- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[ makin makmur aja penduduk jabar ] banyak Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar


TS
adoeka
[ makin makmur aja penduduk jabar ] banyak Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar
Minggu, 05 Oktober 2014 | 10:13 WIB
Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar
![[ makin makmur aja penduduk jabar ] banyak Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-fn7FuMEFeys/UvNAoxZTI5I/AAAAAAAAm_w/CQG9KY1i32w/s1600/ekonomi+jabar.jpg)
Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar
![[ makin makmur aja penduduk jabar ] banyak Sapi Jadi Hewan Kurban Favorit di Jabar](https://dl.kaskus.id/1.bp.blogspot.com/-fn7FuMEFeys/UvNAoxZTI5I/AAAAAAAAm_w/CQG9KY1i32w/s1600/ekonomi+jabar.jpg)
TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan pedagang ternak mengeluhkan turunnya omzet pada hari raya kurban tahun ini. "Bukan karena kesalehan sosial menurun, tapi lebih pada hukum pasar. Ternyata harga cukup mahal, mungkin ini sedikit menghambat," kata Aher selepas salat id di Lapangan Gasibu, Bandung, Ahad, 5 Oktober 2014.
Aher itu tidak merinci penurunan omzet itu. Namun, menjelang salat id dilaksanakan, ada pengumuman data yang dikumpulkan Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat. Menurut data itu, hewan kurban jenis sapi tahun ini menembus 115.832 ekor dan domba 276.994 ekor. (Baca: Menabung 14 Bulan, Siswa Miskin Ini Bisa Berkurban)
Untuk Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri, para pegawai diimbau menyisihkan penghasilannya untuk membeli hewan kurban bersama. Pada tahun ini terkumpul 464 ekor sapi dan 1.040 domba. Tahun lalu, dari semua pegawai Pemerintah Provinsi, terkumpul 1.068 sapi dan lebih dari 1.300 domba.
Aher berharap penjualan hewan-hewan kurban pada hari-hari terakhir menjelang Hari Raya Idul Adha, yang jatuh hari ini, mampu mendongkrak penjualan hewan kurban. "Penurunan omzet itu kabar kemarin, tapi kita akan lihat seperti apa, kita akan evaluasi. Kalau kemudian penjualan hewan hari-hari terakhir sama seperti hari-hari terakhir tahun lalu, bisa jadi enggak ada pengaruh apa-apa," kata Aher. (Baca: Menikmati Lebaran dengan Sajian Daging Kurban)
Menurut Aher, turunnya penjualan hewan kurban tahun ini kemungkinan disebabkan sejumlah faktor. Di antaranya, dampak dari turunnya jatah impor sapi tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Dampaknya, persediaan lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi bukan berarti hewan kurban tidak tersedia."
Aher mengatakan hari raya kurban ini merupakan hari makan dan minumnya orang-orang yang tidak mampu. "Mari kita maknai Idul Adha ini sebagai hari berbagi. Kata Nabi, hari raya itu hari makan dan minumnya bagi orang-orang tidak mampu dengan kualitas makan dan minum yang lebih memadai dari sisi gizi karena ada daging yang dibagi-bagikan," katanya sambil berceramah.
Aher dan keluarganya tahun ini merayakan kurban dengan menyembelih tiga ekor sapi dan kambing sembilan ekor. Seekor sapi disembelih di Masjid Raya Bandung, dua ekor sapi sisanya disembelih di rumah dinasnya di Gedung Negara Pakuan. "Ada titipan keluarga, sanak famili, lumayan, bisa dibagi-bagikan pada masyarakat," kata Aher.
Aher mengatakan banyak masyarakat yang masih memahami kurban itu sekali seumur hidup. "Ini tidak tepat karena kurban itu sebaiknya justru ketika mampu setiap tahun minimal satu ekor kambing atau sepertujuh sapi, atau kerbau. Tapi, kalau seorang diri, seekor sapi juga boleh."
Kepala Dinas Peternakan Jawa Barat Doddy Firman Nugraha mengatakan tahun ini terjadi pergeseran tren pembelian hewan kurban yang menyebabkan secara kumulatif jumlahnya turun tahun ini dibandingkan tahun lalu. "Banyak yang beralih dari domba dengan membeli sapi karena lebih praktis."
Doddy mengatakan tren pembelian hewan kurban jenis sapi naik 5-10 persen kendati tidak merinci jumlahnya. "Kalau dilihat prosentase rata-rata di pasar, pembelian sapi naik 5-10 persen, walaupun harganya tahun ini lumayan mahal."
Harga penjualan sapi tahun ini menembus rata-rata Rp 55 ribu per kilogram berat badan hidup, sementara tahun lalu rata-ratanya masih berkisar Rp 40 ribuan per kilogram berat badan hidup. Bobot sapi hidup yang diperdagangkan untuk hewan kurban tahun ini berkisar 250-400 kilogram.
Doddy mengatakan angka penjualan hewan kurban jenis domba tahun ini stagnan dibandingkan tahun lalu, sehingga terkesan turun. "Pembelian domba kalau melihat trennya berkurang, lari ke sapi. Tapi, kalau melihat jumlahnya, tetap dibandingkan tahun lalu."
Sebelumnya, Dinas Peternakan Jawa Barat mencatat ketersediaan empat hewan kurban menjelang perayaan Idul Adha tahun ini yakni kerbau 1.833 ekor, sapi 79.340 ekor, kambing 61.212 ekor, serta domba 581.810 ekor.
http://www.tempo.co/read/news/2014/1...vorit-di-Jabar
Kamis, 06 Februari 2014 POST
Pertumbuhan Ekonomi Jabar di Atas Nasional
BANDUNG - Pertumbuhan ekonomi Jabar pada tahun 2013 yang didasarkan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
PDRB Jabar pada tahun lalu tumbuh sebesar 6,06 persen sementara pertumbuhan nasional 5,7 persen. Sebabnya, pertumbuhan terjadi hampir pada semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian.
“Besaran PDRB Jabar tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.070,18 triliun. Angka tersebut memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku yang mencapai Rp 9.084 triliun,” kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, Ade Rika Agus di BPS Jabar, Jln. PHH Mustopa, Bandung, Rabu (5/2/2014).
Menurutnya, hal ini merupakan pencapaian nilai tambah yang cukup baik mengingat pada tahun-tahun sebelumnya besaran PDRB Jabar atas dasar harga berlaku belum pernah mencapai Rp 1.000 triliun.
“Adanya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan nasional karena Jabar menjadikan sektor sekunder dan tersier sebagai fondasi perekonomian. Dengan demikian, larangan ekspor bahan mentah tidak memengaruhi secara signifikan. Sementara perekonomian nasional mendapatkan kontribusi yang cukup besar dari sektor primer tersebut dan larangannya pun memberikan efek yang lebih tinggi,” ujar Rika.
Sementara itu, Manager Economic Research and Public Relation Division Bank Indonesia Regional VI, Wahyu Ari Wibowo mengatakan, banjir ternyata menjadi penyebab utama tingginya inflasi di Jabar pada Januari 2014 lalu. Sebab, hal tersebut telah mengakibatkan meningkatnya harga sejumlah komoditas terutama komoditas bahan makanan dan biaya transportasi.
“Kami telah melakukan revisi mengenai penyebab utama melonjaknya inflasi di Jabar sebesar 0,98 persen. Awalnya kami memperkirakan penyebab utama melonjaknya inflasi disebabkan meningkatnya harga komoditas pangan yang dipicu oleh kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Akan tetapi, belakangan diketahui banjir telah menjadi penyebab utama hal tersebut,” ujar Wahyu.
Bahkan menurutnya, selama beberapa tahun terakhir, belum pernah ada bencana alam yang secara merata dan luas di sejumlah daerah seperti saat ini.
Dengan demikian, dampaknya terhadap inflasi pun merupakan yang paling besar selama beberapa tahun terakhir. Banjir telah menghambat distribusi barang, distribusi jasa, dan produktivitas komoditas pertanian.
Ketika ditanyakan mengenai perkiraan inflasi Jabar pada tahun ini, ia mengatakan, inflasi yang tinggi pada tahun lalu tidak akan terjadi kembali. Sebab, kondisi akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu inflasi didorong oleh sejumlah pemicu seperti kenaikan harga BBM dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (A-207/A-89)***
*sumber: Pikiran Rakyat, Kamis (6 Februari 2014)
beda sama jakarta yang sepertinya ekonominya lagi merosot , hari raya kurban kurban kemarin di Rt wa banyakan yang kurban domba sama kambing dibanding sampi yang cuma seekor yang dijadikan hewan kurban dengan bobot berat standar hewan kurban sapi



0
5.5K
69


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan