- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Einstein vs Mozart: Siapakah yang Lebih Cerdas?


TS
effective76
Einstein vs Mozart: Siapakah yang Lebih Cerdas?
Insya Allah Bukan Repost ya Gan...
Yuk kita tengok seperti apa ....
Jika Anda menjawab Einstein, itu artinya Anda termasuk ke dalam golongan yang pilih kasih dan berpikiran sempit dalam memaknai kecerdasan.

Eisntein
Kebudayaan biasanya hanya menghubungkan kecerdasan dengan matematika dan linguistik, sehingga cenderung mengesampingkan kemampuan atletik, musik, dan kesenian sebagai suatu kecakapan intelektual. Howard Gardner, seorang profesor di Harvard menganggap pandangan ini tidak waras secara ilmiah, dan menimbulkan konsekuensi serius, yang dapat merusak tatanan sosial masyarakat. Ia percaya bahwa kecerdasan yang disebut belakangan sama pentingnya dengan tipe kecerdasan yang lain.

Mozart
Dalam teorinya yang disebut Kecerdasan Ganda, Gardner mengemukakan bahwa kejeniusan muncul dalam bentuk yang berbeda, dan bentuk tersebut dimiliki oleh setiap individu dengan tingkatan yang beragam. Tingkatan inilah, yang dipengaruhi oleh interaksi dengaan bentuk kecerdasan lainnya, yang seharusnya menunjukkan IQ seseorang yang sebenarnya, dan digunakan sebagai ukuran atas kecerdaan seseorang.
Ada orang-orang yang sangat pandai dalam bermain dengan angka, lainnya justru lebih pandai dalam melukis, sementara ada pula orang-orang yang lebih menonjol dalam interaksi sosial. Teori Kecerdasan ganda menyatakan bahwa setiap individu dapat menjadi cerdas dalam delapan cara yang berbeda.
Korban

Dalam sistem pendidikan saat ini, kecerdasan linguistik dan matematika sangat dihargai. Anak-anak yang tidak berhasil menunjukkan kecakapan di kedua bidang tersebut seringkali dianggap memiliki ketidakmampuan dalam belajar, hiperaktif, menderita Gangguan Pemusatan Perhatian, bahkan ditempatkan pada kategori lain, yang intinya berada ‘di bawah rata-rata’. Tidak jarang, masyarakat mengganggap mereka sebagai anak-anak yang tidak beruntung.
Bisa jadi, mereka memang kurang beruntung. Mereka adalah korban dari budaya, yang telah menetapkan definisi mengenai apa yang lebih layak untuk dihargai. Mereka menilai anak-anak hanya berdasarkan aspek kecerdasan, yang dianggap lebih berharga di masyarakat. Sekarang kita paham, mengapa banyak sosok yang dianggap gagal di sekolah, justru berhasil sebagai pebisnis, ilmuwan, maupun politikus.
Setiap kebudayaan bisa jadi memiliki filosofi sendiri mengenai jenis kecerdasan mana yang dianggap lebih penting, yang dapat berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Selain itu, hal ini juga berdampak pada dunia kerja, ketika pekerjaan dengan tipe kecerdasan tertentu dianggap lebih terhormat dibanding pekerjaan lain.
Akibatnya, orang-orang berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, yang sayangnya pada akhirnya tidak berakhir dengan baik, atau berujung pada ketidakpuasan pada pekerjaan mereka. Mahatma Gandhi pernah berkata, “Kebahagiaan adalah ketika apa yang kau pikirkan, katakan, dan lakukan berpadu dalam harmoni.” Memaksa seseorang untuk belajar atau berpikir di luar kemampuan alaminya, hanya akan membuat mereka menjadi pribadi tak percaya diri, yang menjalani kehidupan penuh tekanan, tidak bahagia, dan tidak seimbang.
Teori Kecerdasan Ganda memiliki dampak besar dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak. Mengetahui bahwa anak-anak dapat belajar dengan cara yang berbeda, akan membantu para guru dalam menyusun kegiatan belajar, yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan apa yang membuat mereka dapat belajar dengan lebih baik. Para guru juga bisa mengembangkan berbagai bentuk penilaian, yang memungkinkan siswa lainnya untuk mengungkapkan pelajaran, dengan cara yang paling menarik bagi mereka. Orangtua yang memahami teori ini dapat memelihara kecerdasan dominan pada anak, lalu mendorong mereka untuk menunjukkan diri dengan cara yang paling sesuai dengan cara berpikir mereka.
Tidak hanya itu, teori Kecerdasan Ganda juga bisa diterapkan di dunia kerja. Mengaplikasikan teori dalam tindakan dapat membantu manajer dan HRD dalam dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, beragam, kreatif, dan harmonis. Hasilnya, akan tercipta lingkungan perusahaan yang lebih stabil dan berhasil.
Apakah kecerdasan bersifat genetis?

Kecerdasan seseorang bukanlah produk sampingan dari gen yang dimilikinya. Gen memang memainkan peran dalam menentukan tingkat kecerdasan seseorang, tapi budaya dan lingkungan di sekitarnyalah yang paling berperan dalam membentuk cara pikir dan cara belajar seseorang.
Secara ideal, semua jenis kecerdasan memang seharusnya dipandang sama pentingnya. Setelah mengetahui kecenderungan kecerdasan anak, orangtua dan para guru dapat meningkatkan dan memperkuat kecerdasan mereka melalui berbagai jenis kegiatan. Ketika seseorang mulai memahami gabungan unik dari kecerdasannya, dan berusaha untuk mengembangkannya, ia dapat menemukan pekerjaan yang menitikberatkan pada kecerdasannya itu. Melalui metode seperti ini, besar kemungkinan ia akan menjadi yang terunggul di bidangnya.
Jadi, apabila seseorang bertanya “seperti apa kecerdasan anak Anda?”, jangan dulu berasumsi bahwa ia sedang bermaksud buruk dan sedang mengejek kemampuan anak Anda. Orang tersebut mengakui bahwa anak Anda memang pintar, tapi ia memahami istilah ‘kecerdasan’ secara lebih luas dan adil: bahwa setiap orang itu cerdas, tapi dengan caranya sendiri. [OnIslam]
Semoga bermanfaat yah gan.....
Mohon maaf kalau gak rapih maklum nubi.... and
Spoiler for Repost:
Yuk kita tengok seperti apa ....
Spoiler for Cekidot Gan:
Jika Anda menjawab Einstein, itu artinya Anda termasuk ke dalam golongan yang pilih kasih dan berpikiran sempit dalam memaknai kecerdasan.

Eisntein
Kebudayaan biasanya hanya menghubungkan kecerdasan dengan matematika dan linguistik, sehingga cenderung mengesampingkan kemampuan atletik, musik, dan kesenian sebagai suatu kecakapan intelektual. Howard Gardner, seorang profesor di Harvard menganggap pandangan ini tidak waras secara ilmiah, dan menimbulkan konsekuensi serius, yang dapat merusak tatanan sosial masyarakat. Ia percaya bahwa kecerdasan yang disebut belakangan sama pentingnya dengan tipe kecerdasan yang lain.

Mozart
Dalam teorinya yang disebut Kecerdasan Ganda, Gardner mengemukakan bahwa kejeniusan muncul dalam bentuk yang berbeda, dan bentuk tersebut dimiliki oleh setiap individu dengan tingkatan yang beragam. Tingkatan inilah, yang dipengaruhi oleh interaksi dengaan bentuk kecerdasan lainnya, yang seharusnya menunjukkan IQ seseorang yang sebenarnya, dan digunakan sebagai ukuran atas kecerdaan seseorang.
Ada orang-orang yang sangat pandai dalam bermain dengan angka, lainnya justru lebih pandai dalam melukis, sementara ada pula orang-orang yang lebih menonjol dalam interaksi sosial. Teori Kecerdasan ganda menyatakan bahwa setiap individu dapat menjadi cerdas dalam delapan cara yang berbeda.
Korban

Dalam sistem pendidikan saat ini, kecerdasan linguistik dan matematika sangat dihargai. Anak-anak yang tidak berhasil menunjukkan kecakapan di kedua bidang tersebut seringkali dianggap memiliki ketidakmampuan dalam belajar, hiperaktif, menderita Gangguan Pemusatan Perhatian, bahkan ditempatkan pada kategori lain, yang intinya berada ‘di bawah rata-rata’. Tidak jarang, masyarakat mengganggap mereka sebagai anak-anak yang tidak beruntung.
Bisa jadi, mereka memang kurang beruntung. Mereka adalah korban dari budaya, yang telah menetapkan definisi mengenai apa yang lebih layak untuk dihargai. Mereka menilai anak-anak hanya berdasarkan aspek kecerdasan, yang dianggap lebih berharga di masyarakat. Sekarang kita paham, mengapa banyak sosok yang dianggap gagal di sekolah, justru berhasil sebagai pebisnis, ilmuwan, maupun politikus.
Setiap kebudayaan bisa jadi memiliki filosofi sendiri mengenai jenis kecerdasan mana yang dianggap lebih penting, yang dapat berpengaruh terhadap status sosial seseorang. Selain itu, hal ini juga berdampak pada dunia kerja, ketika pekerjaan dengan tipe kecerdasan tertentu dianggap lebih terhormat dibanding pekerjaan lain.
Akibatnya, orang-orang berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, yang sayangnya pada akhirnya tidak berakhir dengan baik, atau berujung pada ketidakpuasan pada pekerjaan mereka. Mahatma Gandhi pernah berkata, “Kebahagiaan adalah ketika apa yang kau pikirkan, katakan, dan lakukan berpadu dalam harmoni.” Memaksa seseorang untuk belajar atau berpikir di luar kemampuan alaminya, hanya akan membuat mereka menjadi pribadi tak percaya diri, yang menjalani kehidupan penuh tekanan, tidak bahagia, dan tidak seimbang.
Teori Kecerdasan Ganda memiliki dampak besar dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak. Mengetahui bahwa anak-anak dapat belajar dengan cara yang berbeda, akan membantu para guru dalam menyusun kegiatan belajar, yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan apa yang membuat mereka dapat belajar dengan lebih baik. Para guru juga bisa mengembangkan berbagai bentuk penilaian, yang memungkinkan siswa lainnya untuk mengungkapkan pelajaran, dengan cara yang paling menarik bagi mereka. Orangtua yang memahami teori ini dapat memelihara kecerdasan dominan pada anak, lalu mendorong mereka untuk menunjukkan diri dengan cara yang paling sesuai dengan cara berpikir mereka.
Tidak hanya itu, teori Kecerdasan Ganda juga bisa diterapkan di dunia kerja. Mengaplikasikan teori dalam tindakan dapat membantu manajer dan HRD dalam dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, beragam, kreatif, dan harmonis. Hasilnya, akan tercipta lingkungan perusahaan yang lebih stabil dan berhasil.
Apakah kecerdasan bersifat genetis?

Kecerdasan seseorang bukanlah produk sampingan dari gen yang dimilikinya. Gen memang memainkan peran dalam menentukan tingkat kecerdasan seseorang, tapi budaya dan lingkungan di sekitarnyalah yang paling berperan dalam membentuk cara pikir dan cara belajar seseorang.
Secara ideal, semua jenis kecerdasan memang seharusnya dipandang sama pentingnya. Setelah mengetahui kecenderungan kecerdasan anak, orangtua dan para guru dapat meningkatkan dan memperkuat kecerdasan mereka melalui berbagai jenis kegiatan. Ketika seseorang mulai memahami gabungan unik dari kecerdasannya, dan berusaha untuk mengembangkannya, ia dapat menemukan pekerjaan yang menitikberatkan pada kecerdasannya itu. Melalui metode seperti ini, besar kemungkinan ia akan menjadi yang terunggul di bidangnya.
Jadi, apabila seseorang bertanya “seperti apa kecerdasan anak Anda?”, jangan dulu berasumsi bahwa ia sedang bermaksud buruk dan sedang mengejek kemampuan anak Anda. Orang tersebut mengakui bahwa anak Anda memang pintar, tapi ia memahami istilah ‘kecerdasan’ secara lebih luas dan adil: bahwa setiap orang itu cerdas, tapi dengan caranya sendiri. [OnIslam]
Spoiler for sumurnya ya gan...:
Semoga bermanfaat yah gan.....
Spoiler for jangan lupa yang ini yah:
Mohon maaf kalau gak rapih maklum nubi.... and
Spoiler for FYI:
Diubah oleh effective76 10-09-2014 13:41
0
3K
Kutip
35
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan