Akhirnya setelah memutuskan untuk bertindak, dan kelihatanny menerjang karang, saya kembali menulis di kaskus tercinta ini. Yah, apalagi kalau bukan menyoroti manuver 'cerdik' partai incumbent tadi malam. Sekali lagi, ini hanya analisa model warung kopi bersama pisang goreng, di ujung pekan, yang membuat saya kembali sedikit apatis dan memilih berkontribusi di balik layar.
Semalam, bisa dibilang kita berada di tikungan antara tetap melaju, atau berputar arah. 'Tetap melaj'u tentu saja sebuah analogi yang saya gunakan sebagai pengartian menyelenggarakan pilkada langsung oleh kita, dan 'putar balik', tentu saja ini juga hanya analogi saya sebagai kembali ke 'dipilihin'. Berikut adalah hasil analisa saya mengenai 'apa yang kira2 terjadi di balik manuver semalam'
Quote:
1. Manuver di tikungan terakhir partai penguasa adalah pure pencitraan dan pura2?
Semalam, di tikungan terakhir, partai incumbent memainkan kembali politik dasar - bermain 2 kaki, yaitu dengan 'walk out' sebagian, dan 'stay untuk voting sebagian'. Langkah ini sungguh permainan yang memang tidak elok, tapi cerdik. Dengan ini partai incumbent berhasil membuat landasan '
kami dulu mendukung lho, itu kan cuma kader aj yang membelot, liat dong yang berbeda pilihan, mereka kader partai yang sebenarnya'.
Dengan melakukan langkah ini, partai incumbent berhasil melakukan manuver menggantungkan pada relativitas, relativitas tentang siapa yang akan di konstitusikan, langsung, atau diwakilkan. Hehehe. Ini pelajaran politik yang penting dan basic, perlu diingat bahwa politik itu adalah sejatinya untuk 'memperoleh dan mempertahankan kekuasaan'.
Summary: 'selamat' untuk partai incumbent, you are the real politician. Ucapan 'Mari terus berjuang' untuk koalisi yang kalah, dan ucapan 'sampai bertemu di MK' untuk yang mencetak 'gol'.
Quote:
2. Manuver di tikungan terakhir partai penguasa adalah upaya balas dendam atas oposisi 10 tahun?
Menarik memang jika kita perhatikan partai incumbent dengan partai banteng, yang cenderung seperti angin dan awan. Kelihatannya bisa bersatu padahal tidak. Sering kita lihat kalau partai banteng mengkritik manuver incumbent, dan sering pula memperlihatkan kcenderungan melawan (khususny masalah BBM - bahan bakar minyak).
Apa yang saya lihat kemarin malam, ketika incumbent memilih 'keluar', banteng yang panik dan ketar-ketir, serta oposisi yang mesam-mesem, kurang lebih adalah aksi yang sama yang sempat dilakukan beberapa partai (termasuk partai banteng didalamnya) dalam beberapa kasus materi yang disidangkan dulu2. Hanya saja, momentumnya ini yang menurut saya menjadi polemik, karena partai banteng sudah merasa berada di atas angin?.
Tersurat pula dari seorang elite, yang mengatakan kepada media agar banteng tahu rasanya bagaimana kalau ditinggalkan. Saya menilai kata-kata ini sebenarnya sebuah blunder, sebuah kesalahan yang spontan, sebuah kesalahan basic yang tidak perlu.
Agaknya Nona Manis Soekarno Punya itu lupa, kalau
dalam dunia politik, dalam sekejap kawan bisa berubah menjadi lawan. Dan apa yang terjadi sepuluh tahun silam antara Incumbent dengan Nyonya Meneer. Sungguh ironis memang, mengingat bahwa beliau juga anak dari Nyonya Meneer yang notabene politikus senior dan counterpart kejadian yang saya maksud. Tapi beginilah politik, agaknya Nona Manis Soekarno Punya, perlu membaca roman tiga kerajaan, khususnya dari tokoh Taso Meng Te, alias Tsao Tsao, sang politikus anyar dari negeri tirai bambu,
Tanda-tanda nya sudah jelas, sudah sekitar 2 minggu yang lalu (tolong koreksi saya jika salah) ketika sebuah berita berjudul 'incumbent mendukung yang langsung, tapi dengan syarat...' terbit di salah satu halaman utama sebuah situs jaringan berita.
-Tsaotsao itu tidak bisa ditebak, di sisi kita sebagai lawan, ini menyulitkan kita mengatur strategi, tapi di sisi kawan ini juga menyulitkan mereka karena kita tidak tahu apa isi pikirannya-
Battle of Chi Pi #Kira-kira begini terjemahannya hehehe
Summary: Dalam sidang semalam, setelah pergulatan panjang selama 10 tahun, partai incumbent sukses memberikan counter-jab yang paling menohok
Quote:
3. Aksi walk-out tersebut memberikan keuntungan lain kepada oposisi dan koalisi pemenang?
Menurut saya, manuver politik yang diambil oleh incumbent ini, sebenar lebih baik untuk koalisi pemenang dkk, sehingga tidak terjadi munculnya 'utang budi' kepada incumbent.
Pemerintahan Indonesia Hebat, yang membawahi Kejaksaan dan Kepolisian, bersama-sama dengan KPK, akan lebih mudah dalam menangani kasus-kasus korupsi yang melibatkan lingkaran elite, khususny dari partai incumbent, partai matahari, partai kuning tua, dan lain-lain.
Dan masih tersisa banyak cara yang bisa digunakan oleh Pemerintah Indonesia Hebat untuk 'menguliti' koalisi oposisi nantinya. Salah satunya? Dengan mengefektifkan Kejaksaan dan Kepolisian yang akan mengawasi anggota-angggota DPR dan DPRD yang menyimpang. Satu dulu ya, ini juga karena udah disiarkan sama Ahok, hehehe.
Akan sangat menarik nantinya jika KPK dengan dukungan Indonesia Hebat akan dengan serius menuntaskan kasus Century, Mafia Migas, dll.
Mari berharap mereka akan bekerja sedemikian rupa, sehingga kita tidak perlu lagi bersikap apati, apolitik, dan asosial dengan materi tata negara dan politik.
Penutup: Tulisan ini, saya harapkan tidak disalahgunakan sebagai upaya menggiring sebuah opini tertentu. Cukup dijadikan sebagai bahan wawasan saja, dan bahan perbincangan. Terlepas dari bagus-jelekny hasil analisa ini, saya tidak berhak mengomentari opini anda. Namun besar harapan saya untuk memperoleh pencerahan lebih besar lagi.
Salam Manuver cantik di lap terakhir.
King Trade