- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
hidup dengan bipolar, bagaimana rasanya?? (true story)


TS
thefath
hidup dengan bipolar, bagaimana rasanya?? (true story)
SAYA DAN BIPOLA
Kedamaian, rasa nyaman, rasa bahagia adalah unsur yang selalu di inginkan oleh setiap manusia. Namun bagaimana jika seseorang telah mendapatkan hal itu namun dia tetap tak bisa bahagia.
Namaku adalah afif, saya adalah seorang penderita bipolar. Dan kebahagian itu telah di renggut dari saya. Yang saya tahu adalah kesedihan dan sedikit rasa bahagia namun penuh penyesalan. Saat ini usia saya menginjak 24 tahun. namun kebahagian, kenyamanan dan rasa tenang hanya sedikit sekali atau bahkan tidak menghinggapi diriku. Penderita bipolar selalu merasa gelisah, sedih dan tidak nyaman. Dan inilah ceritaku tentang siapa diriku.
Apa yang pernah saya lakukan saat kecil adalah masa – masa yang sangat indah yang tidak bisa saya rasakan lagi saat ini. Saya adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Saya punya adik cewek dan kakak cowok. Usia saya dengan adik terpaut 2 tahun dan 9 tahun dengan kakak saya. Kehidupan yang bahagia dan tiba – tiba berubah seketika saat usia saya menginjak 9 tahun. Perasaan tertekan dan sarat dengan kesedihan. Membuat saya bagaikan anak cengeng. Namun setiap orang menganggap semua itu biasa saja. Kehidupan terkadang dirasakan tidak adil bagi setiap orang, namun bagaimanakah kehidupan yang adil itu sendiri?. Masuk smp adalah saat-saat yang paling membuat saya tidak bisa merasa tenang, penuh gejolak penuh rasa cemas. Nilai saya jatuh, berbeda ketika saya sd yang selalu juara. Smp masuk sepuluh besar adalah hal yang cukup membuat saya bahagia. Namun hanya sesaat. Rasa khawatir dan penuh penyesalan menghinggapi diriku. Perasaan yang sama. Sedih, gelisah dan kecewa. Masa-masa SMA adalah masa yang paling suram menurut saya. Saya sering bermimpi dan merasa bahwa saya adalah orang lain. Dan waham itu terus menerus muncul hingga timbul halusinasi. Waktu itu, hanya makhluk gaib lah yang paling logis yang membuat saya seperti. Pengobatan alternatif adalah jalan satu-satunya. Namun, meskipun berobat berapa kalipun perasaan ini, pemikiran ini dan semua yang terkesan bersifat paranormal masih tetap ada. Masa-masa ini tetap saya lewati seperti hari biasa dan tak pernah hilang. Meninjak kuliah perasaan ini semakin kuat. Saya teringat, ketika semester dua saya berobat ke klinik universitas saya. Dan dokter mengatakan bahwa saya hanya stress mengalami semua tekanan-tekanan. Saat itu saya di kasih obat anti depresan yang bernama alpazolan. Saya meminum obat itu sekitar empat bulanan. Namun berhenti dikarenakan ketahuan orang tua saya. Mereka menyangka saya menyalahgunkan obat itu. Namun dengan berhentinya minum obat itu semua menjadi semakin kacau. Kehidupan saya, perasaan saya, kuliah saya dan semua apa yang saya perbuat menjadi semakin kacau. Berkali-kali mencoba mengakhiri hidup namun semua sia-sia. Yang tersisa hanya penyesalan ketika akan mengakhirinya. Apa yang harus saya perbuat saya tidak tahu lagi. Mereka menganggap saya gila. Semua, namun saya tidak peduli. Waktu itu ada teman saya yang menganggap bahwa saya terkena makluk halus dan diguna-guna. Saya seperti orang kesurupan, ketika dia mencoba mengobati saya. Namun semua itu juga tidak berguna. Perasaan ini dan kehidupan ini tetap semakin pahit yang saya rasakan. Seperti tidak ada lagi kebahagian.
Semester enam, saya mencoba berkonsultasi dengan seorang teman yang kuliah di kesehatan. Dan dia menyarankan saya untuk berobat ke psikiatri. Dan keesokan harinya saya ke rumah sakit untuk memeriksakan diri saya ke psikiatri. Setelah saya menjelaskan semua keluhan saya, tiba-tiba saya disuruh mengamar. Namun saya tidak mengetahui apa penyakit saya. Orang tua saya di panggil dan saya tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan setalah orang tua saya datang. Saya sebangsal dengan orang-orang gila. Dan saya juga tidak betah dengan semua ini. Namun dokter menganjurkan saya tetap menjalani pengobatan saya. Tiga hari saya dirawat dan setelah itu saya tahu bahwa saya menderita bipolar dan harus menjalani perawatan intensif. Namun orang tua menyuruh saya untuk pulang. Dan saya tetap tidak tahu alasannya. Selama disana saya ditanyai macam-macam sebelum tahu penyakit saya, mengenai episode-episode tentang senang ataupun sedih. Dan saya tetap tidak tahu. Dan semua di bangsal sakit jiwa itu terasa asing bagi saya, karena bagi saya, saya adalah orang normal diantara orang gila ketika saya di bangsal sakit jiwa tersebut. Para dokter tetap saja mengatakan bahwa saya tidak seperti mereka dan menginstruksikan kepada semua perawat bahwa perawatan saya tidak sama dengan semua orang di bangsal tersebut.
Ketika saya pulang dan minggu depannya saya konsul lagi ke dokter mereka mengatakan kepada saya bahwa saya adalah bipolar tipe psikotik. Hal inilah yang membuat saya semakin depresi. Namun dengan mengetahui penyakit saya, saya yakin bisa tegar. Dan mencoba untuk bisa sembuh meskipun kemungkinannya kecil dan saya harus terus minum obat yang harganya sangat mahal namun saat ini tertolong oleh bpjs yang akhirnya, saya bisa mendapatkan pengobatan gratis.
Dan akhir dari kisah saya, setiap kali kambuh yang paling menyakitkan bagi saya adalah takut terhadap matahari pagi dan orang-orang yang saya kenal. Untuk orang yang mempunyai pengalaman seperti saya, jangan takut. Periksalah dan pengobatan akan bisa mengembalikan kebahagiaan hidup kita meskipun hanya sesaat namun itu sangat berharga. Dan yakinlah akan kesembuhan.
Terima kasih.
Kedamaian, rasa nyaman, rasa bahagia adalah unsur yang selalu di inginkan oleh setiap manusia. Namun bagaimana jika seseorang telah mendapatkan hal itu namun dia tetap tak bisa bahagia.
Namaku adalah afif, saya adalah seorang penderita bipolar. Dan kebahagian itu telah di renggut dari saya. Yang saya tahu adalah kesedihan dan sedikit rasa bahagia namun penuh penyesalan. Saat ini usia saya menginjak 24 tahun. namun kebahagian, kenyamanan dan rasa tenang hanya sedikit sekali atau bahkan tidak menghinggapi diriku. Penderita bipolar selalu merasa gelisah, sedih dan tidak nyaman. Dan inilah ceritaku tentang siapa diriku.
Apa yang pernah saya lakukan saat kecil adalah masa – masa yang sangat indah yang tidak bisa saya rasakan lagi saat ini. Saya adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Saya punya adik cewek dan kakak cowok. Usia saya dengan adik terpaut 2 tahun dan 9 tahun dengan kakak saya. Kehidupan yang bahagia dan tiba – tiba berubah seketika saat usia saya menginjak 9 tahun. Perasaan tertekan dan sarat dengan kesedihan. Membuat saya bagaikan anak cengeng. Namun setiap orang menganggap semua itu biasa saja. Kehidupan terkadang dirasakan tidak adil bagi setiap orang, namun bagaimanakah kehidupan yang adil itu sendiri?. Masuk smp adalah saat-saat yang paling membuat saya tidak bisa merasa tenang, penuh gejolak penuh rasa cemas. Nilai saya jatuh, berbeda ketika saya sd yang selalu juara. Smp masuk sepuluh besar adalah hal yang cukup membuat saya bahagia. Namun hanya sesaat. Rasa khawatir dan penuh penyesalan menghinggapi diriku. Perasaan yang sama. Sedih, gelisah dan kecewa. Masa-masa SMA adalah masa yang paling suram menurut saya. Saya sering bermimpi dan merasa bahwa saya adalah orang lain. Dan waham itu terus menerus muncul hingga timbul halusinasi. Waktu itu, hanya makhluk gaib lah yang paling logis yang membuat saya seperti. Pengobatan alternatif adalah jalan satu-satunya. Namun, meskipun berobat berapa kalipun perasaan ini, pemikiran ini dan semua yang terkesan bersifat paranormal masih tetap ada. Masa-masa ini tetap saya lewati seperti hari biasa dan tak pernah hilang. Meninjak kuliah perasaan ini semakin kuat. Saya teringat, ketika semester dua saya berobat ke klinik universitas saya. Dan dokter mengatakan bahwa saya hanya stress mengalami semua tekanan-tekanan. Saat itu saya di kasih obat anti depresan yang bernama alpazolan. Saya meminum obat itu sekitar empat bulanan. Namun berhenti dikarenakan ketahuan orang tua saya. Mereka menyangka saya menyalahgunkan obat itu. Namun dengan berhentinya minum obat itu semua menjadi semakin kacau. Kehidupan saya, perasaan saya, kuliah saya dan semua apa yang saya perbuat menjadi semakin kacau. Berkali-kali mencoba mengakhiri hidup namun semua sia-sia. Yang tersisa hanya penyesalan ketika akan mengakhirinya. Apa yang harus saya perbuat saya tidak tahu lagi. Mereka menganggap saya gila. Semua, namun saya tidak peduli. Waktu itu ada teman saya yang menganggap bahwa saya terkena makluk halus dan diguna-guna. Saya seperti orang kesurupan, ketika dia mencoba mengobati saya. Namun semua itu juga tidak berguna. Perasaan ini dan kehidupan ini tetap semakin pahit yang saya rasakan. Seperti tidak ada lagi kebahagian.
Semester enam, saya mencoba berkonsultasi dengan seorang teman yang kuliah di kesehatan. Dan dia menyarankan saya untuk berobat ke psikiatri. Dan keesokan harinya saya ke rumah sakit untuk memeriksakan diri saya ke psikiatri. Setelah saya menjelaskan semua keluhan saya, tiba-tiba saya disuruh mengamar. Namun saya tidak mengetahui apa penyakit saya. Orang tua saya di panggil dan saya tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan setalah orang tua saya datang. Saya sebangsal dengan orang-orang gila. Dan saya juga tidak betah dengan semua ini. Namun dokter menganjurkan saya tetap menjalani pengobatan saya. Tiga hari saya dirawat dan setelah itu saya tahu bahwa saya menderita bipolar dan harus menjalani perawatan intensif. Namun orang tua menyuruh saya untuk pulang. Dan saya tetap tidak tahu alasannya. Selama disana saya ditanyai macam-macam sebelum tahu penyakit saya, mengenai episode-episode tentang senang ataupun sedih. Dan saya tetap tidak tahu. Dan semua di bangsal sakit jiwa itu terasa asing bagi saya, karena bagi saya, saya adalah orang normal diantara orang gila ketika saya di bangsal sakit jiwa tersebut. Para dokter tetap saja mengatakan bahwa saya tidak seperti mereka dan menginstruksikan kepada semua perawat bahwa perawatan saya tidak sama dengan semua orang di bangsal tersebut.
Ketika saya pulang dan minggu depannya saya konsul lagi ke dokter mereka mengatakan kepada saya bahwa saya adalah bipolar tipe psikotik. Hal inilah yang membuat saya semakin depresi. Namun dengan mengetahui penyakit saya, saya yakin bisa tegar. Dan mencoba untuk bisa sembuh meskipun kemungkinannya kecil dan saya harus terus minum obat yang harganya sangat mahal namun saat ini tertolong oleh bpjs yang akhirnya, saya bisa mendapatkan pengobatan gratis.
Dan akhir dari kisah saya, setiap kali kambuh yang paling menyakitkan bagi saya adalah takut terhadap matahari pagi dan orang-orang yang saya kenal. Untuk orang yang mempunyai pengalaman seperti saya, jangan takut. Periksalah dan pengobatan akan bisa mengembalikan kebahagiaan hidup kita meskipun hanya sesaat namun itu sangat berharga. Dan yakinlah akan kesembuhan.
Terima kasih.
Diubah oleh thefath 06-09-2014 03:29
0
4.8K
43


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan