FOTO: Situs megalit Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 30 Mei 2014. Tim Riset Mandiri Gunung Padang mengungkapkan bahwa situs dibangun oleh empat kebudayaan berbeda, yang tertua diperkirakan mencapai umur 10.000 tahun.


KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh, mengatakan bahwa dana riset Gunung Padang berasal dari dana abadi yang sebesar Rp 24 triliun. Dana itu biasa dialokasikan untuk beasiswa, riset, dan perbaikan sekolah pasca bencana.

"Untuk tahap awal, kami mengalokasikan 3 miliar, itu sudah cair. Tapi untuk total anggaran yang digunakan, kami tidak tahu," ujar Nuh seperti dikutip Tribunnews, Rabu (17/9/2014).

Karena menggunakan dana abadi, dana riset yang dialokasikan untuk Gunung Padang tak terbatas. Selain itu, pendanaan untuk penelitian situs kontroversial itu juga takkan terpengaruh oleh pergantian kepala negara.

"Demi membuktikan adanya peradaban yang sangat unggul, berapa pun akan dibiayai dan saya yakin tidak besar karena yang biaya yang besar itu di fase konservasi," ungkap Nuh saat meninjau penelitian situs Gunung Padang kemarin.

Tahap baru riset Gunung Padang yang berlangsung sejak Sabtu (14/9/2014) lalu telah membuahkan dua penemuan, alat mirip kujang dan koin jimat yang diduga berasal dari masa 5.200 SM.

Seperti hasil riset Gunung Padang sebelumnya, temuan kali ini juga menuai kontroversi. Arkeolog Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, mengatakan, koin yang ditemukan sangat mirip dengan koin Netherland Indie yang terbit tahun 1945.

Sementara itu, tak ada jejak yang menunjukkan bahwa alat kujang yang ditemukan merupakan buatan manusia. Menurut Lutfi, permukaan halus pada alat kujang merupakan hasil pelapukan batuan.

Ketua Tim Riset Gunung Padang bidang arkeologi, Ali Akbar, mengungkapkan bahwa riset pendahuluan akan berlangsung hingga 20 Oktober 2014. Tim yakin dengan adanya jejak peradaban yang terpendam bawah permukaan tanah situs Gunung Padang.