taman hatiku...
Bukan karena cintamu menjadi subur...
Hanya saja, kau pandang mataku...
Yang mampu sirami lubuk hatiku...
Dengarlah suaraku yang menggebu...
Senada detak jantung hatiku...
Bukan anjing mengejar ditelungkup badanku...
Bukan juga karena engkau disampingku...
Hanya karena aku takut kerelativitasan waktu...
Mempercepat waktuku bersamamu...
Lihatlah dalamnya mataku...
Yang cekung dan terlihat sayup...
Jangan kira tangis ku padamu...
Hanya saja, memikirkanmu dimalamku...
Membuat mataku nanar kekeringan...
Lihatlah embun berkuncup disenyumku...
Tumbuh seiring mekarnya bunga di taman hatiku...
Bukan karena cintamu menjadi subur...
Hanya saja, kau pandang mataku...
Yang mampu sirami lubuk hatiku...
Dengarlah suaraku yang menggebu...
Senada detak jantung hatiku...
Bukan anjing mengejar ditelungkup badanku...
Bukan juga karena engkau disampingku...
Hanya karena aku takut kerelativitasan waktu...
Mempercepat waktuku bersamamu...
Spoiler for Yang Kau Tahu:
Yang Kau Tahu
Hanya tau perangai luarku.
Bagimu, Aku merasa nista.
Seandainya aku menjadi malaikat.
Pandangmu tentangku mungkin tetap sama.
Hanya tau kotak luarku.
Walaupun gamblang ku jelaskan.
Kau tak akan mengerti kedalamanku.
Tak mengerti ukiran maksudku.
Hanya tau apa yang kau dengar.
Setelah itu, kau tak mau mendengarku.
Entah apa yang kau ketahui.
Yang mengiasi aku dalam pandanganmu, aku tak tau.
Hingga kini, kau mungkin tak mau mengenalku?
Hanya tau perangai luarku.
Bagimu, Aku merasa nista.
Seandainya aku menjadi malaikat.
Pandangmu tentangku mungkin tetap sama.
Hanya tau kotak luarku.
Walaupun gamblang ku jelaskan.
Kau tak akan mengerti kedalamanku.
Tak mengerti ukiran maksudku.
Hanya tau apa yang kau dengar.
Setelah itu, kau tak mau mendengarku.
Entah apa yang kau ketahui.
Yang mengiasi aku dalam pandanganmu, aku tak tau.
Hingga kini, kau mungkin tak mau mengenalku?
Quote:
Spoiler for 5 Puisi:
Spoiler for Seringkali:
Seringkali
Seringkali, kau beri senyuman.
Yang membuat ku merasa di cinta.
Seringkali, kau beri sapaan.
Yg membuatku merasa disuka.
Barangkali, disenyumanmu, kutemukan benih cinta.
Barangkali, di sapaanmu, terucap kata cinta.
Dan seringkali, berhayal barangkali kau memang cinta.
Barangkali, suatu nanti, kita seringkali ucapkan cinta.
Tak hanya sekali, tapi sampai mati.
Seringkali, kau beri senyuman.
Yang membuat ku merasa di cinta.
Seringkali, kau beri sapaan.
Yg membuatku merasa disuka.
Barangkali, disenyumanmu, kutemukan benih cinta.
Barangkali, di sapaanmu, terucap kata cinta.
Dan seringkali, berhayal barangkali kau memang cinta.
Barangkali, suatu nanti, kita seringkali ucapkan cinta.
Tak hanya sekali, tapi sampai mati.
Spoiler for Sirna Sudah Kekasih:
Sirna Sudah Kekasih
Sirna sudah kekasih.
Hanya karena subuah janji.
Sirna sudah pujaan hati.
Hanya karna tak tepati janji.
Kini dan nanti, aku takan ulangi.
Kini dan nanti akan aku tepati.
Bolehkah berudu mencumbu kabut.
Lantaran ia merindu api.
Bolehkah sebuah janji dicabut.
Lantaran tak bisa menepati.
Sirna sudah kekasih, untuk kini dan lusa.
Sirna sudah kekasih.
Hanya karena subuah janji.
Sirna sudah pujaan hati.
Hanya karna tak tepati janji.
Kini dan nanti, aku takan ulangi.
Kini dan nanti akan aku tepati.
Bolehkah berudu mencumbu kabut.
Lantaran ia merindu api.
Bolehkah sebuah janji dicabut.
Lantaran tak bisa menepati.
Sirna sudah kekasih, untuk kini dan lusa.
Spoiler for Bunga Cinta:
Bunga Cinta
tumbuhlah bunga mawar...
pada badanku yang sedang mekar...
tumbuhlah menjadi belukar...
kuatkan tancapan tiap-tiap akar...
suburlah duhai cinta...
pada hatiku yg dirundung asmara...
menyebarlah pada tiap-tiap bulir darah...
dan dekap aku sampai relung jiwa...
tumbuhlah bunga mawar...
pada badanku yang sedang mekar...
tumbuhlah menjadi belukar...
kuatkan tancapan tiap-tiap akar...
suburlah duhai cinta...
pada hatiku yg dirundung asmara...
menyebarlah pada tiap-tiap bulir darah...
dan dekap aku sampai relung jiwa...
Spoiler for Yang Terlupakan:
Yang Terlupakan
senada awan menaungi..
pada kuncup hatiku membahana..
yang pernah terluka.. terpanah kekeringan..
kering keronta.. butuh air yang kian tiada..
setapak kaki kian menggemetar..
tertatih.. terluka dimata hati..
padahal kaki.. bukannya mata kaki..
itulah naluri.. walau tak berdaya, bisa saja terkadang berani..
seruling bambu terputus..
bukan patah anehnya..
laksana lidah lihai berkelok..
tak brdaya ketika kelu membuat beku..
kuncup bunga berbau sedap..
sedap? bukan wangi dikata..
seperti tempe dikata ikan..
bukan lauk disangka-sangka..
senada awan menaungi..
pada kuncup hatiku membahana..
yang pernah terluka.. terpanah kekeringan..
kering keronta.. butuh air yang kian tiada..
setapak kaki kian menggemetar..
tertatih.. terluka dimata hati..
padahal kaki.. bukannya mata kaki..
itulah naluri.. walau tak berdaya, bisa saja terkadang berani..
seruling bambu terputus..
bukan patah anehnya..
laksana lidah lihai berkelok..
tak brdaya ketika kelu membuat beku..
kuncup bunga berbau sedap..
sedap? bukan wangi dikata..
seperti tempe dikata ikan..
bukan lauk disangka-sangka..
Spoiler for Aku Layu:
Aku Layu
Tak pernah tahu dalamnya hatimu.
Karena engkau layu dan berdebu.
Yg kutahu hanya tutur katamu.
Yg katamu, kau suka dg sifat sederhanaku.
Aku bimbang, aku ragu.
Terlihat sedih ketika disampingmu.
Karena firasatku, kau takkan pernah jadi miliku.
Kau bilang, ku tak ingin bercinta.
Pada masa remaja yg ingin kau buat indah.
Aku terima lapang dadah.
Karena kau terlihat bijaksana.
Kau bilang engkau juga mencinta.
Kau buat aku menanti lama.
Aku ikhlas, demi cinta.
Karena aku membuat kisah hdup sederhana.
Dan berharap engkaulah putri ratunya.
Aku tetap bimbang, tetap ragu.
Akankah engkau benar jadi milikku?
Kita tunggu sang waktu, dan garis panjang yg terlentang!
Tak pernah tahu dalamnya hatimu.
Karena engkau layu dan berdebu.
Yg kutahu hanya tutur katamu.
Yg katamu, kau suka dg sifat sederhanaku.
Aku bimbang, aku ragu.
Terlihat sedih ketika disampingmu.
Karena firasatku, kau takkan pernah jadi miliku.
Kau bilang, ku tak ingin bercinta.
Pada masa remaja yg ingin kau buat indah.
Aku terima lapang dadah.
Karena kau terlihat bijaksana.
Kau bilang engkau juga mencinta.
Kau buat aku menanti lama.
Aku ikhlas, demi cinta.
Karena aku membuat kisah hdup sederhana.
Dan berharap engkaulah putri ratunya.
Aku tetap bimbang, tetap ragu.
Akankah engkau benar jadi milikku?
Kita tunggu sang waktu, dan garis panjang yg terlentang!
Quote:
Spoiler for 5 Puisi:
Spoiler for Rasaku:
Rasaku
antara suka dg cinta.
terungkap nyata, ketahuilah ia.
jgn kau katakan cinta, padahal suka yg kau rasa.
jgn pula ucapkan suka. padahl cinta yg kau punya.
antara cemburu dg luka.
sangat berbeda, mengertilah.
hanya hina jika kau anggap luka sbg cemburu.
dan putuslah jk cemburu kau anggap luka.
antara nafsu dg cinta.
memang tak sama, pahamilah.
hanya dusta jika kau katakan nafsu sbg cinta.
hanya petaka yg kau dapat ketika cinta kau samakan nafsu.
tapi kawan, jangan ragu melangkah.
tentang cinta, pandangan kita tak jauh berbeda.
antara suka dg cinta.
terungkap nyata, ketahuilah ia.
jgn kau katakan cinta, padahal suka yg kau rasa.
jgn pula ucapkan suka. padahl cinta yg kau punya.
antara cemburu dg luka.
sangat berbeda, mengertilah.
hanya hina jika kau anggap luka sbg cemburu.
dan putuslah jk cemburu kau anggap luka.
antara nafsu dg cinta.
memang tak sama, pahamilah.
hanya dusta jika kau katakan nafsu sbg cinta.
hanya petaka yg kau dapat ketika cinta kau samakan nafsu.
tapi kawan, jangan ragu melangkah.
tentang cinta, pandangan kita tak jauh berbeda.
Spoiler for Datang Lagi:
Datang Lagi
kasih.
terdiam, tersenyum ku meratapi.
kisah kita yg lama usai.
dan kini kau dapati pengganti.
padahal hati inginkan kau kembali.
kasih.
rela hati, kau simpan aku dalam lemari.
walau pertamanya tak sudi.
dg durja, kulangkahkan kaki.
kasih.
masa itu ku tersakiti.
hingga kini kuterbaring dalam sepi.
hanya karna kau simpan dalam lemari.
kasih.
kini kau datang lagi.
terbang dg sayap pelangi.
membawa juta angan dalam mimpi.
dan kuharap, pertemuan dibanyak hari.
seperti lalu, kini dan nanti.
kasih.
terdiam, tersenyum ku meratapi.
kisah kita yg lama usai.
dan kini kau dapati pengganti.
padahal hati inginkan kau kembali.
kasih.
rela hati, kau simpan aku dalam lemari.
walau pertamanya tak sudi.
dg durja, kulangkahkan kaki.
kasih.
masa itu ku tersakiti.
hingga kini kuterbaring dalam sepi.
hanya karna kau simpan dalam lemari.
kasih.
kini kau datang lagi.
terbang dg sayap pelangi.
membawa juta angan dalam mimpi.
dan kuharap, pertemuan dibanyak hari.
seperti lalu, kini dan nanti.
Spoiler for Lagu Tanpa Nada:
Lagu Tanpa Nada
kudendangakn lagu tanpa nada.
sbg tanda rautan kasih tanpa cinta.
kau tampakan muka suka.
walau durja yang kau simpan.
setitik asa, jangan kau sembunyikan.
padaku yang kau anggap teman.
tuangkan lah dg gamblang.
seumpama selang yg pernah kau telan.
curahkanlah rajut cinta tanpa rasa.
pada tadah yang kau siapkan sudah.
memang, tak jauh beda.
antara kita, pendapat tentang cinta adalah sama.
kudendangakn lagu tanpa nada.
sbg tanda rautan kasih tanpa cinta.
kau tampakan muka suka.
walau durja yang kau simpan.
setitik asa, jangan kau sembunyikan.
padaku yang kau anggap teman.
tuangkan lah dg gamblang.
seumpama selang yg pernah kau telan.
curahkanlah rajut cinta tanpa rasa.
pada tadah yang kau siapkan sudah.
memang, tak jauh beda.
antara kita, pendapat tentang cinta adalah sama.
Spoiler for Kawan yang Tegar:
Kawan yang Tegar
Kawan.
Kulihat kau semakin tegar.
Kini kau tak kenal gentar.
Malah, kau tantang awan kian menyambar.
Meski suaraku besar menggelegar.
Dan langitpun kencang berkobar.
Kini kau pun tersambar.
Tubuh mu kian menggelepar.
Kawan.
Kutahu kau memang tegar.
Perkasa tanpa ada akar.
Kawan.
Jangan kau perlihatkan hingga terdampar.
Padahal kau diampun ku semakin gentar.
Kawan.
Kulihat kau semakin tegar.
Kini kau tak kenal gentar.
Malah, kau tantang awan kian menyambar.
Meski suaraku besar menggelegar.
Dan langitpun kencang berkobar.
Kini kau pun tersambar.
Tubuh mu kian menggelepar.
Kawan.
Kutahu kau memang tegar.
Perkasa tanpa ada akar.
Kawan.
Jangan kau perlihatkan hingga terdampar.
Padahal kau diampun ku semakin gentar.
Spoiler for Ah, Kamu:
Ah, Kamu
Ah, Kamu.
Semenjak itu, aku mengenangmu.
Dan wajahmu berkeliaran tak menentu.
Walau pernah sendu, tapi aku terkadang rindu.
Tak tau, apa cinta untukku masih utuh atau kini rapuh.
Sadar atau tidak, hatiku kadang sontak.
Ketika melihat namamu dilayar hapeku.
Dan bundaran hijau tepat disampingnya.
Sungguh, aku ingin menyapamu, "hai!".
Tapi aku urung.
Lalu datang lagi gambaran wajahmu dilayar hapeku.
Atau kadang aku melihatmu.
Jujur aku ingin menyapamu.
Tapi aku urung.
Sesekali ada yang menyebut namamu.
Jujur, ingatanku tentangmu melambung jauh.
Seketika aku ingin mengirim pesan sapa.
Tapi aku urung.
Lalu, suatu nanti akan datang waktunya.
Aku mendengar engkau bersanding dengan yang lain.
Dan sesal akan datang merambah hatiku.
Ah, jujur. Aku ingin memilikimu.
Ah, Kamu.
Semenjak itu, aku mengenangmu.
Dan wajahmu berkeliaran tak menentu.
Walau pernah sendu, tapi aku terkadang rindu.
Tak tau, apa cinta untukku masih utuh atau kini rapuh.
Sadar atau tidak, hatiku kadang sontak.
Ketika melihat namamu dilayar hapeku.
Dan bundaran hijau tepat disampingnya.
Sungguh, aku ingin menyapamu, "hai!".
Tapi aku urung.
Lalu datang lagi gambaran wajahmu dilayar hapeku.
Atau kadang aku melihatmu.
Jujur aku ingin menyapamu.
Tapi aku urung.
Sesekali ada yang menyebut namamu.
Jujur, ingatanku tentangmu melambung jauh.
Seketika aku ingin mengirim pesan sapa.
Tapi aku urung.
Lalu, suatu nanti akan datang waktunya.
Aku mendengar engkau bersanding dengan yang lain.
Dan sesal akan datang merambah hatiku.
Ah, jujur. Aku ingin memilikimu.
Quote:
Spoiler for 5 Puisi:
Spoiler for Guruku Oemar Bakrie:
Guruku Oemar Bakrie
Sepeda ontel kini tak cocok dengan Oemar Bakri.
Kesana kemari guru satu ini bawah mercy.
Kau elus-elus dia tiap pagi.
Lupa elus-elus istri, malah elus-elus yang lain-lain.
Murid kau pun tak dapat elusanmu.
Oh, Oemar Bakri, mercymu mengkilat dibawah mentari.
Cari jam-jam peluang sertifikasi.
Guru jujur memang memuakkan, sudah lalu, beda kini.
Yang rapi berdasi tiap pagi.
Kini, Telat, lupa pula bawah tas bermateri.
Oh, Oemar Bakri, Oemar Bakri, namamu kini ganti jadi 'Umar Bakry'.
Salah baca jadi 'Umar Mercy'.
Oh Umar Bakry, Umar Mercy.
Polisi sangar kini, kau sogok dengan seonggok pelangi.
Sudah lewat yang hijau berpedang.
Kini, Merah, Biru, juga Hijau.
Atau satu tiket masuk mesin, keluar merah-merah itu.
Oh Oemar Bakri, Umar Bakry, Umar Mercy.
Nasib kau sungguh sudah terbalik.
Sepeda ontel kini tak cocok dengan Oemar Bakri.
Kesana kemari guru satu ini bawah mercy.
Kau elus-elus dia tiap pagi.
Lupa elus-elus istri, malah elus-elus yang lain-lain.
Murid kau pun tak dapat elusanmu.
Oh, Oemar Bakri, mercymu mengkilat dibawah mentari.
Cari jam-jam peluang sertifikasi.
Guru jujur memang memuakkan, sudah lalu, beda kini.
Yang rapi berdasi tiap pagi.
Kini, Telat, lupa pula bawah tas bermateri.
Oh, Oemar Bakri, Oemar Bakri, namamu kini ganti jadi 'Umar Bakry'.
Salah baca jadi 'Umar Mercy'.
Oh Umar Bakry, Umar Mercy.
Polisi sangar kini, kau sogok dengan seonggok pelangi.
Sudah lewat yang hijau berpedang.
Kini, Merah, Biru, juga Hijau.
Atau satu tiket masuk mesin, keluar merah-merah itu.
Oh Oemar Bakri, Umar Bakry, Umar Mercy.
Nasib kau sungguh sudah terbalik.
Spoiler for Ilalang Kehidupan:
Ilalang Kehidupan
Diriku hilang, dalam gelagap tawa.
Di reramaian kerumunan manusia.
Ditelan congkaknya kata-kata.
Ketika mereka saling sombong, saling sindir.
Aku kecil, jiwaku kerdil.
Keberadaanku diujung secuil kapas.
Namaku tak pernah ditulis dikertas.
Jadilah aku terhempas, lepas.
Aku seperti rumput liar.
Ditengah-tengah padang ilalang.
Ketika mereka menari-nari ditiup angin.
Tubuhku diam, tak terikut tiuapan angin.
Hanya saja, aku menikmati tiap hembusan nafasku.
Tiap-tiap detak jantungku.
Tiap-tiap suasana hatiku.
Jadilah aku hidup, benar-benar hidup.
Diriku hilang, dalam gelagap tawa.
Di reramaian kerumunan manusia.
Ditelan congkaknya kata-kata.
Ketika mereka saling sombong, saling sindir.
Aku kecil, jiwaku kerdil.
Keberadaanku diujung secuil kapas.
Namaku tak pernah ditulis dikertas.
Jadilah aku terhempas, lepas.
Aku seperti rumput liar.
Ditengah-tengah padang ilalang.
Ketika mereka menari-nari ditiup angin.
Tubuhku diam, tak terikut tiuapan angin.
Hanya saja, aku menikmati tiap hembusan nafasku.
Tiap-tiap detak jantungku.
Tiap-tiap suasana hatiku.
Jadilah aku hidup, benar-benar hidup.
Spoiler for Sajakku Mati:
Sajakku Mati
Hatinya mati oleh sajakku.
Menyayat terkuak dibibir manisku.
Sindiran pedas melayang bertubi-tubi.
Tetap saja, hatinya kumuh dan bebal.
Duhai, pembesar.
Bajumu yang besar, Perutmu yang melebar.
Adakah, sajakku kali ini akan mati.
Tak mampu menyakiti hati, menyiangi nurani.
Duhai biduan wanita.
Yang dadanya melotot, roknya melorot.
Tak mampukah kata indah meratakan dadamu yang bengkak.
Apalagi sajakku yang mati, membuat kepalamu memerah ini.
Duhai yang bermadu rasa.
Yang selaput darahnya akan pecah.
Takkah cukup, kau lihat, yang sudah-sudah.
Yang dicampakan keluarga, yang manangis diselokan sekolah.
Duhai burung kupret.
Yang inginnya meludah disangkar-sangkar indah.
Takkah hatimu hidup, atau sajakku ini tetap kau buat mati.
Tak tergerakkah nuranimu tuk sudahi, dan menjaga untuk yg pasti.
Duhai, sajakku yang mati.
Kini kau telah mati.
Hembusan nafasmu tak berarti.
Tak lagi hati tergerak merenungi, oleh sajakku mati.
Hatinya mati oleh sajakku.
Menyayat terkuak dibibir manisku.
Sindiran pedas melayang bertubi-tubi.
Tetap saja, hatinya kumuh dan bebal.
Duhai, pembesar.
Bajumu yang besar, Perutmu yang melebar.
Adakah, sajakku kali ini akan mati.
Tak mampu menyakiti hati, menyiangi nurani.
Duhai biduan wanita.
Yang dadanya melotot, roknya melorot.
Tak mampukah kata indah meratakan dadamu yang bengkak.
Apalagi sajakku yang mati, membuat kepalamu memerah ini.
Duhai yang bermadu rasa.
Yang selaput darahnya akan pecah.
Takkah cukup, kau lihat, yang sudah-sudah.
Yang dicampakan keluarga, yang manangis diselokan sekolah.
Duhai burung kupret.
Yang inginnya meludah disangkar-sangkar indah.
Takkah hatimu hidup, atau sajakku ini tetap kau buat mati.
Tak tergerakkah nuranimu tuk sudahi, dan menjaga untuk yg pasti.
Duhai, sajakku yang mati.
Kini kau telah mati.
Hembusan nafasmu tak berarti.
Tak lagi hati tergerak merenungi, oleh sajakku mati.
Spoiler for Hatiku Hari Ini:
Hatiku Hari Ini
Hari ini, di ujung hati yang kelu.
Dada sesak, nafas terisak.
Oleh duri mawar semalam.
Yang ketika aku memegangnya, tanganku semakin terluka.
Takdir ini, berada di belantara rimba.
Mengaung, mencari rumah yang tentram.
Yang ketika aku percayakan, dijaga dan ditimang-timang.
Hanya untuk hari ini.
Semangatku ling-lung.
Mataku sayup bersamaan jiwaku yang gundah.
Mencoba berfikir dengan hati, namun seolah ada daun besar yg menghalangi.
Mencoba berperasaan dengan hembusan nafas, namun hati ini semakin menjadi-jadi.
Jadilah, aku gelagap tawa kamar ini.
Mencoba menjadi dungu, namun tetap, oh hati ini.
Hari ini, di ujung hati yang kelu.
Dada sesak, nafas terisak.
Oleh duri mawar semalam.
Yang ketika aku memegangnya, tanganku semakin terluka.
Takdir ini, berada di belantara rimba.
Mengaung, mencari rumah yang tentram.
Yang ketika aku percayakan, dijaga dan ditimang-timang.
Hanya untuk hari ini.
Semangatku ling-lung.
Mataku sayup bersamaan jiwaku yang gundah.
Mencoba berfikir dengan hati, namun seolah ada daun besar yg menghalangi.
Mencoba berperasaan dengan hembusan nafas, namun hati ini semakin menjadi-jadi.
Jadilah, aku gelagap tawa kamar ini.
Mencoba menjadi dungu, namun tetap, oh hati ini.
Spoiler for Nasibmu Sigundul:
Nasibmu Sigundul
Percuma, bercumbu dengan helaian buku.
Jika akhirnya, takdirku membisu.
Kenalkan.
Ini aku, gandul hitam yang malang.
Yang beriak-riak di permulaan.
Namun, menangis-nangis di akhir cerita.
Yang mungkin, terlalu lugu.
Untuk serius diatas angka-angka.
Diatas banyaknya bualan kata-kata.
Hingga melayang-membayang, untuk berdasi atau berhak tinggi.
Lihat, ini wajahku, si gandul hitam.
Rambutku gundul, kebanyakan hapalan.
Dahiku kerut, terlalu panas otakku, dg jutaan partikel hampa.
Kenalkan.
Ini aku sigandul putih.
Yang aku sadarkan diri, bagaimana baik dan pastinya.
Yang santai di awal-awal, namun pasti diakhir-akhir.
Yang, terlalu masa bodoh.
Untuk serius diatas nilai yg hampa dan percuma.
Didalam tarian cerita kata-kata.
Hingga, aku terlelap ditengah kegaduhan mata-mata terpelajar.
Namun, nanti, aku pasti berdasi atau berhak tinggi.
Lirik aku, si gandul putih.
Nanti, mobilku pasti mercy.
Tak apa sekarang aku dipandang sebelah mata, toh akhirnya nanti aku yang tertawa.
Kenalkan.
Ini aku, sitisu yg kumuh.
Yg dimana-mana, aku menjadi korban.
Aku dicekik, dinodai, dan dibuang.
Hanya karena takdir mereka.
Yang katanya, tidak adil.
Jadilah, tangisan tumpah, menumpahi aku.
Percuma, bercumbu dengan helaian buku.
Jika akhirnya, takdirku membisu.
Kenalkan.
Ini aku, gandul hitam yang malang.
Yang beriak-riak di permulaan.
Namun, menangis-nangis di akhir cerita.
Yang mungkin, terlalu lugu.
Untuk serius diatas angka-angka.
Diatas banyaknya bualan kata-kata.
Hingga melayang-membayang, untuk berdasi atau berhak tinggi.
Lihat, ini wajahku, si gandul hitam.
Rambutku gundul, kebanyakan hapalan.
Dahiku kerut, terlalu panas otakku, dg jutaan partikel hampa.
Kenalkan.
Ini aku sigandul putih.
Yang aku sadarkan diri, bagaimana baik dan pastinya.
Yang santai di awal-awal, namun pasti diakhir-akhir.
Yang, terlalu masa bodoh.
Untuk serius diatas nilai yg hampa dan percuma.
Didalam tarian cerita kata-kata.
Hingga, aku terlelap ditengah kegaduhan mata-mata terpelajar.
Namun, nanti, aku pasti berdasi atau berhak tinggi.
Lirik aku, si gandul putih.
Nanti, mobilku pasti mercy.
Tak apa sekarang aku dipandang sebelah mata, toh akhirnya nanti aku yang tertawa.
Kenalkan.
Ini aku, sitisu yg kumuh.
Yg dimana-mana, aku menjadi korban.
Aku dicekik, dinodai, dan dibuang.
Hanya karena takdir mereka.
Yang katanya, tidak adil.
Jadilah, tangisan tumpah, menumpahi aku.
Quote:
Spoiler for 5 Puisi:
Spoiler for Lebih Hitam, Lebih Dalam:
Lebih Hitam, Lebih Dalam
Hilir angin menggelembung.
Datang, dan beranjak menjauh.
Menggambarkan raut mukaku.
Mata sayu, dan rambut yang kusut.
Kisah hidup yang kian layu.
Yang kujelajahi dengan pilu.
Membebaniku dengan memukuliku.
Menjauhkan aku dari apa yang aku tuju.
Hanya saja, masih aku simpan dalam hati.
Toh! Percuma untuk berharap dimengerti.
Seperti:
Kita yang terluka, dan berharap orang lain sakit hati.
Tetap aku simpan sedalam-dalamnya.
Hingga, Ketika aku terjatuh.
Hidupku kian menghitam.
Tapi, Biarkan aku lebih dalam.
Lebih hitam.
Hilir angin menggelembung.
Datang, dan beranjak menjauh.
Menggambarkan raut mukaku.
Mata sayu, dan rambut yang kusut.
Kisah hidup yang kian layu.
Yang kujelajahi dengan pilu.
Membebaniku dengan memukuliku.
Menjauhkan aku dari apa yang aku tuju.
Hanya saja, masih aku simpan dalam hati.
Toh! Percuma untuk berharap dimengerti.
Seperti:
Kita yang terluka, dan berharap orang lain sakit hati.
Tetap aku simpan sedalam-dalamnya.
Hingga, Ketika aku terjatuh.
Hidupku kian menghitam.
Tapi, Biarkan aku lebih dalam.
Lebih hitam.
Spoiler for Cintamu:
Cintamu
Aku bermandikan cintamu.
Bening, segar, nan sejuk.
Tetesan kerinduanmu, menenangkan gulana hatiku.
Apalagi, kau bilang, "aku rindu cintamu".
Aku terlelap di lautan cintamu.
Menari di nyanyian gelombang pasang surutnya.
Berlayar menjelajahi singgasana perasaanmu.
Apalagi, kau nahkodai perahu layarku.
Aku mencintaimu, dan kau tanamkan cinta dihatiku begitu dalam.
Aku selalu merindukanmu, selalu disetiap waktu.
Aku begitu takut kehilanganmu, mungkin beribu tetes air mata akan mewakili jika kau pergi.
Aku ingin, engkau menghiasi hidupku dg caramu, aku menyukai semua tentangmu.
Aku bermandikan cintamu.
Bening, segar, nan sejuk.
Tetesan kerinduanmu, menenangkan gulana hatiku.
Apalagi, kau bilang, "aku rindu cintamu".
Aku terlelap di lautan cintamu.
Menari di nyanyian gelombang pasang surutnya.
Berlayar menjelajahi singgasana perasaanmu.
Apalagi, kau nahkodai perahu layarku.
Aku mencintaimu, dan kau tanamkan cinta dihatiku begitu dalam.
Aku selalu merindukanmu, selalu disetiap waktu.
Aku begitu takut kehilanganmu, mungkin beribu tetes air mata akan mewakili jika kau pergi.
Aku ingin, engkau menghiasi hidupku dg caramu, aku menyukai semua tentangmu.
Spoiler for Cintaku, Tresno Pete:
Cintaku, Tresno Pete
Harus kuakui, bahwa aku pengecut.
Untuk mendekatimu, apalagi memilikimu.
Namun, tak perlu kau tahu, sungguh.
Cintaku padamu seperti bunga bangkai.
Yang besar, tp tak membuat kau tertarik.
Atau biji pete, yang hitam.
Yang kasat mata juga kere.
Harus ku akui, kau memang menawan.
Meskipun wajahmu dapat angka enam.
Sungguh kasihku, antara rembulan dan kau satu kosong.
Ngebuat kau lewat, lampu ublikpun padam.
Dan aku akui, aku memang tak pantas.
Seperti bunga bangkai mengharap reflesia.
Atau buah pelem memuja mangga.
Harus kuakui, bahwa aku pengecut.
Untuk mendekatimu, apalagi memilikimu.
Namun, tak perlu kau tahu, sungguh.
Cintaku padamu seperti bunga bangkai.
Yang besar, tp tak membuat kau tertarik.
Atau biji pete, yang hitam.
Yang kasat mata juga kere.
Harus ku akui, kau memang menawan.
Meskipun wajahmu dapat angka enam.
Sungguh kasihku, antara rembulan dan kau satu kosong.
Ngebuat kau lewat, lampu ublikpun padam.
Dan aku akui, aku memang tak pantas.
Seperti bunga bangkai mengharap reflesia.
Atau buah pelem memuja mangga.
Spoiler for :
Spoiler for :
Lagi nyari puisi ane yang lain gan.
Soalnya dalam proses ngumpulin.
Dan akan diupdate terus, jadi tunggu yah
Soalnya dalam proses ngumpulin.
Dan akan diupdate terus, jadi tunggu yah
Diubah oleh soekasir 13-10-2014 13:12
0
4K
Kutip
11
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan