Selamat pagi jagad Kaskus yang saya cintai (bahasanya gan, aduh
), TS mau uneg-uneg tentang................
Tau sendiri 'kan? itu lho yang akrab disebut shitnetron oleh netizen Indonesia, yup tak lain dan tak bukan adalah sinetron, TS saat ini bener-bener kecewa sama sinetron sekarang, kenapa? karena ini sudah buka tontonan yang "layak" dan sudah menjadi alat propaganda.
Lho kok bisa agan TS? Iya, soalnya TS amati sekarang, sinetron seringkali masukin unsur pacaran itu harus kayak gini, bullying dan unsur-unsur lain didalamnya yang katanya "Itu gapapa, asal bukan kekerasan fisik, bodoh
",
memang gak semua sinetron jelek, tapi kenyataanya banyak sekali sinetron yang isinya gak sesuai dengan umur penontonnya dan tidak ada pesan moralnya sama sekali
Quote:
Malu
Yup, itulah yang terjadi setiap kali bandingin acara TV Indonesia satu sama yang lain.
Kebetulan, TS lagi kesengsem nonton serial Bima Satria Garuda, kebetulan musim keduanya lagi tayang di TV dengan judul Satria Garuda Bima-X (bukan promosi lho ya) Setiap kali aku nonton ini aku kepikiran sinetron-sinetron yang katanya untuk remaja, tapi isinya malah melenceng TOTAL (makeup pemerannya yang “kelewatan”, perbincangannya gak jauh dari soal cinta yang menye-menye, settingnya sekolah malah gak ada unsur pendidikannya sama sekali, kesannya jadi pajangan).
Bukannya TS memuja-muja Bima-X berlebihan apalagi merendahkan sinetron Indonesia, dulu ada Panji Manusia Milenium, Saras 008, Wiro Sableng, Angling Dharma untuk acara televisi yang menceritakan pahlawan super beserta aksinya.
Orang Jepang saja bisa bikin cerita pahlawan bertopeng yang bagus dan bekerjasama dengan orang Indonesia serta mengambil kearifan lokal budaya Indonesia, walaupun pengambilan lokasinya masih di Jakarta
Terus, udah gitu episodenya ratusan, itupun jalur ceritanya diulang-ulang demi meraup rating dan kepuasan fans pemeran yang bersangkutan. Bandingkan dengan Bima yang katanya tontonan anak-anak, isinya malah lebih berbobot dibanding sinetron yang katanya buat remaja dan dewasa. Dan ironisnya lagi, buatku Bima jadi “satu-satunya” tontonan yang bisa ditonton semua umur. Cuma 26 episode (ini total episode dari season 1 seingatku) bisa gaet penggemar/fans banyak, sementara sinetron butuh melihat rating untuk menlanjutkan cerita (biasanya sinetron yang tayang tiap hari/stripping, tapi gak semuanya) dan berinteraksi penggemar via akun penulis naskah di jejaring sosial.Malahan katanya yang nonton Bima-X, si protagonis (Bima-X) ngasih saran buat nyelesaiin PR (kayaknya bener ini, cuma aku gak “perhatian”, wakakakak).
Ini ambil unsur ala Harry Potter, malah ceritanya kurang “mengena”, harusnya mantra-mantranya pake bahasa daerah (Minang, Aceh, Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Papua, Dayak, dll. ‘kan bisa) bukannya malah pake istilah yang “gaul”, jadinya malah aneh.
Kalau ada yang bilang seperti ini
Quote:
Ya…., kamu bandingin Bima-X sama sinetron gak sebanding lah, beda target penonton.
Ya, memang beda target penontonnya, tapi aku disini kecewa soal isi dan kualitas (setting, jalan cerita dan nilai moral)acaranya, bukan kemasannya (maksudnya judul disini). Seharusnya sinetron, kalau bener-bener memikirkan isi film, harusnya yang pake hewanr, sihir, manusia super atau gabungan dari ketiganya (Ganteng-Ganteng Serigala, Manusia Harimau, Bastian Steel dan Cowokku Superboy) tayangnya seminggu sekali, kalau misalnya masih “kejar” rating, tayang 3 kali seminggu ‘kan bisa, bukannya tayang tiap hari malah kualitasnya “kabur”.
Sinetron pemicu remaja menjadi vampir dan manusia serigala yang suka menggalau. Sedang digandrungi oleh remaja.
Gak yakin ini cerita superhero atau cerita cinta remaja yang mengambil unsur superhero sebagai “hiasan” saja.
Kalau ada yang bilang lagi seperti ini
Quote:
Coba kamu yang bikin, pasti juga butuh duit ‘kan!
Lho, okelah, aku akui kalau bikin sinetron memang gak segampang membalikkan telapak tangan, tapi
mbok ya omemerhatikan kualitas + isinya juga disamping “memikirkan” rating. Bikin ratusan bahkan ribuan episode aja bisa, masa’ belasan atau puluhan aja gak bisa.
Harusnya ceritanya menggambarkan filosfi perilaku hewannya sebenarnya seperti itu, bukannya ambil unsur-unsur tertentu dari hewan yang bersangkutan saja, ceritanya malah cerita cinta yang “dangkal”.
Malu, mungkin itu yang bisa kugambarkan soal tayangan drama televisi Indonesia (yang akrab disebut sinetron). Apakah bisa diubah semua itu? memang gak gampang, apalagi sinetron yang aku sebut itu banyak penggemarnya dan mereka senang nontonnya (biasanya anak-anak perempuan SMP/SMA yang menggemari pemerannya atau orang-orang yang menghabiskan kesehariannya menonton TV, hasil pengamatan via media sosial). Yang menggunakan elemen/unsur hewan, kalah sama makhluk bertopeng ala Jepang. Mungkin, dunia pertelevisian Indonesia butuh orang perpaduan antara Hary Tanoe dan Wishnutama buat perubahan total, biar isinya benar-benar berkualitas, bukan sekadar ganteng-gantengan atau cantik-cantikan peran seperti yang sudah ditayangkan.
NB : Ini hanyalah opini, harap dimaklum. Ditulis oleh seorang yang “kecewa” dengan acara drama TV Indonesia yang semakin “menurun” kulitasnya, serta seorang kritikus berhati lembut, tak usah terlalu “serius” bacanya.
Quote:
Sumber Asli
Code:
http://gadzlsperger.wordpress.com/2014/10/09/malu/
Cendol seiklhlasnya kalau bisa gan, TS tak berharap lebih