SEMARANG - PT PLN Area Semarang memendekkan program tindakan Preventif Maintenance Pentrabasan yang Susut di Gardu Distribusi dengan akronim yang tidak pantas. Penyingkatan itu dinilai ahli bahasa tidak etis.

“Sebagus apa pun sebuah program, kalau nama yang digunakan tidak menaati kaidah dan konvensi budaya tempat bahasa itu digunakan, akan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat,” kata dosen Sosiolinguistik Universitas Negeri Semarang (Unnes), Sungging Widagdo, Jumat (5/9).

Terlebih lagi, PLN mencanangkan program tersebut di wilayah yang relatif memegang teguh budaya Jawa.

Pertimbangan Matang

“Jangan hanya mencari sensasi dan ingin program cepat terkenal dengan memilih kependekan kata yang bombastis. Pikirkan juga dampak di masyarakat, terlebih lagi PLN itu milik negara,” katanya.

Sebelumnya diberitakan, Manager PT PLN Area Semarang, Deny Handri Wijaya mengatakan pihaknya berupaya merespons keluhan pelanggan dengan lebih cepat. Jika sebelumnya diterapkan waktu kedatangan ke pelanggan setelah keluhan diperkirakan 45 menit, kini dipercepat menjadi 25 menit.

“Tiap Jumat kita kerahkan pasukan trabas di sejumlah lokasi dengan melalui program Preman Raba Susu Gadis, singkatan dari tindakan Preventif Maintenance Pentrabasan yang Susut di Gardu Distribusi,” kata Deny, Kamis (4/9).

Sungging menyarankan PT PLN memilih nama program yang lebih membumi dan memilih kependekan yang sederhana sehingga masyarakat mudah menerimanya.“Dan yang lebih penting kemudian menunjukkan kinerja,” katanya.
http://berita.suaramerdeka.com/smcet...ilai-tak-etis/

Bagaimana menurut anda tentang program baru bernama "Preventif Maintenance Pentrabasan yang Susut di Gardu Distribusi." yang memiliki akronim resmi Preman Raba Susu Gadis
kayaknya nih orang2 pln kebanyakan baca koran picisan