- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Inikah Nasionalis? Semua Aset NKRI Di Jual Seenaknya!


TS
presiden2014...
Inikah Nasionalis? Semua Aset NKRI Di Jual Seenaknya!
KABAR MENGGEMPARKAN
Quote:
Dulu Jual Satelit
Kini PDI-P Berniat JUAL Pesawat Kepresidenan
Kini PDI-P Berniat JUAL Pesawat Kepresidenan

Quote:

Merdeka.com - Kegembiraan terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden periode 2014-2019 terusik. Pasalnya, saat Jokowi menerima pucuk pimpinan, Indonesia sudah mendapat masalah serius yakni sempitnya ruang fiskal akibat besarnya dana subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Vitalnya peran BBM bagi kehidupan masyarakat memang membuat pemerintah tidak bisa lepas tangan begitu saja. Pemerintah harus hadir untuk membantu masyarakat ekonomi rendah.
Masalah inilah yang membuat pusing Jokowi dan partai koalisi pendukungnya. Di satu sisi Jokowi menyadari tingginya beban anggaran subsidi, namun, di sisi lain pemerintah tidak mempunyai cukup dana untuk menjalankan program-program pembangunan sesuai janjinya.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sebagai partai pengusung Jokowi, melalui politisinya Maruarar Sirait mengusulkan skema penghematan melalui penjualan pesawat kepresidenan.
Padahal, asal muasal dibelinya pesawat kepresidenan justru untuk menghemat anggaran perjalanan dinas presiden yang terlalu besar gara-gara selalu menyewa pesawat.
Maruarar mengatakan, efisiensi adalah hal pertama yang harus dilakukan pemimpin. Jika pemimpin masih berfoya-foya dengan kemewahan maka rakyat juga tidak akan mau melakukan penghematan.
"Efisiensi rakyat juga harus lihat seperti pengurangan anggaran perjalanan dinas. Ke depan saya usulkan pesawat presiden dijual saja, ini untuk efisien. Protokoler dikurangi dan ini memberi contoh. Pemimpin tidak sederhana bagaimana orang bisa sederhana," ucap Ara dalam diskusi di Hotel Pullman, Jakarta.
Presiden terpilih Joko Widodo kaget saat dikonfirmasi terkait usulan salah satu politisi PDIP Maruarar Sirait soal penjualan pesawat kepresidenan. "Kata siapa (mau dijual)? Dijual ke siapa?" ucap sosok yang akrab disapa Jokowi tersebut di Balaikota, Jakarta.
Jokowi heran dengan usul itu mengingat umur dari pesawat kepresidenan baru beberapa bulan terhitung sejak didatangkan pada April lalu. "(pesawat kepresidenan) masih baru kok mau dijual," singkat Jokowi.
Pesawat jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2) itu dibeli Indonesia seharga USD 89,6 juta atau sekitar Rp 847 miliar semasa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat sebagai presiden. Pesawat tersebut tiba di Tanah Air pada 10 April 2014 yang selanjutnya digunakan untuk lawatan ke dalam dan luar negeri.
Rencana penjualan aset negara bukan barang baru bagi partai berlambang banteng moncong putih tersebut dalam menghadapi 'krisis' anggaran. Pada 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga ketum PDI-P turut memutuskan menjual satelit Indosat kepada Singapura akibat keringnya kas negara karena dampak krisis moneter 1998.
Ketua DPP PAN Didik Junaidi Rachbini menilai, nasionalisme dapat diukur dari kebijakan saat memerintah. PDIP selalu menjual kata nasionalisme dalam setiap kesempatan pemilu.
Dia menjelaskan, nasionalisme PDIP patut dipertanyakan ketika saat Mega menjadi presiden menjual aset negara. Meskipun pada saat itu PDIP berdalih Indonesia sedang mengalami krisis.
"Krisis, kita bangkrut, menjual aset itu dianggap nasionalis atau tidak, pertimbangannya bisa 50-50," kata Didik.
Pengamat ekonomi Institute for Development and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menyayangkan wacana penjualan kepresidenan muncul dari kubu Jokowi. Menurutnya, harapan rakyat kepada Jokowi justru adalah dia melakukan perubahan fundamental bukan penyelesaian masalah secara instan seperti itu.
"Kalau solusinya cuma menjual aset negara, ngapain kita pilih Jokowi kemarin," ujarnya saat dihubungi merdeka.com di Jakarta, Senin (1/9) malam.
Perubahan yang dimaksud Enny ialah bagaimana Jokowi menggenjot penerimaan negara dengan meningkatkan rasio pajak, penerimaan dari sektor tambang, dan lain sebagainya. "Peluang penerimaan masih luas dan besar. Namun, memang membutuhkan kerja keras," tuturnya.
Enny menambahkan penjualan pesawat kepresidenan justru tidak efektif. Pasalnya, pembelian pesawat tersebut awalnya justru untuk penghematan anggaran perjalanan dinas presiden yang cukup besar.

Quote:
Hari Ini Pesawat Presiden Dijual
Besok Jangan-Jangan Istana
Besok Jangan-Jangan Istana

Quote:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjend) organisasi masyarakat Persatuan Indonesia (Perindo), Ahmad Rofiq, mengatakan usulan menjual pesawat kepresidenan sebagai hal yang terlalu mengada-ada dan tidak masuk akal.
"Hari ini pesawat dijual, besok istana jangan-jangan akan dijual," tutur mantan Sekjen DPP Partai Nasdem, kepada ROL, Rabu (3/9).
Ia menuturkan, pemerintahan sebelumnya membeli pesawat tentu berdasarkan analogi. Jika merugikan, pemerintah SBY tidak akan membelinya. Seringkali menurutnya, beberapa orang salah persepsi dengan mengatakan pesawat presiden itu untuk bermewah-mewah.
Kecuali jika 50% rakyat Indonesia mengalami kelaparan, barangkali tidak hanya pesawat, yang lain pun harus djual, ujar dia. Karenanya menurut Ahmad, menjadi pemimpin tidak mudah dan jangan hanya menjual aset negara. Tetapi harus mempertimbangkan berbagai aspek lain.
"Itu ide dapat wangsit dari mana, menurut saya itu aneh," tambahnya.
Jika dibandingkan tuturnya, berapa kontribusi penjualan pesawat untuk menyumbangkan defisit anggaran negara. Ide penjualan pesawat ini mestinya, memahami benar angka yang bisa dikontribusikan untuk negara. Termasuk tuturnya, berapa biaya yang nanti akan dikeluarkan untuk agenda blusukan Jokowi ke berbagai wilayah atau negara.
Karenanya, pemerintah harus berpikir keras untuk menggali potensi yang selama ini belum dimaksimalkan. Ia mencontohkan pada sektor pajak. Menurutnya, pendapatan dari pajak sangat besar untuk menopang anggaran. Selain itu tuturnya, mafia pajak harus diberantas. Selanjutnya, pemerintah ke depan tuturnya harus memperbaiki kebocoran anggaran migas.
Sekarang tuturnya, tinggal bagaimana presiden dan wakil presiden terpilih mancari solusi untuk merealisasikan janji politiknya untuk mengatasi masalah negara. Bukan saatnya membangun sebuah opini yang tidak penting, pungkasnya.
Sebelumnya pada Senin (1/9), Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar Sirait menyarankan agar pesawat kepresidenan dijual. Meski pun, Boeing Business Jet 2 itu baru beberapa bulan dibeli dengan harga 91,2 juta dolar AS atau sekitar Rp 820 miliar.

Beginikah sikap Partai yang Disetiap PEMILU Selalu Mengutamakan "NASIONALIS"?
Entahlah...
INDONESIA, Engkau Mulai Digoyah!!
Entahlah...
INDONESIA, Engkau Mulai Digoyah!!
** Tambahan Kaskuser Pandai
Spoiler for :
Quote:
Original Posted By king.trade►Sebenrnya ada sedikit ilmu ekonomi disini.
Dan mungkin jdugement kita, karena mengaca ke pengalaman sebelumnya, dimana Presiden itu banyakan wara-wiri nya daripada mikir gimana cara nya mengefisienkan wara-wiri tersebut. Dan sampailah ke langkah presiden terakhir kita, yang mengambil langkah menambah premis aset negara yaitu dengan cara beli pesawat khusus presiden.
Back to topic, ke ilmu ekonomi, ini masalah sderhana aj, antara lebih milih OPEX vs CAPEX. Toh kalau si Presiden, ga pakai pesawat selama masa jabatannya (program e-blusukan, bicara via video conference dengan petinggi luar negeri via sambungan internet yang cepat dan drone), toh bakal mubazir juga. Harus biaya perawatan dan mana juga harus ngitung penyusutan. Jadi secara OPEX tentu lebih baik.
Lain cerita nya dengan Presidennya wara-wiri naik pesawat terus, y tentu dari sisi CAPEX, secara strategis bakal lebih menguntungkan di beberapa sisi.
Buat yang ga ngerti 2 istilah itu, jangan maen judge dulu. Lihat duduk persoalannya dulu ye.
Inget, ngurus negara lho ini, rakyat itu bos nya, bukan presidennya itu yang jadi bos.
Salam Pesawat Te....lepon aj deh
King Trade
Dan mungkin jdugement kita, karena mengaca ke pengalaman sebelumnya, dimana Presiden itu banyakan wara-wiri nya daripada mikir gimana cara nya mengefisienkan wara-wiri tersebut. Dan sampailah ke langkah presiden terakhir kita, yang mengambil langkah menambah premis aset negara yaitu dengan cara beli pesawat khusus presiden.
Back to topic, ke ilmu ekonomi, ini masalah sderhana aj, antara lebih milih OPEX vs CAPEX. Toh kalau si Presiden, ga pakai pesawat selama masa jabatannya (program e-blusukan, bicara via video conference dengan petinggi luar negeri via sambungan internet yang cepat dan drone), toh bakal mubazir juga. Harus biaya perawatan dan mana juga harus ngitung penyusutan. Jadi secara OPEX tentu lebih baik.
Lain cerita nya dengan Presidennya wara-wiri naik pesawat terus, y tentu dari sisi CAPEX, secara strategis bakal lebih menguntungkan di beberapa sisi.
Buat yang ga ngerti 2 istilah itu, jangan maen judge dulu. Lihat duduk persoalannya dulu ye.
Inget, ngurus negara lho ini, rakyat itu bos nya, bukan presidennya itu yang jadi bos.
Salam Pesawat Te....lepon aj deh
King Trade
** Yang pengen KOMENTAR, di MOHON untuk MEMBACA Artikel diatas, dan membaca Komentar DARI Awal sampai Akhir.
Ane gak mau pada salah sangka ya. Ini forum diskusi dan berargumentasi. Tapi dengan cara yang baik gan
Ane gak mau pada salah sangka ya. Ini forum diskusi dan berargumentasi. Tapi dengan cara yang baik gan

Diubah oleh presiden2014... 05-09-2014 16:15
0
9.6K
Kutip
108
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan