- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kurang Seminggu Pelantikan Jokowi, Dana Asing Mulai Kabur & Indeks Saham Jeblog


TS
yantique
Kurang Seminggu Pelantikan Jokowi, Dana Asing Mulai Kabur & Indeks Saham Jeblog
Dana Asing Mulai Kabur, Indeks Saham Kolaps
KAMIS, 09 OKTOBER 2014 | 05:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akhirnya ditutup melemah 1,48 persen ke level 4.958,52 dalam perdagangan Rabu, 8 Oktober 2014. Sentimen negatif dari bursa global membuat investor kembali melakukan aksi jual yang agresif.
Analis dari PT First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan koreksi tajam di bursa Amerika Serikat dan Asia turut berimbas bagi IHSG. Penurunan outlook pertumbuhan ekonomi global oleh IMF meningkatkan risiko investasi. "Akibatnya, pasar mulai menarik dana dan mengalihkannya ke aset safe haven, terutama dolar Amerika," katanya kemarin.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2014 dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 direvisi dari 4,4 persen menjadi 3,8 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini direvisi turun dari 5,5 persen menjadi 5,2 persen.
Menurut Ivan, sejak krisis finansial dan krisis utang melanda pada 2008, hanya Amerika Serikat yang berhasil pulih dari krisis. "Tidak mengherankan apabila investasi di AS memancarkan daya tarik yang lebih prospektif, terutama di pasar obligasi dan deposito," katanya.
Konsolidasi dana asing pun mulai terasa di negara berkembang. Apalagi di Indonesia adanya sentimen politik dalam negeri dimanfaatkan oleh para manajer big fund asing untuk keluar dari pasar saham. Sejak kegaduhan politik muncul pada September 2014 hingga sekarang, total net sell asing telah mencapai Rp 8 triliun.
Hari ini, Kamis, 9 Oktober 2014, IHSG diperkirakan kembali terkoreksi, namun dalam skala terbatas. Pelaku pasar akan membeli di harga rendah pada saham-saham yang telah terkoreksi cukup tajam.
http://www.tempo.co/read/news/2014/1...s-Saham-Kolaps
Situasi Politik Masih 'Panas', Dana Asing Rp 700 Miliar Kabur dari Pasar Modal
Rabu, 08/10/2014 17:04 WIB
Jakarta -Situasi politik di Indonesia makin panas, apalagi setelah pimpinan MPR didominasi wakil dari Koalisi Merah Putih (KMP). Investor asing memilih untuk keluar lagi dari lantai bursa. Hari ini investor asing mencatat transaksi jual bersih (foreign net sell) senilai lebih dari Rp 700 miliar di pasar reguler. Aksi jual ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok.
Menutup perdagangan, Rabu (8/10/2014), IHSG terjun 74,322 poin (1,48%) ke level 4.958,519. KMP sukses menguasai parlemen dengan menempatkan kader-kadernya pada posisi pimpinan MPR dan DPR.
Pelaku pasar yang selama ini cenderung mendukung KIH mulai mengamankan portofolio dengan melepas saham. Kekhawatiran lambatnya pertumbuhan ekonomi global gara-gara data ekonomi Jerman yang buruk juga memberi sentimen negatif.
"Gejolak politik telah banyak mewarnai pergerakan IHSG. Koalisi Merah Putih (KMP) memenangkan pemilihan paket pimpinan MPR dengan suara 347, sementara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan 330 suara," kata Batavia Prosperindo dalam risetnya.
KMP kembali memenangkan persaingan dengan KIH. Kali ini, koalisi yang diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat (Demokrat) dan Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut memenangkan persaingan dalam memperebutkan kursi pimpinan MPR.
KMP sukses memenangkan Paket B yang terdiri dari Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR, dengan para wakilnya Mahyudin, EE Mangindaan, Hidayat Nur Wahid, dan Oesman Sapta Odang sebagai pimpinan MPR yang baru setelah memenangkan voting sebanyak 347 suara berbanding 330 suara.
http://finance.detik.com/read/2014/1...ri-pasar-modal
Rupiah Masih Terseok di Level Rp12 Ribu
Widyasari - 30 September 2014 16:51 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan transaksi Selasa sore (30/9/2014) ini cenderung masih terpuruk.
Data Bloomberg, setelah dibuka melemah pagi tadi di level Rp12.228 per USD, sore ini rupiah ditutup di level Rp12.187 per USD. Pada penutupan sore kemarin, rupiah juga sudah mencapai level psikologis Rp12 ribuan.
Berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (30/9/2014) sore ini ditutup di level Rp12.204 per USD. Adapun kurs yang ditransaksikan pada hari ini ditetapkan antara Rp12.158 - Rp12.260.
Adapun, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai kurs rupiah pada Selasa (29/9/2014) berada di level Rp12.121.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, dari sisi fundamental, outlook kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) yang cukup hawkish masih membayangi kinerja rupiah.
"Investor cemas bank sentral AS mungkin dapat menaikkan suku bunga lebih cepat setelah mengakhiri program pembelian obligasinya seiring berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi AS," kata Zulfirman dalam risetnya yang diterima Metrotvnews.com, Selasa (30/9/2014).
Dia menambahkan, investor juga khawatir dengan berlarutnya defisit neraca perdagangan Indonesia setelah data pagi tadi menegaskan ancaman perlambatan ekonomi Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia. Indeks manufaktur Tiongkok (versi HSBC) direvisi turun dari 50,5 menjadi 50,2 untuk bulan September.
Investor juga mewaspadai resiko politik Indonesia setelah koalisi partai pendukung Jokowi kalah dalam voting Undang-Undang Pilkada. "Ini dapat menimbulkan keraguan akan kemampuan Presiden Indonesia berikutnya (Joko Widodo) dalam menjalankan program reformasi struktural yang dicanangkannya, mengingat koalisi partai pendukung Jokowi hanya memiliki suara 39% di DPR. Investor juga terlihat berhati-hati menjelang publikasi data inflasi, neraca perdagangan, dan manufaktur Indonesia pada 1 Oktober mendatang," pungkasnya.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/...evel-rp12-ribu
Aksi Jual Investor Asing Marak, IHSG Merosot 51 Poin
Jum'at, 03 Oktober 2014 16:12
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di antara bursa saham Asia menjelang akhir pekan. Tekanan IHSG itu dipicu dari aksi jual investor asing dan dolar menguat terhadap rupiah.Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (3/10/2014), IHSG melemah 51,46 poin atau 1,03 persen menjadi 4.949,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,06 persen menjadi 833,91.
Seluruh indeks saham acuan tertekan pada hari ini.Ada sebanyak 225 saham melemah sehingga menambah tekanan ke IHSG. Sementara itu, hanya ada 88 saham menguat dan 59 saham diam di tempat. Pada hari ini, IHSG berada di level tertinggi 5.014,57 dan terendah 4.933,04.Transaksi perdagangan saham pada hari ini tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 198.749 kali dengan volume perdagangan saham 5,13 miliar saham.
Nilai transaksi harian saham Rp 5,5 triliun.Sebagian besar sektor saham tertekan pada hari ini kecuali sektor saham infrastruktur naik 0,73 persen. Sektor saham perdagangan tergelincir 1,93 persen. Lalu sektor saham keuangan melemah 1,88 persen, dan sektor saham konstruksi turun 1,84 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 900 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 900 miliar.Walau IHSG melemah 1 persen, ada sejumlah saham mencatatkan top gainer. Saham GSMF naik 22,89 persen menjadi Rp 102 per saham, saham PSDN naik 15,91 persen menjadi Rp 153 per saham, dan saham CTTH mendaki 11,76 persen menjadi Rp 76 per saham.
"Pelaku pasar asing telah mulai keluar dari pasar modal. Tapi memang belum terlalu mengkhawatirkan. Pelaku pasar mengalihkan investasi dari saham ke mata uang dolar. Mengingat Oktober minim sentimen," ujar William, saat dihubungi Liputan6.com.Berdasarkan kurs tengah BI, rupiah berada di kisaran 12.144 per dolar Amerika Serikat (AS) dari Kamis 2 Oktober 2014 di kisaran 12.136. Di tengah IHSG terpuruk, bursa saham Asia cenderung menguat menjelang akhir pekan.
Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,3 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,6 persen. Lalu diikuti indeks saham Sydney naik 0,4 persen dan indeks saham Taipei menguat 1,5 persen.Sedangkan bursa saham Shanghai dan Korea Selatan libur nasional. Selain itu, indeks saham India libur merayakan Dussehra.
http://palingaktual.com/1043699/aksi...rosot-51-poin/
Ketidakpastian Politik Bikin IHSG Terjerembab
Jumat, 3 Oktober 2014 17:47 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sentimen negatif terus menggelayuti lantai bursa, seiring dengan ketidakpastian politik di Indonesia. Meski sempat memasuki zona penguatan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/10/2014), indeks melemah cukup dalam hingga sesi penutupan.
Di tengah menguatnya bursa saham di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 51,46 poin atau 1,02 persen di posisi 4.949,34. Volume perdagangan mencapai 5,1 miliar lot saham senilai Rp 5,48 triliun. Terdapat 88 saham yang diperdagangkan menguat, 225 saham melemah dan 59 saham stagnan.
Saham-saham yang memberikan turnover negatifterbesar bagi pemegang saham adalah BBRI (Rp 10.025), BMRI (Rp 9.650), BBCA (Rp 12.125), WIKA (Rp 2.490), WTON (Rp 1.010). Sementara itu, saham-saham yang memberikan turnover positif terbesar bagi pemegang saham adalah TLKM (Rp 2.790), EXCL (Rp 6.225), PGAS (Rp 5.850), INCO (Rp 3.560), LCGP (Rp 496).
Hampir seluruh sektor saham memerah hari ini, yaitu agribisnis (-1,35 persen), pertambangan (-0,34 persen), industri dasar (-1,26 persen), aneka industri (-0,16 persen), konsumer (-0,66 persen), properti (-1,83 persen), keuangan (-1,88 persen), perdagangan (-1,92 persen) dan manufaktur (-0,7 persen). Satu-satunya sektor saham yang menguat adalah infrastruktur (-0,73 persen).
Bursa di kawasan Asia Pasifik sebagian besar menguat pada akhir pekan ini, sembari menunggu rilis data ketenagakerjaan AS, meski pada pagi hari bursa Hong Kong sempat melemah akibat aksi protes aktivis pro demokrasi.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,64 persen atau 147,49 poin, di level 23.080,47. Sementara itu, indeks Nikkei225 berakhir menguat 0,3 persen atau 46,66 poin menjadi 15.708,65. Bursa Sydney juga menguat 0,39 persen atau 20,50 poin menjadi 5.318,2.
http://palingaktual.com/1044055/keti...jerembab/read/
Ini Sebabnya Dana Asing Kabur dari Indonesia (selain masalah politik dalam negeri?)
JUM'AT, 10 OKTOBER 2014 | 06:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan adanya arus modal keluar atau outflow sebanyak Rp 9,95 triliun pada Kamis, 9 Oktober 2014, lebih banyak disebabkan oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menaikkan suku bunga. Rencana tersebut membuat investor asing masih berada dalam posisi jual. Selain itu, faktor lainnya adalah rencana presiden terpilih Joko Widodo yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. (Baca: Dana Asing Mulai Kabur, Indeks Saham Kolaps)
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan target rata-rata transaksi harian diturunkan dari Rp 7 triliun menjadi Rp 6 triliun. Selain itu, Ito mengatakan saat ini terdapat 18 emiten baru. Sedangkan, apabila dihitung dengan yang sedang berproses, ada 25. "Iya, di bawah target," ujar Ito. Namun ia optimistis tahun depan dapat mencapai target 30-35 emiten baru. Menurut Ito, penyebab menurunnya target transaksi harian dan jumlah emiten yang melantai di bursa karena kondisi politik di Tanah Air yang kurang mendukung.
Satrio menjelaskan kondisi politik yang kurang mendukung (dikuasainya parlemen oleh koalisi Prabowo) tidak terlalu mempengaruhi arus modal keluar. "Mereka (anggota parlemen) hanya memperburuk keadaan dari kondisi perekonomian global yang sedang terpuruk," tuturnya. Indonesia, kata Satrio, masih memiliki potensi untuk bisa menarik arus modal yang keluar. Hal itu bisa dilihat dari menghijaunya indeks Dow Jones Industrial. "Kalau besok para investor berada dalam posisi beli, sampai akhir Oktober, besar kemungkinan arus modal yang keluar bisa ditarik lagi," kata Satrio.
http://www.tempo.co/read/news/2014/1...dari-Indonesia
Inikah salah satu penyebab lainnya?
Mulai Rindukan SBY, Pasar Tidak Happy dengan "Monopoli" Kekuasaan ala Jokowi
30th September 2014 , 12:09 PM
Terlalu bagus untuk diyakini. Itulah gambaran apa yang diungkapkan ekonom Kampus, yakni Lydia Natitupulu dalam kolomnya di harian Jakarta Post. Lydia yang yang juga seorang dosen fakultas ekonomi UI menjelaskan bahwa kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengutip Faisal Basri kepada kesejahteraan masyarakat masih setengah hati.
Mengangkat hasil dari konferensi di Canberra mengenai warisan presiden yang dipilih secara langsung itu, memang ada program berjalan, dan ada "program tidak ada progam." Dengan kata lain progam yang muncul untuk gagal karena dana fiskalnya ditiadakan untuk belanja subsidi.
Christopher Manning (dari Australian National University) dan Riyana Miranti (University of Canberra) memberikan gambaran progam yang berjalan, yakni pengurangan data orang orang miskin. Tingkat kemiskinan turun satu persen, yang artinya sedikit lebih baik selama 2004-2013 dibandingkan pada era Soeharto 1987-1996.
SBY juga berhasil memberi jalan pada pertumbuhan ekonomi, dengan adanya kebijakan inovatif termasuk reformasi struktur pemerintahan, administrasi dan dan kemampuan untuk memberi sedikit nafas kepada mereka yang tertinggal di balik kencangnya pertumbuhan dengan bantuan langsung tunai yang menjadi dopamin bagus dan sejenis narkotika sementara demi melepaskan diri dari ketidakstabilan politik. Jokowi bisa belajar dari hal ini.
Program lain seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), bantuan tunai, beras miskin (raskin), beasiswa sekolah dan kredit mikro, walau belum sempurna tetapi memberikan kontribusi terhadap pengurangan tingkat kemiskinan dengan jaring pengaman sosial, yang bisa lebih bertahan dari setiap krisis yang ada.
Adapun Faisal Basri mengkritik progam tersebut sarat dikorup dan hasilnya kurang produktif, dengan produk domestik bruto (PDB) masih sangat rendah sebesar 1,2 persen, dibandingkan dengan Timor-Leste (5,9 persen), Vietnam (4,7 persen), Malaysia (3,7 persen) dan Thailand (3,6 persen). Ditambah rasio gini masih terlalu besar. Koefisien Gini ada antara 0,35 dan 0,40 dan bahkan meningkat menjadi 0.41 setelah 2011 selama masa jabatan kedua.
Ketika SBY berkuasa pada tahun 2004, hanya lima tahun setelah keruntuhan ekonomi, ia mewarisi perekonomian yang masih sangat rapuh, dengan pemerintah yang secara kelembagaan lemah dan dengan ruang fiskal sangat sempit.
Di bawah pemerintahannya, ada manajemen ekonomi makro yang sukses dengan melibatkan anak muda rising star para Keynesian, yakni mereka yang tidak ambil pusing pada ideologi negara seperti Sri Mulyani, Agus Martowardjojo dan lalu Chatib Basri.
Keberadaaan anak muda didukung oleh payung hukum keuangan yang baik yaitu UU 2003 tentang Fiskal dan independensi Bank Indonesia. Secara khusus, utang publik menurun dari 90 persen dari PDB menjadi sekitar 25 persen. Dan yang terdengar melegakan, hutang pada IMF berhasil dilunasi.
Walau masih banyak carut marut. Namun, SBY pula yang berhasil menjaga stabilitas politik, dan bahkan pemilu dia tinggalkan dengan kemenangan anak kampung yang bukan bagian dari elite Jakarta bernama Jokowi.
Jokowi dimunculkan partai pengusungnya sebagai antitesis dari SBY. Dan Jokowi terlihat lebih senang membully pasar dengan mengupayakan pengurangan impor dan melakukan proteksionisme.
Kurang lebihnya SBY bisakah Jokowi memperlihatkan hal terbaik yang bisa dia berikan setidaknya pada satu tahun pertama pemerintahan? Yakni kebijakan yang swift, cepat, memberikan kepastian dan stabilitas? Pasar meragukan hal itu, karena Jokowi masih terjebak ideologi dan enggan membuka ruang koalisi yang besar sebagaimana SBY. Jokowi tidak kenal kompromi, dan bagi pasar, sesuatu yang tanpa kompromi terdengar mirip seperti monopoli.
http://www.fiskal.co.id/berita/fiska...i#.VDDh4Khi5RI
----------------------------
Katanya dulu "Jokowi effect" bisa menyebabkan banjirnya investasi dari luar masuk bertriliun-triliun ... mana .. mana ... mana ...
KAMIS, 09 OKTOBER 2014 | 05:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia akhirnya ditutup melemah 1,48 persen ke level 4.958,52 dalam perdagangan Rabu, 8 Oktober 2014. Sentimen negatif dari bursa global membuat investor kembali melakukan aksi jual yang agresif.
Analis dari PT First Asia Capital, Ivan Kurniawan, mengatakan koreksi tajam di bursa Amerika Serikat dan Asia turut berimbas bagi IHSG. Penurunan outlook pertumbuhan ekonomi global oleh IMF meningkatkan risiko investasi. "Akibatnya, pasar mulai menarik dana dan mengalihkannya ke aset safe haven, terutama dolar Amerika," katanya kemarin.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2014 dari 3,4 persen menjadi 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global pada 2015 direvisi dari 4,4 persen menjadi 3,8 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini direvisi turun dari 5,5 persen menjadi 5,2 persen.
Menurut Ivan, sejak krisis finansial dan krisis utang melanda pada 2008, hanya Amerika Serikat yang berhasil pulih dari krisis. "Tidak mengherankan apabila investasi di AS memancarkan daya tarik yang lebih prospektif, terutama di pasar obligasi dan deposito," katanya.
Konsolidasi dana asing pun mulai terasa di negara berkembang. Apalagi di Indonesia adanya sentimen politik dalam negeri dimanfaatkan oleh para manajer big fund asing untuk keluar dari pasar saham. Sejak kegaduhan politik muncul pada September 2014 hingga sekarang, total net sell asing telah mencapai Rp 8 triliun.
Hari ini, Kamis, 9 Oktober 2014, IHSG diperkirakan kembali terkoreksi, namun dalam skala terbatas. Pelaku pasar akan membeli di harga rendah pada saham-saham yang telah terkoreksi cukup tajam.
http://www.tempo.co/read/news/2014/1...s-Saham-Kolaps
Situasi Politik Masih 'Panas', Dana Asing Rp 700 Miliar Kabur dari Pasar Modal
Rabu, 08/10/2014 17:04 WIB
Jakarta -Situasi politik di Indonesia makin panas, apalagi setelah pimpinan MPR didominasi wakil dari Koalisi Merah Putih (KMP). Investor asing memilih untuk keluar lagi dari lantai bursa. Hari ini investor asing mencatat transaksi jual bersih (foreign net sell) senilai lebih dari Rp 700 miliar di pasar reguler. Aksi jual ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok.
Menutup perdagangan, Rabu (8/10/2014), IHSG terjun 74,322 poin (1,48%) ke level 4.958,519. KMP sukses menguasai parlemen dengan menempatkan kader-kadernya pada posisi pimpinan MPR dan DPR.
Pelaku pasar yang selama ini cenderung mendukung KIH mulai mengamankan portofolio dengan melepas saham. Kekhawatiran lambatnya pertumbuhan ekonomi global gara-gara data ekonomi Jerman yang buruk juga memberi sentimen negatif.
"Gejolak politik telah banyak mewarnai pergerakan IHSG. Koalisi Merah Putih (KMP) memenangkan pemilihan paket pimpinan MPR dengan suara 347, sementara Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan 330 suara," kata Batavia Prosperindo dalam risetnya.
KMP kembali memenangkan persaingan dengan KIH. Kali ini, koalisi yang diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat (Demokrat) dan Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut memenangkan persaingan dalam memperebutkan kursi pimpinan MPR.
KMP sukses memenangkan Paket B yang terdiri dari Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR, dengan para wakilnya Mahyudin, EE Mangindaan, Hidayat Nur Wahid, dan Oesman Sapta Odang sebagai pimpinan MPR yang baru setelah memenangkan voting sebanyak 347 suara berbanding 330 suara.
http://finance.detik.com/read/2014/1...ri-pasar-modal
Rupiah Masih Terseok di Level Rp12 Ribu
Widyasari - 30 September 2014 16:51 WIB
Metrotvnews.com, Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada penutupan transaksi Selasa sore (30/9/2014) ini cenderung masih terpuruk.
Data Bloomberg, setelah dibuka melemah pagi tadi di level Rp12.228 per USD, sore ini rupiah ditutup di level Rp12.187 per USD. Pada penutupan sore kemarin, rupiah juga sudah mencapai level psikologis Rp12 ribuan.
Berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (30/9/2014) sore ini ditutup di level Rp12.204 per USD. Adapun kurs yang ditransaksikan pada hari ini ditetapkan antara Rp12.158 - Rp12.260.
Adapun, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai kurs rupiah pada Selasa (29/9/2014) berada di level Rp12.121.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, dari sisi fundamental, outlook kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) yang cukup hawkish masih membayangi kinerja rupiah.
"Investor cemas bank sentral AS mungkin dapat menaikkan suku bunga lebih cepat setelah mengakhiri program pembelian obligasinya seiring berlanjutnya momentum pemulihan ekonomi AS," kata Zulfirman dalam risetnya yang diterima Metrotvnews.com, Selasa (30/9/2014).
Dia menambahkan, investor juga khawatir dengan berlarutnya defisit neraca perdagangan Indonesia setelah data pagi tadi menegaskan ancaman perlambatan ekonomi Tiongkok, mitra dagang utama Indonesia. Indeks manufaktur Tiongkok (versi HSBC) direvisi turun dari 50,5 menjadi 50,2 untuk bulan September.
Investor juga mewaspadai resiko politik Indonesia setelah koalisi partai pendukung Jokowi kalah dalam voting Undang-Undang Pilkada. "Ini dapat menimbulkan keraguan akan kemampuan Presiden Indonesia berikutnya (Joko Widodo) dalam menjalankan program reformasi struktural yang dicanangkannya, mengingat koalisi partai pendukung Jokowi hanya memiliki suara 39% di DPR. Investor juga terlihat berhati-hati menjelang publikasi data inflasi, neraca perdagangan, dan manufaktur Indonesia pada 1 Oktober mendatang," pungkasnya.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/...evel-rp12-ribu
Aksi Jual Investor Asing Marak, IHSG Merosot 51 Poin
Jum'at, 03 Oktober 2014 16:12
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan di antara bursa saham Asia menjelang akhir pekan. Tekanan IHSG itu dipicu dari aksi jual investor asing dan dolar menguat terhadap rupiah.Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (3/10/2014), IHSG melemah 51,46 poin atau 1,03 persen menjadi 4.949,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,06 persen menjadi 833,91.
Seluruh indeks saham acuan tertekan pada hari ini.Ada sebanyak 225 saham melemah sehingga menambah tekanan ke IHSG. Sementara itu, hanya ada 88 saham menguat dan 59 saham diam di tempat. Pada hari ini, IHSG berada di level tertinggi 5.014,57 dan terendah 4.933,04.Transaksi perdagangan saham pada hari ini tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 198.749 kali dengan volume perdagangan saham 5,13 miliar saham.
Nilai transaksi harian saham Rp 5,5 triliun.Sebagian besar sektor saham tertekan pada hari ini kecuali sektor saham infrastruktur naik 0,73 persen. Sektor saham perdagangan tergelincir 1,93 persen. Lalu sektor saham keuangan melemah 1,88 persen, dan sektor saham konstruksi turun 1,84 persen.Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual mencapai Rp 900 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 900 miliar.Walau IHSG melemah 1 persen, ada sejumlah saham mencatatkan top gainer. Saham GSMF naik 22,89 persen menjadi Rp 102 per saham, saham PSDN naik 15,91 persen menjadi Rp 153 per saham, dan saham CTTH mendaki 11,76 persen menjadi Rp 76 per saham.
"Pelaku pasar asing telah mulai keluar dari pasar modal. Tapi memang belum terlalu mengkhawatirkan. Pelaku pasar mengalihkan investasi dari saham ke mata uang dolar. Mengingat Oktober minim sentimen," ujar William, saat dihubungi Liputan6.com.Berdasarkan kurs tengah BI, rupiah berada di kisaran 12.144 per dolar Amerika Serikat (AS) dari Kamis 2 Oktober 2014 di kisaran 12.136. Di tengah IHSG terpuruk, bursa saham Asia cenderung menguat menjelang akhir pekan.
Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,3 persen. Indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 0,6 persen. Lalu diikuti indeks saham Sydney naik 0,4 persen dan indeks saham Taipei menguat 1,5 persen.Sedangkan bursa saham Shanghai dan Korea Selatan libur nasional. Selain itu, indeks saham India libur merayakan Dussehra.
http://palingaktual.com/1043699/aksi...rosot-51-poin/
Ketidakpastian Politik Bikin IHSG Terjerembab
Jumat, 3 Oktober 2014 17:47 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sentimen negatif terus menggelayuti lantai bursa, seiring dengan ketidakpastian politik di Indonesia. Meski sempat memasuki zona penguatan pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/10/2014), indeks melemah cukup dalam hingga sesi penutupan.
Di tengah menguatnya bursa saham di kawasan Asia Pasifik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 51,46 poin atau 1,02 persen di posisi 4.949,34. Volume perdagangan mencapai 5,1 miliar lot saham senilai Rp 5,48 triliun. Terdapat 88 saham yang diperdagangkan menguat, 225 saham melemah dan 59 saham stagnan.
Saham-saham yang memberikan turnover negatifterbesar bagi pemegang saham adalah BBRI (Rp 10.025), BMRI (Rp 9.650), BBCA (Rp 12.125), WIKA (Rp 2.490), WTON (Rp 1.010). Sementara itu, saham-saham yang memberikan turnover positif terbesar bagi pemegang saham adalah TLKM (Rp 2.790), EXCL (Rp 6.225), PGAS (Rp 5.850), INCO (Rp 3.560), LCGP (Rp 496).
Hampir seluruh sektor saham memerah hari ini, yaitu agribisnis (-1,35 persen), pertambangan (-0,34 persen), industri dasar (-1,26 persen), aneka industri (-0,16 persen), konsumer (-0,66 persen), properti (-1,83 persen), keuangan (-1,88 persen), perdagangan (-1,92 persen) dan manufaktur (-0,7 persen). Satu-satunya sektor saham yang menguat adalah infrastruktur (-0,73 persen).
Bursa di kawasan Asia Pasifik sebagian besar menguat pada akhir pekan ini, sembari menunggu rilis data ketenagakerjaan AS, meski pada pagi hari bursa Hong Kong sempat melemah akibat aksi protes aktivis pro demokrasi.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,64 persen atau 147,49 poin, di level 23.080,47. Sementara itu, indeks Nikkei225 berakhir menguat 0,3 persen atau 46,66 poin menjadi 15.708,65. Bursa Sydney juga menguat 0,39 persen atau 20,50 poin menjadi 5.318,2.
http://palingaktual.com/1044055/keti...jerembab/read/
Ini Sebabnya Dana Asing Kabur dari Indonesia (selain masalah politik dalam negeri?)
JUM'AT, 10 OKTOBER 2014 | 06:44 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan adanya arus modal keluar atau outflow sebanyak Rp 9,95 triliun pada Kamis, 9 Oktober 2014, lebih banyak disebabkan oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menaikkan suku bunga. Rencana tersebut membuat investor asing masih berada dalam posisi jual. Selain itu, faktor lainnya adalah rencana presiden terpilih Joko Widodo yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. (Baca: Dana Asing Mulai Kabur, Indeks Saham Kolaps)
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan target rata-rata transaksi harian diturunkan dari Rp 7 triliun menjadi Rp 6 triliun. Selain itu, Ito mengatakan saat ini terdapat 18 emiten baru. Sedangkan, apabila dihitung dengan yang sedang berproses, ada 25. "Iya, di bawah target," ujar Ito. Namun ia optimistis tahun depan dapat mencapai target 30-35 emiten baru. Menurut Ito, penyebab menurunnya target transaksi harian dan jumlah emiten yang melantai di bursa karena kondisi politik di Tanah Air yang kurang mendukung.
Satrio menjelaskan kondisi politik yang kurang mendukung (dikuasainya parlemen oleh koalisi Prabowo) tidak terlalu mempengaruhi arus modal keluar. "Mereka (anggota parlemen) hanya memperburuk keadaan dari kondisi perekonomian global yang sedang terpuruk," tuturnya. Indonesia, kata Satrio, masih memiliki potensi untuk bisa menarik arus modal yang keluar. Hal itu bisa dilihat dari menghijaunya indeks Dow Jones Industrial. "Kalau besok para investor berada dalam posisi beli, sampai akhir Oktober, besar kemungkinan arus modal yang keluar bisa ditarik lagi," kata Satrio.
http://www.tempo.co/read/news/2014/1...dari-Indonesia
Inikah salah satu penyebab lainnya?
Quote:
Mulai Rindukan SBY, Pasar Tidak Happy dengan "Monopoli" Kekuasaan ala Jokowi
30th September 2014 , 12:09 PM
Terlalu bagus untuk diyakini. Itulah gambaran apa yang diungkapkan ekonom Kampus, yakni Lydia Natitupulu dalam kolomnya di harian Jakarta Post. Lydia yang yang juga seorang dosen fakultas ekonomi UI menjelaskan bahwa kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengutip Faisal Basri kepada kesejahteraan masyarakat masih setengah hati.
Mengangkat hasil dari konferensi di Canberra mengenai warisan presiden yang dipilih secara langsung itu, memang ada program berjalan, dan ada "program tidak ada progam." Dengan kata lain progam yang muncul untuk gagal karena dana fiskalnya ditiadakan untuk belanja subsidi.
Christopher Manning (dari Australian National University) dan Riyana Miranti (University of Canberra) memberikan gambaran progam yang berjalan, yakni pengurangan data orang orang miskin. Tingkat kemiskinan turun satu persen, yang artinya sedikit lebih baik selama 2004-2013 dibandingkan pada era Soeharto 1987-1996.
SBY juga berhasil memberi jalan pada pertumbuhan ekonomi, dengan adanya kebijakan inovatif termasuk reformasi struktur pemerintahan, administrasi dan dan kemampuan untuk memberi sedikit nafas kepada mereka yang tertinggal di balik kencangnya pertumbuhan dengan bantuan langsung tunai yang menjadi dopamin bagus dan sejenis narkotika sementara demi melepaskan diri dari ketidakstabilan politik. Jokowi bisa belajar dari hal ini.
Program lain seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), bantuan tunai, beras miskin (raskin), beasiswa sekolah dan kredit mikro, walau belum sempurna tetapi memberikan kontribusi terhadap pengurangan tingkat kemiskinan dengan jaring pengaman sosial, yang bisa lebih bertahan dari setiap krisis yang ada.
Adapun Faisal Basri mengkritik progam tersebut sarat dikorup dan hasilnya kurang produktif, dengan produk domestik bruto (PDB) masih sangat rendah sebesar 1,2 persen, dibandingkan dengan Timor-Leste (5,9 persen), Vietnam (4,7 persen), Malaysia (3,7 persen) dan Thailand (3,6 persen). Ditambah rasio gini masih terlalu besar. Koefisien Gini ada antara 0,35 dan 0,40 dan bahkan meningkat menjadi 0.41 setelah 2011 selama masa jabatan kedua.
Ketika SBY berkuasa pada tahun 2004, hanya lima tahun setelah keruntuhan ekonomi, ia mewarisi perekonomian yang masih sangat rapuh, dengan pemerintah yang secara kelembagaan lemah dan dengan ruang fiskal sangat sempit.
Di bawah pemerintahannya, ada manajemen ekonomi makro yang sukses dengan melibatkan anak muda rising star para Keynesian, yakni mereka yang tidak ambil pusing pada ideologi negara seperti Sri Mulyani, Agus Martowardjojo dan lalu Chatib Basri.
Keberadaaan anak muda didukung oleh payung hukum keuangan yang baik yaitu UU 2003 tentang Fiskal dan independensi Bank Indonesia. Secara khusus, utang publik menurun dari 90 persen dari PDB menjadi sekitar 25 persen. Dan yang terdengar melegakan, hutang pada IMF berhasil dilunasi.
Walau masih banyak carut marut. Namun, SBY pula yang berhasil menjaga stabilitas politik, dan bahkan pemilu dia tinggalkan dengan kemenangan anak kampung yang bukan bagian dari elite Jakarta bernama Jokowi.
Jokowi dimunculkan partai pengusungnya sebagai antitesis dari SBY. Dan Jokowi terlihat lebih senang membully pasar dengan mengupayakan pengurangan impor dan melakukan proteksionisme.
Kurang lebihnya SBY bisakah Jokowi memperlihatkan hal terbaik yang bisa dia berikan setidaknya pada satu tahun pertama pemerintahan? Yakni kebijakan yang swift, cepat, memberikan kepastian dan stabilitas? Pasar meragukan hal itu, karena Jokowi masih terjebak ideologi dan enggan membuka ruang koalisi yang besar sebagaimana SBY. Jokowi tidak kenal kompromi, dan bagi pasar, sesuatu yang tanpa kompromi terdengar mirip seperti monopoli.
http://www.fiskal.co.id/berita/fiska...i#.VDDh4Khi5RI
----------------------------
Katanya dulu "Jokowi effect" bisa menyebabkan banjirnya investasi dari luar masuk bertriliun-triliun ... mana .. mana ... mana ...

Diubah oleh yantique 12-10-2014 14:12
0
4.6K
72


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan