Kaskus

News

liputanislamokeAvatar border
TS
liputanislamoke
Layakkah Gelar "Asy Syahid" Untuk Syeikh Buthi? (Menjawab Arrahmah.com)
Layakkah Gelar "Asy Syahid" Untuk Syeikh Buthi? (Menjawab Arrahmah.com)

LiputanIslam.com — Asy –Syahid Syeikh al-Buthi telah lama berpulang. Tidak ada lagi wajah teduhnya yang menghiasi mimbar Masjid al-Iman di Damaskus, Suriah, tempat beliau biasa mengisi pengajian. Seorang murid beliau mengungkapkan betapa mahalnya perang Suriah ini harus dibayar—karena sosok seperti beliau, adalah “hadiah” dari Allah yang belum tentu akan dihadiahkan lagi dengan sosok serupa dalam kurun waktu 100 tahun ke depan. Al-Ghazali Kecil, demikian beliau dikenal. Penyabar dan santun, dekat dengan rakyat dan tak sungkan untuk menegur pemerintah yang berkuasa.

Di kalangan kaum Islam moderat, kepergian beliau menorehkan luka yang sangat mendalam. NU misalnya, secara resmi mengeluarkan pernyataan sangat menyesalkan serangan kepada beliau. Namun tidak demikian halnya dengan kelompok Wahabi baik di Suriah maupun di Indonesia.

Berikut ini adalah contoh-contoh berita dari media Wahabi terhadap syahidnya Syeikh Buthi:

Arrahmah: http://www.arrahmah.com/news/2013/03...-damaskus.html
Eramuslim: http://www.eramuslim.com/suara-kita/...#.UU8vY2FUxTA. http://www.eramuslim.com/berita/tahu...m#.UU82QWFUxTA
Voa- Islam: http://www.voa-islam.com/news/video/...hoghut-bashar/ . http://www.voa-islam.com/news/world-...m-shalahuddin/
Kali ini, Liputan Islam akan mengulas terkait artikel himbauan dari Arrahmah– yang meminta kaum muslimin untuk tidak terburu-buru memberikan gelar Syahid bagi Syeikh Buthi.

Oleh: Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi

(Arrahmah.com) - JIKA anda ingin mengetahui masalah Suriah, maka tanyakanlah kepada orang Suriah. Inilah adagium yang tepat dalam melihat polemk yang kini terjadi di Suriah, termasuk dalam melihat kematian Syeikh Ramadhan Al Buthi.

Tentu kita semua di Indonesia, tidak lebih sebagai seorang pengamat. Banyak yang mengatakan penulis Fiqhus Siroh itu sebagai Syahid, meski belum pernah ke Suriah, dan tidak mengenali peta konflik Suriah. Adapula yang melakukan caci-maki, tanpa mementingkan adab terhadap orang yang sudah meninggal.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra’:36)

Penulis berkesimpulan adalah harus berhati-hati dalam memberikan gelar Syahid bagi Al Buthi. Bahwa segala amal baiknya hanyalah Allah yang dapat memutuskan.

Adalah sangat baik jika kita merujuk kepada para Ulama Suriah dalam melihat kasus ini. Tentu mereka bukanlah orang baru dalam masalah ini. Mereka bukan sekedar orang yang membaca buku-buku Syeikh Ramadhan Al Buthi, tapi mereka melihat dan mendengar langsung perkataan Al Buthi di bumi Syam tersebut.

Ulama-ulama ini pula yang senantiasa dari satu tempat ke tempat lain memberikan semangat bagi umat Islam untuk terus berjihad dan berdoa bagi kemenangan muslim Suriah.

Katakanlah Syaikh Ghayyats Abdul Baqi, Ulama Suriah yang rajin membantu perkembangan dakwah di Indonesia. Di Masjid Muhammad Ramadhan, Bekasi, dalam acara munashoroh Suriah, beliau pernah mengatakan tidak habis pikir melihat pembelaan-pembelaan Al Buthi kepada Rezim Assad. Secara tegas ia mengecam tindak-tanduk Al Buthi yang memberikan fatwa dosa bagi mereka yang tidak mau sujud kepada Bashar Assad.

“Saya tidak habis pikir apa yang ada dalam benak dia (Syekh Al Buthi). Atas dasar apa sehingga dia nyaman mengucapkan hal itu,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Syekh Khotib As-Suri. Menurut anggota Forum Indonesia Peduli Suriah yang pernah bersama Syekh Khotib dalam satu mobil, Ulama Suriah yang concern membela muslim Suriah ini mengatakan: “Masih banyak ulama yang lebih ‘alim dan berpahaman jihad dibandingkan Syekh Al Buthi. Tidak harus kita menggunakan fatwa-fatwanya terkait bumi Syam.”

Sedangkan Syekh Mahir Al Munajib, Ulama Suriah yang berkali-kali memberikan ceramah terkait kondisi Suriah, juga mengatakan hal yang hampir sama. Di Masjid Muhammad Ramadhan Bekasi, tahun 2012, beliau pernah mengatakan: “Fikroh dia (Ramadhan Al Buthi) sudah terkontaminasi, Basyar itu asyaddu min fir’aun (lebih dahsyat dari Fir’aun). Apa iya seorang ulama mendukung Fir’aun abad ini?”

Melihat berbagai pernyataan para ulama Suriah yang senantiasa mendukung perjuangan rakyat Suriah, harusnya membuat kita berhati-hati untuk cepat memberikan gelar Syahid-terlebih tanpa didahului kata Insya Allah- kepada Syekh Ramadhan Al Buthi.

Sungguh tanpa mengurangi keagungan karya-karya beliau, dukungan Al Buthi kepada Rezim Assad, bukanlah hal sepele. Akan banyak konsekuensi dalam hal ini. Maka jika Al Buthi diberikan gelar Syahid, bagaimana dengan para mujahidin yang terus bergerak dan berjihad untuk menumbangkan rezim Syiah Assad? Padahal mereka jelas-jelas orang telah baro’ dari kezaliman Bashar Assad.

Terlepas dari sumbangsih beliau atas keilmuan Islam, dukungan beliau terhadap hegemoni Rezim Syiah Assad tetap harus diungkap, agar menjadi ibrah bagi kita semua. Tentu seadil-adilnya pengadilan adalah pengadilan Allah.

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.” (Al Fushilat: 34)

(islampos.com/arrahmah.com)

Tanggapan Liputan Islam:

Ada hal-hal yang tidak disampaikan oleh Arrahmah dalam tulisan tersebut, bahwasanya:

Beliau meninggal di dalam Masjid.
Pembunuh beliau adalah teroris tak berperikemanusiaan dan tak beradab dan jauh dari rahmat Allah.
Beliau meninggal di malam Jum’at.
Beliau meninggal dalam keadaan memberikan pelajaran ilmu agama.
Saat beliau meninggal tengah menjelaskan pelajaran tafsir, ilmu yang paling pokok dalam syariat, dan paling tinggi kedudukannya
Saat beliau meninggal tengah menjelaskan penafsiran salah satu surah Azzahrawain (surah al-Baqarah dan Ali Imran), sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, disebutkan bahwasanya Rasulullah bersabda,” Bacalah dua cahaya iaitu al-Baqarah dan Ali-Imran, karena keduanya akan datang dihari qiyamat kelak seperti dua awan besar atau sekumpulan burung yang akan melindungi tuannya.
Beliau wafat dalam keadaan punya wudhu’.
Beliau wafat dalam kondisi mendekap mushaf ke dadanya dan dalam posisi sujud.
Dengan melihat ciri-ciri wafatnya Syeikh al-Buthi, pembaca tentu bisa menilai apakah beliau syahid di jalan Allah atau tidak. Do’a kami, semoga Allah menerimanya sebagai syuhada dan mengumpulkan beliau bersama orang-orang yang sholeh. Simak wawancara kami dengan murid beliau di sini dan di sini. (ba/LiputanIslam.com)

Referensi:

Arrahmah: Jangan Terburu-buru memberi gelar syahid kepada Syeikh Buthi

Halaman (FP) Dukung NU Mendirikan TV NU Nusantara

Halaman (FP) Generasi Aswaja. (ba)
0
1.5K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan