Kaskus

News

Earth.IndexAvatar border
TS
Earth.Index
Gubernur ini tukang cabul, suka ngumpat, korupsi, kuper dan mukulin orang
Jakarta, Kamis malam, 25 September 2014. Gubernur yang didukung Partai
Golkar itu tertangkap tangan terkait dugaan suap alih fungsi lahan. Saat
ini Annas masih diperiksa di kantor KPK, Jakarta. KPK juga menyita
sejumlah mobil, termasuk mobil berpelat Riau.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto membenarkan ada penangkapan. Namun ia belum memberikan keterangan secara detail, termasuk kepastian kasus suap yang disangkakan. "Benar ada penangkapan," kata Bambang di sela-sela acara diskusi di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis malam.

Baru tujuh bulan diangkat menjadi Gubernur Riau, Annas
Maamun sudah menuai berbagai sorotan negatif. Annas dilantik pada 19
Februari 2014. Ia menggantikan pejabat lama, Rusli Zainal, yang kini
mendekam di Rumah Tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi lantaran terjerat
kasus korupsi PON Riau.

Sebelum menjadi gubernur, Annas pernah
menjabat Ketua DPRD Kabupaten Bengkalis, Ketua DPRD Kabupaten Rokan
Hilir, dan Bupati Rokan Hilir. Berikut ini aksi kontroversi Gubernur
Riau Annas Maamun:

1. Tudingan Asusila
Saat masih menjadi Bupati Rokan Hilir, Annas diduga melakukan tindak asusila terhadap S, pembantunya. Kepada sejumlah media pada pertengahan November tahun lalu, perempuan berusia 52 tahun itu bercerita awalnya Annas yang kelihatan capek meminta S memijat beberapa bagian tubuhnya. Awalnya proses pemijatan tersebut berlangsung sopan. Namun, belakangan Annas
mengajak S berhubungan badan. Seingat S, dua kali mereka pernah
benar-benar berhubungan badan.

Menanggapi tudingan S, Annas mengaku banyak isu yang dibangun di tengah masyarakat tentang dirinya, antara lain isu dugaan korupsi, perselingkuhan, dan terlibat G-30S PKI. Ia sengaja tidak membalas semua itu karena ia menyangkal melakukannya.

"Saya ini bupati. Kalau pun mau selingkuh masak dengan perempuan tua.
Saya bisa mencari yang lebih muda lah sedikit," katanya saat menghadiri
lokakarya peningkatan pembangunan desa di Kepulauan Meranti, Selasa, 19 November 2013.

Selanjutnya, dia juga dilaporkan mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah, Soemardhi Thaher, ke Markas Besar Kepolisian RI atas dugaan tindak asusila terhadap WW, anaknya.

Kasus yang sama, persis sebulan sebelum dilaporkan oleh Sumardhi, Annas juga dilaporkan oleh DS, mantan istri Ketua DPRD Dumai, Riau, pada 25 Juli 2014, terkait tuduhan pelecehan seksual.

2. Memaki-maki Jurnalis dan Bangun Dinasti
Kekesalan
Annas dipicu oleh berita sejumlah media yang menuding dia mulai
membangun dinasti politik di Riau. Annas mengangkat sanak famili dan
anak-menantu untuk menempati pos-pos penting di Bumi Lancang Kuning.
Dalam satu kunjungan ke Komisi Pemilihan Umum Riau, 17 April 2014 atau
dua bulan setelah dilantik menjadi gubernur, wartawan bertanya tentang
pengangkatan yang kontroversial itu.

Bukannya memberikan
klarifikasi, Annas justru menghardik dan mengucapkan kata-kata kasar
kepada jurnalis yang sudah menunggunya. "Jangan dinasti-dinasti lagi,
Pant*k!" Kata Pant*k adalah kata kasar yang kerap dipakai oleh
masyarakat di daerah Sumatera bagian tengah. Pertanyaan jurnalis
terbilang wajar karena sehari sebelumnya banyak kerabat Annas diberi
jabatan penting.

Rabu, 16 April 2014, Annas melantik anak
kandungnya, Fitriana, menjadi Kepala Seksi Mutasi dan Nonmutasi Badan
Kepegawaian Daerah Riau. Winda, anak Annas lainnya, diangkat menjadi
Kepala Seksi Penerimaan UPT Dinas Pendapatan Daerah Riau. Annas juga
mengangkat saudara iparnya, Syaifuddin, menjadi Kepala Subbagian Tata
Usaha Bagian Kas Daerah Biro Keuangan Sekretaris Provinsi Riau. Annas
juga dikenal kerap melakukan rotasi dan mutasi di jajaran Pemprov Riau,
yang kerap membuat para pejabat ketar-ketir.

3. Ijazah Palsu Anaknya
Setelah
dituding hendak membangun dinasti politik, nama Annas tercoreng lagi
oleh kelakuan Wakil Bupati Rokan Hilir Erianda, yang juga anak
kandungnya. Erianda dituding menggunakan ijazah palsu untuk kelengkapan
administasi menjadi Wakil Bupati Rokan Hilir. Seorang warga Rokan Hilir,
Faisal Reza, melaporkan kasus tersebut ke Kepolisian Daerah Riau,
Selasa, 17 Juli 2014.

Erianda dilantik sebagai Wakil Bupati
Rokan Hilir oleh Annas pada Sabtu, 12 Juli 2014. Pelantikan tersebut
menyusul kekosongan kursi Wakil Bupati Rokan Hilir yang ditinggal
Suyatno, yang kini menjadi Bupati Rokan Hilir. Nama Erianda diusulkan
oleh Partai Golkar sebagai partai pemenang untuk menjadi Wakil Bupati
Rokan Hilir melalui sidang paripurna DPRD Rokan Hilir.

Juru
bicara Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir Syamsul Kidul membantah terjadi
pemalsuan ijazah. Menurut dia, sebelum dilantik menjadi wakil bupati,
segala berkas persyaratan milik Erianda sudah diverifikasi oleh tata
pemerintahan Rokan Hilir dan Kementerian Dalam Negeri. "Kalau ijazahnya
bermasalah, tidak mungkin bisa dilantik," ujarnya. Juru bicara Polda
Riau, Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo, mengatakan penyidik masih
bekerja mengumpulkan bukti tambahan untuk mengungkap kasus itu.

4. Ditegur Mantan Mendagri karena Kepemimpinan Buruk
Mantan
Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid mengirimkan surat teguran kepad
Annas. Sebagai salah satu tokoh di Riau, ia gerah dengan kelakuan Annas
selama menjadi gubernur. Ia menyebut Annas memimpin Riau dengan gaya
kepemimpinan brutal. Sebagai salah satu pendukung Annas kala menjadi
gubernur, Syarwan memohon maaf kepada masyarakat Riau. Pensiunan letnan
jenderal tersebut mengaku menyesal mendukung Annas.

"Mendesak
Menteri Dalam Negeri menurunkan tim evaluasi yang meneliti kebenaran
pendapat yang berkembang di masyarakat terhadap buruknya kepemimpinan
Annas Maamun. Selanjutnya menilai apakah yang bersangkutan masih layak
mengemban amanah untuk memimpin Provinsi Riau," demikian isi teguran
Syarwan Hamid saat mengumpulkan sejumlah tokoh Riau di Hotel Aryaduta
Riau, Pekanbaru, Sabtu, 2 Agustus 2014.

Wakil Ketua DPRD
Noviwaldy Jusman mengatakan teguran terhadap Annas sebagai bentuk
kepedulian Syarwan terhadap perkembangan Riau. "Setiap orang punya hak
menilai kepemimpinan seorang gubernur, selagi sesuai dengan koridornya,
kata Noviwaldy, Selasa, 5 Agustus 2014.

Gubernur Annas enggan
menanggapi pernyataan Syarwan Hamid yang ingin mengingatkan dirinya
terkait kebijakan dan perilakunya selama menjabat sebagai gubernur.
"Saya malas menanggapi masalah seperti itu. Saya mau bekerja," ujar
Annas di Pekanbaru, Rabu, 7 Agustus 2014.

5. Kasus Dugaan Penganiayaan
Bekas
menantu Annas, Ulva Dayani, melaporkan Annas dengan delik penganiayaan
ke Kepolisian Daerah Riau, Selasa, 19 Agustus 2014. Ia mengklaim bahwa
Annas pernah memukulinya sekitar 2012. Saat itu ia ingin berjumpa dengan
anaknya, tapi Annas selalu menghalangi. Selain mengaku pernah dipukuli,
Annas yang kini berusia 75 tahun pernah menawarkan uang Rp 700 juta
rupiah agar Ulva tidak menanyakan soal anak-anak lagi. Namun, tawaran
itu ditolak Ulva.

Ulva mengatakan ia bercerai dengan Erianda pada
25 Oktober 2011. Lalu, sejak 2013 Ulfa mengaku sudah tidak bisa lagi
bertemu dua anak kandungnya sendiri. Sebelumnya anaknya yang berusia 7
tahun tinggal bersama Ulva. Sedangkan yang masih balita tinggal dengan
Erianda. Namun kemudian anak yang tinggal bersama Ulva diambil secara
paksa oleh keluarga Annas. "Saya tidak diperbolehkan bertemu lagi," ujar
Ulva.

Gubernur Annas Maamun belum berkomentar soal tuduhan penganiayaan itu.

- See more at: http://www.halloriau.com/read-hukrim...nepotisme.html

http://news.okezone.com/read/2014/09...gubernur-kuper

Gubernur ini tukang cabul, suka ngumpat, korupsi, kuper dan mukulin orang
Super Sekali !!


Polling
0 suara
Gubernur ini pasti berasal dari partai
0
9.1K
105
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan