- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Iket Kepala & Jenis-jenis Iket Kepala (Sunda)


TS
bangmono
Sejarah Iket Kepala & Jenis-jenis Iket Kepala (Sunda)
Sejarah :
Jenis-jenis Iket :
Komeng TS, Mari lestarikan Budaya kita, jangan sampai di klaim lagi oleh bangsa lain.

Spoiler for Sejarah:
Iket atau totopong (Sunda) atau udeng (Bali) adalah penutup kepala dari kain merupakan bagian dari kelengkapan sehari-hari pria di pulau Jawa dan Bali, sejak masa silam sampai sekitar awal tahun 1900-an dan mulai populer kembali pada tahun 2013. Penggunaan iket bagi pria akil balik pada masa lalu menjadi keharusan karena dipercaya melindungi mereka dari roh-roh jahat, selain untuk fungsi-fungsi praktis seperti wadah /pembungkus, selimut, bantalan untuk mengangkut beban di kepala dsb, sedangkan saat ini lebih diperuntukkan sebagai aksesoris dan upaya melestarikan budaya.
Di Jawa Barat khususnya masyarakat Sunda, tutup kepala yang dibuat dari kain dikenal dengan sebutan iket atau totopong atau udeng, semuanya adalah pelindung kepala yang berfungsi sebagai kelengkapan berbusana. Di samping itu ada pula dudukuy yaitu tutup kepala yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti bambu, kayu dan daun yang hanya berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas dan hujan.
Pada zaman dahulu iket juga mencerminkan kelas dalam masyarakat, hingga tampak jelas perbedaan kedudukan seseorang (pria) dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu iket Sunda juga sebagai bagian dari kelengkapan berbusana yang digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan budaya yang dikaitkan dengan nilai budaya, adat istiadat serta pandangan hidup masyarakat.
Makna Iket Sunda Pada mulanya kata iket merupakan kata umum yang artinya ikat atau ikatan. Akan tetapi karena sesuatu yang diikatnya itu kepala (pria) dan berlangsung saat dangdan atau dangdos atau berdandan akhirnya kata iket itu menjadi kata khusus atau istilah yang mengandung pengertian ikat kepala.
Iket dipandang dan dianggap tepat sebagai benda yang dapat melindungi kepala saat melakukan aktifitas dan sekaligus menjadi atribut sosial. Bentuknya yang beragam diciptakan sebagai simbol yang berkaitan dengan keagamaan, upacara adat, dan status sosial tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan
Iket berpadanan kata dengan totopong dan udeng (bahasa Sunda halus). Di-totopong berarti mengenakan tutup kepala menurut aturan tertentu. Bentuk totopong itu ada yang disebut Bendo, Porténg, Lohén, Barangbang Semplak atau Mantokan, Kuda Ngencar dan Paros Nangka atau Kebo Modol”. Iket sebagai bagian dari kelengkapan anggoan pameget (busana pria) memiliki nilai estetik tinggi. Iket sebagai tutup kepala memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan dengan tutup kepala yang lain, karena dalam proses pembentukannyamemerlukan kejelian, keterampilan, ketekunan, kesabaran dan rasa estetika yang tinggi dari pemakainya. Hal ini akan membuktikan bahwa iket dapat mencerminkan status simbol pemakainya.
Selain itu iket juga memiliki makna secara ilmu pengetahuan dan kepercayaan,iket sangat erat kaitannya dengan unsur tauhid dan budaya. Iket memiliki makna mengikat seperti ikatan yang terbentuk dari tali. Iket juga berarti totopong yang berasal dari kata tepung (bertemu) yang mengalami pengulangan dan perubahan kata dasar te menjadi toto. Tepung artinya bertemu, bertemu dalam hal ini maksudnya simbol dari bertemunya ujung kain karena dibentuk simpul sebagai lambang silaturahmi. Iket mengandung makna mengikat kepala. Obyek yang diikat adalah kepala (pria). Kepala memiliki makna sebagai pemimpin tubuh dengan isinya yaitu otak. Otak merupakan tempat pikiran dan organ manusia sebagai ciri manusia makhluk mulia ciptaan Tuhan. Dengan otak ini manusia memiliki cipta, karsa, rasa sehingga mampu berpikir. Dengan memakai iket, kepala sebagai organ penting dapat dilindungi.
Iket dibentuk dari kain berbentuk bujur sangkar yang memiliki empat sudut. Keempat sudut itu memiliki makna sebagai sudut kereteg haté (kereteg = perasaan atau suara yang timbul dengan sendirinya, haté = hati. kereteg haté diartikan sebagai niat), ucapan (lisan), tingkah (sikap), dan raga (badan) yang kemudian kain itu dilipat dua membentuk segitiga sama kaki dengan tiga sudut. Ketiga sudut tersebut mencerminkan tiga azas tritunggal kesetaraan dalam hidup kemasyarakatan yakni tritangtu yang terdiri dari resi pemimpin agama, rama (pemimpin rakyat) dan perebu (pemimpin wilayah).
Diharapkan azas ini dijalankan dengan keharmonisan antara tekad, ucapan, tingkah laku yang terangkum dalam raga manusia. Iket juga memiliki makna ngawengku (mengikat) segala urusan yang berhubungan dengan keduniawian seperti yang disampaikan bahwa iket digunakan oleh para Saéhu. Saéhu adalah seorang pemimpin rakyat yang saé jadi hulu, saé hubungannana, tiasa ngiket kana sagala persoalan kamasyarakatan jeung kahirupan (bagus untuk dijadikan ketua atau pemimpin, bagus hubungan sosialnya, mampu mempersatukan dan menyelesaikan.
Iket Sunda pada masa dahulu merupakan salah satu kelengkapan busana pria yang sangat penting. Penggunaan iket bagi masyarakat Sunda berfungsi sebagai:
a. Penutup rambut.
b. Pelindung kepala.
c. Alat untuk melindungi diri.
d. Alat untuk membawa barang.
e. Alat untuk menyimpan barang.
f. Sebagai sajadah pada saat melaksanakan sholat lima waktu
g. Simbol status sosial pria atau sebagai simbol yang menunjukkan identitas dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. Simbol ini ditunjukkan melalui model dan jenis kain yang digunakan untuk iket.
h. Penghormatan terhadap kedudukan seorang pria seperti digunakan apabila menghadap priyayi, pejabat pemerintah setempat dan ulama.
Dewasa ini fungsi iket Sunda secara umum sebagai:
a. Salah satu penanda etnis Sunda.
b. Penanda etnis Sunda pada busana adat.
c. Penanda etnis Sunda pada busana tari pertunjukan.
Terdapat perbedaan model iket untuk di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ada beberapa model iket yang diberi nama-nama seperti barangbang semplak, parekos, atau porteng.
Orang Bali mengenakan udeng/iket pada saat upacara adat. Udeng digunakan oleh orang Bali agar pada saat orang Bali pergi ke pura, rambut mereka tidak berantakan/rapi.
Sumber
Di Jawa Barat khususnya masyarakat Sunda, tutup kepala yang dibuat dari kain dikenal dengan sebutan iket atau totopong atau udeng, semuanya adalah pelindung kepala yang berfungsi sebagai kelengkapan berbusana. Di samping itu ada pula dudukuy yaitu tutup kepala yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti bambu, kayu dan daun yang hanya berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas dan hujan.
Pada zaman dahulu iket juga mencerminkan kelas dalam masyarakat, hingga tampak jelas perbedaan kedudukan seseorang (pria) dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu iket Sunda juga sebagai bagian dari kelengkapan berbusana yang digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan budaya yang dikaitkan dengan nilai budaya, adat istiadat serta pandangan hidup masyarakat.
Makna Iket Sunda Pada mulanya kata iket merupakan kata umum yang artinya ikat atau ikatan. Akan tetapi karena sesuatu yang diikatnya itu kepala (pria) dan berlangsung saat dangdan atau dangdos atau berdandan akhirnya kata iket itu menjadi kata khusus atau istilah yang mengandung pengertian ikat kepala.
Iket dipandang dan dianggap tepat sebagai benda yang dapat melindungi kepala saat melakukan aktifitas dan sekaligus menjadi atribut sosial. Bentuknya yang beragam diciptakan sebagai simbol yang berkaitan dengan keagamaan, upacara adat, dan status sosial tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan
Iket berpadanan kata dengan totopong dan udeng (bahasa Sunda halus). Di-totopong berarti mengenakan tutup kepala menurut aturan tertentu. Bentuk totopong itu ada yang disebut Bendo, Porténg, Lohén, Barangbang Semplak atau Mantokan, Kuda Ngencar dan Paros Nangka atau Kebo Modol”. Iket sebagai bagian dari kelengkapan anggoan pameget (busana pria) memiliki nilai estetik tinggi. Iket sebagai tutup kepala memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan dengan tutup kepala yang lain, karena dalam proses pembentukannyamemerlukan kejelian, keterampilan, ketekunan, kesabaran dan rasa estetika yang tinggi dari pemakainya. Hal ini akan membuktikan bahwa iket dapat mencerminkan status simbol pemakainya.
Selain itu iket juga memiliki makna secara ilmu pengetahuan dan kepercayaan,iket sangat erat kaitannya dengan unsur tauhid dan budaya. Iket memiliki makna mengikat seperti ikatan yang terbentuk dari tali. Iket juga berarti totopong yang berasal dari kata tepung (bertemu) yang mengalami pengulangan dan perubahan kata dasar te menjadi toto. Tepung artinya bertemu, bertemu dalam hal ini maksudnya simbol dari bertemunya ujung kain karena dibentuk simpul sebagai lambang silaturahmi. Iket mengandung makna mengikat kepala. Obyek yang diikat adalah kepala (pria). Kepala memiliki makna sebagai pemimpin tubuh dengan isinya yaitu otak. Otak merupakan tempat pikiran dan organ manusia sebagai ciri manusia makhluk mulia ciptaan Tuhan. Dengan otak ini manusia memiliki cipta, karsa, rasa sehingga mampu berpikir. Dengan memakai iket, kepala sebagai organ penting dapat dilindungi.
Iket dibentuk dari kain berbentuk bujur sangkar yang memiliki empat sudut. Keempat sudut itu memiliki makna sebagai sudut kereteg haté (kereteg = perasaan atau suara yang timbul dengan sendirinya, haté = hati. kereteg haté diartikan sebagai niat), ucapan (lisan), tingkah (sikap), dan raga (badan) yang kemudian kain itu dilipat dua membentuk segitiga sama kaki dengan tiga sudut. Ketiga sudut tersebut mencerminkan tiga azas tritunggal kesetaraan dalam hidup kemasyarakatan yakni tritangtu yang terdiri dari resi pemimpin agama, rama (pemimpin rakyat) dan perebu (pemimpin wilayah).
Diharapkan azas ini dijalankan dengan keharmonisan antara tekad, ucapan, tingkah laku yang terangkum dalam raga manusia. Iket juga memiliki makna ngawengku (mengikat) segala urusan yang berhubungan dengan keduniawian seperti yang disampaikan bahwa iket digunakan oleh para Saéhu. Saéhu adalah seorang pemimpin rakyat yang saé jadi hulu, saé hubungannana, tiasa ngiket kana sagala persoalan kamasyarakatan jeung kahirupan (bagus untuk dijadikan ketua atau pemimpin, bagus hubungan sosialnya, mampu mempersatukan dan menyelesaikan.
Iket Sunda pada masa dahulu merupakan salah satu kelengkapan busana pria yang sangat penting. Penggunaan iket bagi masyarakat Sunda berfungsi sebagai:
a. Penutup rambut.
b. Pelindung kepala.
c. Alat untuk melindungi diri.
d. Alat untuk membawa barang.
e. Alat untuk menyimpan barang.
f. Sebagai sajadah pada saat melaksanakan sholat lima waktu
g. Simbol status sosial pria atau sebagai simbol yang menunjukkan identitas dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. Simbol ini ditunjukkan melalui model dan jenis kain yang digunakan untuk iket.
h. Penghormatan terhadap kedudukan seorang pria seperti digunakan apabila menghadap priyayi, pejabat pemerintah setempat dan ulama.
Spoiler for pic:

Dewasa ini fungsi iket Sunda secara umum sebagai:
a. Salah satu penanda etnis Sunda.
b. Penanda etnis Sunda pada busana adat.
c. Penanda etnis Sunda pada busana tari pertunjukan.
Terdapat perbedaan model iket untuk di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ada beberapa model iket yang diberi nama-nama seperti barangbang semplak, parekos, atau porteng.
Orang Bali mengenakan udeng/iket pada saat upacara adat. Udeng digunakan oleh orang Bali agar pada saat orang Bali pergi ke pura, rambut mereka tidak berantakan/rapi.
Sumber
Jenis-jenis Iket :
Spoiler for Jenis Iket:
Berdasarkan tulisan Kang Mochamad Asep Hadian Adipradja di Pulasara Iket , Rupa Iket terdiri dari 3 kategori, yaitu:
1. Rupa Iket Réka-an BAHEULA :
adalah rupa iket yang sudah terdapat di kampung-kampung adat, dan sudah menjadi pola kebiasaan sehari-hari dalam penggunaanya, tanpa tercampur oleh budaya atau elemen dari luar.
Sebagai contoh biasanya kakek-kakek yang sering menggunakan iket, tentu beliau sudah menggunakan rupa iket tersebut tatkala masih remaja/anak-anak, dan sampai sekarang tetap menggunakannya, walau hanya mengetahui 1 jenis rupa iket yang dikenakannya.
Namun terkadang juga, karena pengaruh kunjungan wisata dari kota/tempat lain, terkadang ada ketertarikan melihat rupa iket tamu tersebut, yang pada akhirnya terjadi transformasi bentuk, bahkan meniru nya.
Saya mengambil patokan Tahun yang dikatakan rékaan baheula adalah sebelumi tahun 1999, kareana pada tahun tersebut Musium SriBaduga, telah membuat beberapa artikel mengenai penutup kepala.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
Contoh contoh Iket Réka-an Baheula :
- Barangbang semplak :
- Julang Ngapak :
- Kuda Ngencar :
- Parekos Nangka :
- Parekos Jengkol :
- Kekeongan (di Banten disebut borongsong keong) :
- Maung Heuay :
- Porteng dan lain lain
2. Rupa Iket Réka-an KIWARI :
adalah rupa iket hasil karya dari pribadi, dengan kreasi yang disenanginya, namun pada prinsipnya adalah tetap menggunakan kain juru opat. Iket Reka-an ini, sebagai bentuk dari penemuan atau imajinasi atau bahkan surup-an dari hal hal tertentu.
Tidak menutup kemungkinan Rupa Iket Reka-an ini, adalah hasil dari rupa iket Buhun, yang terkuak kembali setelah bertahun-tahun tidak diketahui, dan hal ini bisa dibuktikan dengan metode saksi hidup/bukti dari ingatan seseorang dari generasi penerusnya.
Dan pada dasarnya rupa iket rekaan kiwari ini mulai banyak di temukan pada tahun 2011 hingga sekarang.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
Contoh contoh Iket Sunda Rekaan Kiwari :
-Candra Sumirat :
-Maung Leumpang :
- Hanjuang Nangtung dan lain lain.
3.Rupa Iket Praktis:
adalah rupa iket yang sudah jadi sehingga sangat memudahkan dalam pemakaianya, rupa iket praktis ini mulai dkenal pada tahun 2008 hingga saat ini. Iket Praktis ini juga mempunyai aneka rupa, seperti halnya rupa iket yang dibuat dari kain segi empat.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
1. Contoh Iket Praktis Satu-Réka-an/Jenis :
Iket Praktis yang hanya satu Rekaan/Jenis iket. Misalnya Iket Praktis Parekos seperti gambar teersebut atau Iket Praktis Makuta Wangsa, seperti gambar berikut:
- Iket Praktis : Parekos
- Iket Praktis : Makuta Wangsa
2. Iket Praktis : Mancala Rupa
Yaitu satu iket praktis tapi bisa direka menjadi berbagai Réka-an / Jenis iket: baik iket Réka-an Baheula, maupun Réka-an Kiwari .
Contoh Iket Praktis Mancala Rupa : kiri sebelum direka menjadi berbagai macam Réka-an, sebelah kanan hasil Réka-an iket Praktis Mancala Rupa, ini hanya sebagian, karena bisa membuat lebih banyak Réka-an tergantung kreatifitas pemakainya.
3. Lawon Sonagar: Yaitu iket yang di Réka sedemikian rupa sehingga membentuk segitiga, sehingga orang yang akan memakai iket tidak perlu melipat dari kain iket segi empat menjadi segi tiga.
Dari Lawon Sonagar kita dapat membuat berbagai Iket Réka-an baik Iket Re-Kaan Baheula, maupun Iket Réka-an Kiwari. Karena semua Réka-an Iket awalnya dari selembar iket segi empat, kemudian dilipat menjadi segi tiga.
- Lawon Sonagar
Sumber
1. Rupa Iket Réka-an BAHEULA :
adalah rupa iket yang sudah terdapat di kampung-kampung adat, dan sudah menjadi pola kebiasaan sehari-hari dalam penggunaanya, tanpa tercampur oleh budaya atau elemen dari luar.
Sebagai contoh biasanya kakek-kakek yang sering menggunakan iket, tentu beliau sudah menggunakan rupa iket tersebut tatkala masih remaja/anak-anak, dan sampai sekarang tetap menggunakannya, walau hanya mengetahui 1 jenis rupa iket yang dikenakannya.
Namun terkadang juga, karena pengaruh kunjungan wisata dari kota/tempat lain, terkadang ada ketertarikan melihat rupa iket tamu tersebut, yang pada akhirnya terjadi transformasi bentuk, bahkan meniru nya.
Saya mengambil patokan Tahun yang dikatakan rékaan baheula adalah sebelumi tahun 1999, kareana pada tahun tersebut Musium SriBaduga, telah membuat beberapa artikel mengenai penutup kepala.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
Contoh contoh Iket Réka-an Baheula :
- Barangbang semplak :
Spoiler for pic:

- Julang Ngapak :
Spoiler for pic:

- Kuda Ngencar :
Spoiler for pic:

- Parekos Nangka :
Spoiler for pic:

- Parekos Jengkol :
Spoiler for pic:

- Kekeongan (di Banten disebut borongsong keong) :
- Maung Heuay :
- Porteng dan lain lain
2. Rupa Iket Réka-an KIWARI :
adalah rupa iket hasil karya dari pribadi, dengan kreasi yang disenanginya, namun pada prinsipnya adalah tetap menggunakan kain juru opat. Iket Reka-an ini, sebagai bentuk dari penemuan atau imajinasi atau bahkan surup-an dari hal hal tertentu.
Tidak menutup kemungkinan Rupa Iket Reka-an ini, adalah hasil dari rupa iket Buhun, yang terkuak kembali setelah bertahun-tahun tidak diketahui, dan hal ini bisa dibuktikan dengan metode saksi hidup/bukti dari ingatan seseorang dari generasi penerusnya.
Dan pada dasarnya rupa iket rekaan kiwari ini mulai banyak di temukan pada tahun 2011 hingga sekarang.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
Contoh contoh Iket Sunda Rekaan Kiwari :
-Candra Sumirat :
Spoiler for pic:

-Maung Leumpang :
Spoiler for pic:

- Hanjuang Nangtung dan lain lain.
3.Rupa Iket Praktis:
adalah rupa iket yang sudah jadi sehingga sangat memudahkan dalam pemakaianya, rupa iket praktis ini mulai dkenal pada tahun 2008 hingga saat ini. Iket Praktis ini juga mempunyai aneka rupa, seperti halnya rupa iket yang dibuat dari kain segi empat.
(Mochamad Asep Hadian Adipradja-Pulasara Iket)
1. Contoh Iket Praktis Satu-Réka-an/Jenis :
Iket Praktis yang hanya satu Rekaan/Jenis iket. Misalnya Iket Praktis Parekos seperti gambar teersebut atau Iket Praktis Makuta Wangsa, seperti gambar berikut:
- Iket Praktis : Parekos
Spoiler for pic:

- Iket Praktis : Makuta Wangsa
Spoiler for pic:

2. Iket Praktis : Mancala Rupa
Yaitu satu iket praktis tapi bisa direka menjadi berbagai Réka-an / Jenis iket: baik iket Réka-an Baheula, maupun Réka-an Kiwari .
Contoh Iket Praktis Mancala Rupa : kiri sebelum direka menjadi berbagai macam Réka-an, sebelah kanan hasil Réka-an iket Praktis Mancala Rupa, ini hanya sebagian, karena bisa membuat lebih banyak Réka-an tergantung kreatifitas pemakainya.
Spoiler for pic:

3. Lawon Sonagar: Yaitu iket yang di Réka sedemikian rupa sehingga membentuk segitiga, sehingga orang yang akan memakai iket tidak perlu melipat dari kain iket segi empat menjadi segi tiga.
Dari Lawon Sonagar kita dapat membuat berbagai Iket Réka-an baik Iket Re-Kaan Baheula, maupun Iket Réka-an Kiwari. Karena semua Réka-an Iket awalnya dari selembar iket segi empat, kemudian dilipat menjadi segi tiga.
- Lawon Sonagar
Spoiler for pic:

Sumber
Komeng TS, Mari lestarikan Budaya kita, jangan sampai di klaim lagi oleh bangsa lain.

Diubah oleh bangmono 08-11-2013 09:56
0
32K
Kutip
25
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan