baru saja ane dikenalin dengan anak muda yang sama hebatnya dengan para kaskuser. Ane kenalnya lewat email, belum ketemu langsung sih, tapi mendengar ceritanya ane jadi terharu sekaligus ikut bangga dengan apa yang dilakukannya.
Namanya Andri Rizki Putra. Panggilannya Rizki. Tahun ini umurnya genap 23 tahun. Kalau sekilas melihat tampilannya, Rizki lebih mirip dengan artis boyband korea dibanding aktivis LSM yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak tidak mampu.
Spoiler for Nih:
Siapa sangka di balik wajahnya yang ganteng, bersih, murah senyum, suka foto selfie dan mengunggahnya di media sosial, Rizki punya kegiatan yang sungguh mulia.
Masa kecilnya yang tidak beruntung (Rizki tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya seorang diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran.
Tahun 2012 dia mendirikan yayasan yang mengadakan sekolah untuk anak-anak putus sekolah.
Silakan simak cerita Henny Galla Pradana yang pernah dimuat di jawapos.com berikut. Ane bakal update cerita ekslusif lainnya gan.
TS
* * *
Spoiler for Kenalin Rizki:
Rizki putus sekolah formal pada jenjang SMA dikarenakan rasa marahnya atas penyelenggaran ujian nasional yang penuh praktik kebocoran.
Ketika kuliah di UI, Rizki aktif di kegiatan penelitian kampus, perlombaan debat, dan mengajar mereka yang putus sekolah. Ia mendapat predikat Juara 3 Mahasiswa Berprestasi Tingkat FHUI, peraih predikat cum laude (lulusan terbaik), salah satu lulusan termuda, dan menjadi mahasiswa tercepat yang menyelesaikan perkuliahannya (dalam waktu 6 semester).
Rizki juga merupakan pendiri dari Yayasan Pemimpin Anak Bangsa, sebuah yayasan berbasis swadaya masyarakat untuk mereka yang putus sekolah dan ingin melanjutkan pendidikannya tanpa batas usia, dan pekerjaan secara gratis untuk siapa pun.
Di waktu senggang, Rizki gemar menghabiskan waktu untuk traveling dan mempelajari bahasa Prancis dan Spanyol.
Spoiler for Dikucilkan teman karena protes kebiasaan mencontek:
BUNYI lonceng di salah satu sudut sekolah menandai berakhirnya ujian nasional (unas) pada pertengahan 2006 lalu. Andri Rizki Putra yang saat itu masih SMP bergegas keluar kelas. Terik siang yang menyelimuti Jakarta kala itu menemani langkah kakinya yang cepat menyusuri teras-teras panjang kelas. Dia buru-buru ingin bertemu kepala sekolah. Belum sampai mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dia bertemu salah seorang guru.
”Kenapa ingin ke kantor kepala sekolah?” tanya sang guru. Tanpa takut, remaja dengan seragam putih biru itu bilang bahwa dirinya ingin mengadukan buruknya sistem ujian nasional. Bagaimana bisa, tanya Rizki, guru-guru tutup mata bahwa murid-murid peserta ujian menyontek dengan bebas? Bahkan, guru mengirim kunci jawaban lewat pesan pendek? ”Buat apa pintar kalau didapat dari ketidakjujuran?” tegasnya.
Bagi Rizki, apa yang dia alami adalah suatu yang tidak masuk akal. Apalagi, saat sang guru justru balik bertanya kenapa. ”Kenapa Rizki tak bilang ke saya (untuk dapat sontekan)? Nanti pasti kamu dapat nilai yang lebih bagus,” kata guru itu, lantas mencegah Rizki bertemu kepala sekolah.
Padahal, tanpa menyontek, Rizki bisa lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Ironi tak mandek di situ. Teman-teman sekolah Rizki yang notabene siswa salah satu SMP unggulan di Jakarta Selatan justru mengucilkannya.
Spoiler for SMA kelas 1 keluar:
Tentangan sosial membuat hari-hari kelulusan semakin berat. Sempat dia berpikir hendak melapor ke Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mengekspose ke media, namun ditahan orang-orang dekatnya. Rizki drop dan depresi. Dia menghabiskan masa-masa menjelang SMA dengan mengurung diri di kamar dan enggan keluar rumah.
Saat masuk SMA pada 2006 juga, Rizki merasakan kekosongan hati yang luar biasa. Meski diterima di SMA unggulan, mendapat beasiswa prestasi, dan mencetak nilai tertinggi, dia sudah tak bersemangat sekolah. Akhirnya Rizki hanya satu bulan di SMA dan memilih putus sekolah. Kepercayaannya terhadap sekolah formal luntur.
Namun, jangan dikira Rizki akan menyerah untuk mendapat pendidikan. Dia meyakinkan sang ibu, Arlina Sariani, 50, bahwa dirinya mencari pola belajar dengan caranya sendiri. ”Saya menamakan jalur pendidikan SMA saya adalah unschooling,” ceritanya saat ditemui Jawa Pos di Grand Indonesia akhir pekan lalu (26/7).
Bukan homeschooling yang harus membayar mahal biaya pendidikannya. Bukan juga bimbingan belajar yang masuk pendidikan nonformal. Unschooling merupakan jalur pendidikan tanpa lembaga, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Dia belajar sendiri di rumah. Sumber pendidikannya dia raih dari membaca dan mempelajari buku-buku bekas dari saudara-saudaranya.
Spoiler for Belajar sendiri untuk ikut ujian nasional:
Sebetulnya unschooling yang dijalani Rizki merupakan program pemerintah untuk pendidikan informal berupa pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Sistem itulah yang melahirkan ijazah paket. Sayang, ijazah paket sudah kadung bercitra negatif. Hanya karena lulusan ijazah paket, mayoritas anak-anak putus sekolah dan tak mampu secara akademik. Akses ke perguruan tinggi juga susah karena beberapa kampus tidak menerima pelamar dengan ijazah tersebut.
Selain research melalui internet, Rizki pergi ke dinas pendidikan untuk meyakinkan tetap bisa mengikuti ujian kesetaraan dengan pola pendidikan seperti itu. Bahkan, dia tertantang mengambil ujian paket C setara SMA dengan sistem akselerasi. Ternyata, diknas mengizinkan Rizki dengan beberapa syarat. Salah satunya, mengikuti placement test yang berisi ujian akademik dan tes IQ. Rupanya Rizki berhasil melampaui syarat ujian paket kesetaraan di bawah 17 tahun.
Untuk lolos tes paket, dalam sehari dia menghabiskan 22 jam untuk belajar. Dia melumat pelajaran yang normalnya diambil tiga tahun menjadi setahun saja. Pelajaran yang dirasa sulit dia cari jawabannya lewat internet. Dia juga rajin membaca surat kabar. ”Ujian paket seharusnya juga lebih sulit karena saya harus belajar enam mata pelajaran. Sebaliknya, ujian nasional hanya tiga mata pelajaran,” tuturnya yang saat ditemui mengenakan setelan jaket kuning dan celana jins warna cerah. Begitu hasil ujian paket keluar, Rizki mencetak nilai sangat tinggi dengan rata-rata 9 tiap pelajaran. Dia lulus SMA pada usia 16 tahun! ”Saat itu pun pengawas ujian sempat menyodori saya kunci jawaban agar saya lulus. Pasti saja saya tolak,” ujarnya, lantas tersenyum mengenang kisah ironi itu. Pendidikan pun dia dapatkan dengan sangat murah. Selama unschooling, dia hanya mengeluarkan biaya Rp 100 ribu. ”Untuk fotokopi ijazah,” candanya.
Spoiler for Keterima UI dan lulus cum laude:
Pada 2007 Rizki tembus SNM PTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI). Bahkan, dekan fakultasnya heran karena ada mahasiswa dengan ijazah paket. Toh, pada 2011, pada usia 20 tahun, dia justru menjadi lulusan terbaik dengan predikat cum laude.
Spoiler for Mendirikan masjidschooling:
Pengalaman panjangnya dalam bersekolah itu memicu Rizki untuk membuat sekolah gratis. Tak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C. Yayasan pertama yang dia dirikan adalah masjidschooling. Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman di bilangan Bintaro.
Rizki pun menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, dia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.
Spoiler for Mendirikan yayasan untuk orang tidak mampu:
Selain samping itu, Rizki yang saat ini menjadi konsultan di firma hukum Baker and MzKenzie juga menjadi founder Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) pada 2012. Berbeda dengan masjidschooling yang cenderung segmented untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih plural. Konsep pendidikan di YPAB juga fleksibel. Sebab, tutor di YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20–30 tahun dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesional. Mereka menjadi relawan setia yang mengajar tanpa bayaran.
Spoiler for Tantangan dan capaiannya:
Terkadang Rizki juga menjalin kerja sama dengan relasinya di luar negeri seperti Meksiko dan Malaysia untuk mengajar di YPAB. Tidak pelak, murid-murid putus sekolah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat akhirnya mau tidak mau belajar ngomong Inggris. Yang membanggakan, sudah banyak murid ”schooling” Rizki yang ”naik kelas”. Dari tukang jual koran menjadi pegawai admin di media. Dari pembantu rumah tangga (PRT) menjadi admin di perkantoran.
Bahkan, Prihatin, salah seorang murid yang sehari-hari berjualan pisang goreng di Tanah Abang, menjadi peraih nilai ujian nasional paket B tertinggi nasional. Kini Prihatin melanjutkan paket C. Dua murid lainnya yang bekerja sebagai PRT, ungkap Rizki, akan melanjutkan kuliah.
Kendati demikian, mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal mudah. Banyak pula tekanan dari masyarakat. Misalnya, warga pernah memprotes Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum. Sebab, awal-awal berdiri, proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi. ”Pernah juga dikira tengah melakukan kristenisasi dengan antek-antek asing,” papar Rizki yang ingin melanjutkan kuliah school of education di Amerika Serikat.
Namun, semua itu dilalui dengan baik. YPAB kini memiliki beberapa cabang. Selain di Tanah Abang, juga di Bintaro, kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Medan. Rencananya Rizki juga mendirikan YPAB di luar Jawa. Dari sisi kurikulum, selain menggenjot kemampuan bahasa, dia akan menambahkan praktik entrepreneurship.
Spoiler for Inilah nilai yang menjadi dasar gerakannya:
”Saya tidak memaksa murid untuk punya nilai bagus. Tapi, menekankan pentingnya kejujuran. Lihat, koruptor itu adalah orang-orang pintar, namun sudah tidak jujur sejak dalam pikiran,” tegas Rizki yang juga giat di Brunch Club, komunitas pencetus ide-ide pemula bisnis TI atau Start Up itu. (*/c10/kim)
Original Posted By acc.handphone.►mantap nih inspirasi
Quote:
Original Posted By .pentoelan.►Andri Rizki Putra,seperti oase ditengah gurun
Quote:
Original Posted By dutalight►
ane gak terlibat lgsg gan karena ane fokus kuliah aja kmrn. maklum ipk pas2an jadi gak berani ikut acara diluar kampus banyak2
ane cuma pernah kesana waktu ada tugas kuliah gan, jadi macem CSR gitu dari anak Stan buat lingkungan warga sekitar nah pas itu baru nyambangi masjid schooling kalo yg ikut ngajar temen ane
situasinya ya seperti yg dijelaskan di pejwan dan ane salut diantara mahasiswa kita masih ada yg peduli bgt ama kaum bawah apalagi itu aksi sosial, syg ane cuma bs sekali doang kesana itupun mungkin kalo bkn tugas kuliah ane gak bakalan tau
Quote:
Original Posted By marzhals►Yg kek gini di Indonesia jumlahnya bisa diitung dgn jari,sisanya remaja penuh otak mesum.
Quote:
Original Posted By gatot.muhammad►Anjrit.......keren banget nih pemuda......ini namanya pemuda harapan bangsa. Calonin aja jadi menteri pendidikan
Quote:
Original Posted By mantannapi►Wah, ternyata memang benar sekolah informal itu menghasilkan siswa berkualitas.
Skripsi temen ane membahas tentang itu, memang rata-rata orang yang sekolah informal (Sekolah sendiri) itu cenderung lebih cepat dibandingkan dengan sekolah formal.
Contoh kasus di daerah ane, seseorang dia sekolah informal yang fokus pada pelajaran fisika, sampai akhirnya dia memperoleh juara 1 olimpiade fisika nasional, tapi tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat
Memang, perlu evaluasi dan penelitian mengapa sekolah formal bisa mengalahkan sekolah informal.
Menurut ane memang kemauan belajar otodidak tentang pelajaran yang mereka sukai itu cenderung lebih bagus dibandingkan belajar semua pelajaran yang membuat jenuh siswa.
Quote:
Original Posted By viscera►beuh bisa jadi idola cabe2an terbaru nih anak
tapi salut lah kalo doi bener2 mau mengubah kebiasaan jelek yang banyak di sekolah2
Quote:
Original Posted By TikusNyinying►Kalo soal bocoran pas UAN mah udah rahasia umum. Ane jg dlu ada pengalaman sama, cuma gara2 ane ga berani negur, ane cuma pura2 ga tau. Pokoknya ane ga ikutan pake bocoran kaya mereka, ane berpikir yang penting ane jujur aja dlu, kalo orang lain mah bodo amat. Salut ama ini orang yg berani aksi nyata. Gw kalah jauh dibanding dia.
Quote:
Original Posted By DikaMonster►wahahaha kiki masuk HT yak.. dia tetangga ane gan, dia ga begitu kenal ane, tapi ane kenal banget sama dia, ane sering denger dia dari sahabat anS E N S O R sahabat ane ini temen kecilnya kiki.. kiki sekarang udah jadi lawyer hebat denger2 omsetnya udah "wah" sekarang kiki punya lsm buat anak2 kurang mampu bukan cuman anak2 tapi semua orang yg ga mampu tapi pengen sekolah bisa sekolah di lsmnya, ane lupa nama yayasannya tapi lokasinya ada dibintaro sektor 2 gan, di jalan kesehatan patokannya holand bakery ada jalan kecil masuk aja kesana +- 50 meter ada LSM itu punya kiki huehueheuhS E N S O R
note : tar ane tanya sahabat ane nama LSM nya.. ane ada niat mau ngajar disana, kalo ada agan yg mao yuk bareng2 kita buat bangsa indoensia lebih maju
Quote:
Original Posted By yadi2009►mantap gan...
alhamdulillah, msh ada aja org spt rizki... zaman ane sma dulu,tmn2 ane ujian jg pd nyontek gan.. trus, beberapa ada yg masuk PTN unggulan (salah satunya UI)... mungkin skrg udah pada jadi koruptor kali ya...
Quote:
Original Posted By renaiichii►Saya dukung Rizki untuk menjadi anggota DPR / MPR termuda dalam sejarah Indonesia.... Siapa tau dari seorang Rizki bisa meng- influence segenap anggota DPR / MPR untuk lebih jujur
Terima kasih buat agan-agan yang sudah ngevote, ngirim abu gosok, dan cendol. Ane terharuh. Mohon maaf yang tidak sempat ane print screen. Ane seperti mandi cendol rasanya
Spoiler for kulkas ane:
Rizki mengirim cendol buat agan dan sista kaskuser yang tercinta