- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
KONTROVERSI TELUK BENOA: Berharap Kepada Presiden Jokowi


TS
demit.ayu
KONTROVERSI TELUK BENOA: Berharap Kepada Presiden Jokowi










KONTROVERSI TELUK BENOA: Berharap Kepada Jokowi
Quote:
Mungkin ini adalah momentum yang tidak biasa dialami oleh Presiden Terpilih Joko Widodo ketika berkunjung ke Bali.
Jokowi yang terkenal dengan gaya blusukan atau bahasa kerennya walk in management dilepas oleh ratusan relawan dengan nyanyian tolak reklamasi Teluk Benoa.
“Tolak...tolak... tolak reklamasi... tolak reklamasi sekarang juga”. Pekik itu membahana ke angkasa layaknya mahasiswa 98 penuh semangat menurunkan kediktatoran Orde Baru.
Beberapa pentolan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi atau Forbali berusaha menerobos kekarnya barisan Pasukan Pengamanan Presiden.
Bukan untuk bersalam. Mereka ingin menyerahkan satu map data soal permasalahan reklamasi Benoa langsung ke tangan Jokowi. Berhasil, map pun berpindah tangan.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ketujuh Republik Indonesia, memberikan harapan baru bagi penolak reklamasi Teluk Benoa. Apalagi sejak terbitnya Peraturan Presiden nomor 51/2014 yang merupakan dasar hukum yang membolehkan Teluk Benoa direklamasi.
Kala itu, Sabtu (30/8), Jokowi hadir di Bali ditemani istrinya, Iriana, dan didampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dalam rangka bertemu dengan relawan yang telah bekerja keras memenangkan dirinya secara telak di Pulau Dewata.
Mantan Walikota Solo ini mulai memberikan sinyal penolakan rencana reklamasi ketika memberikan kata sambutan.
“Soal Bali baik berkaitan dengan budaya dan religi itu harus tetap di nomor satukan, dan didukung kelestarian lingkungan itu harus,” ujarnya disambut tepukan tangan seluruh relawan yang hadir.
Jokowi melanjutkan, investasi memang dibutuhkan oleh pariwisata, tetapi jangan sampai merusak dan mengganggu budaya dan religi itu sendiri.
Rupanya kalimat terakhir itu membuat relawan yang hadir menjadi bersemangat dan beberapa diantaranya meneriakkan kata “tolak reklamasi”.
Namun, pria yang sebentar lagi akan mundur dari kursi Gubernur DKI Jakarta itu tiba-tiba memotong tepukan relawan.
“Jangan senang dulu. Saya kan harus tanya, karena ini otonomi, jadi harus tanya ke bupati, walikota dan gubernur. Karena kewenangan ada di daerah,” jelasnya.
Namun, dia menegaskan bahwa pusat punya kewenangan untuk setengah memaksa atau kalau tidak bisa akan memaksa agar yang diinginkan masyarakat mempertahankan religi dan budaya tetap nomor satukan.
“Saya banyak dengar bisik-bisik soal Pura Besakih yang harus diproteksi, dan bisik soal reklamasi, tetapi mohon maaf saya belum tahu detil. Jadi kalau disuruh komentar banyak saya belum bisa, saya ingin mendapatkan data detil soal itu baru memutuskan,” jelasnya kembali disambut tepuk tangan.
Kontroversi rencana reklamasi Teluk Benoa telah menyita sebagian perhatian masyarakat Bali akhir-akhir ini. Asal muasal adalah Peraturan Presiden No.51/2014 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita).
Perpres tersebut menjadi cerminan dari restu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membolehkan reklamasi seluas 700 hektare di perairan Teluk Benoa.
Pasca terbitnya Perpres tersebut, berkali-kali aksi massa dilakukan oleh pihak yang menolak dengan dimotori oleh Forbali. Mereka khawatir lingkungan hidup Bali terancam rusak akibat reklamasi.
Puluhan spanduk dan umbul-umbul dibentangkan di berbagai sudut jalan. Bukan hanya di Denpasar dan Badung, tetapi juga meluas hingga Jembrana, Klungkung, Bangli, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Buleleng.
Namun, sebagian masyarakat Bali ternyata ada juga yang mendukung reklamasi dengan alasan Pulau Dewata butuh investasi untuk berkembang. Mereka juga kerap melakukan aksi massa dan pemasangan spanduk dan umbul-umbul dengan bahasa berbeda, revitalisasi Teluk Benoa.
Uniknya, salah satu pihak yang pro sempat menyebarkan informasi mengenai pentingnya reklamasi Teluk Benoa melalui pesan singkat massal (SMS blast) maupun iklan digital. Tentunya layanan ini tidak gratis, karena ada sejumlah rupiah yang harus dikeluarkan.
Salah satu strategi SMS Blast dikirimkan via provider Telkomsel, yang langsung direspon negatif oleh pihak yang menolak reklamasi.
"Jika dua hari dari sekarang Telkomsel masih sebarkan sms blast pro reklamasi, saya akan stop memakai Telkomsel selamanya," ujar Jerinx, Drummer Superman Is Dead yang menjadi salah satu tokoh anti reklamasi, melalui akun twitternya minggu lalu.
Protes tersebut direspon oleh Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati melalui media sosial twitter. "Sehubungan dengan SMS iklan yang berisi link video reklamasi Tanjung Benoa Bali, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan."
Jokowi telah meninggalkan Bali dan kembali ke Ibukota yang berjarak ribuan kilometer. Namun kontroversi reklamasi teluk Benoa terus berlanjut. Mungkin sikap tegas dari Jokowi dapat menyelesaikan kontroversi ini. Kita tunggu.
Jokowi yang terkenal dengan gaya blusukan atau bahasa kerennya walk in management dilepas oleh ratusan relawan dengan nyanyian tolak reklamasi Teluk Benoa.
“Tolak...tolak... tolak reklamasi... tolak reklamasi sekarang juga”. Pekik itu membahana ke angkasa layaknya mahasiswa 98 penuh semangat menurunkan kediktatoran Orde Baru.
Beberapa pentolan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi atau Forbali berusaha menerobos kekarnya barisan Pasukan Pengamanan Presiden.
Bukan untuk bersalam. Mereka ingin menyerahkan satu map data soal permasalahan reklamasi Benoa langsung ke tangan Jokowi. Berhasil, map pun berpindah tangan.
Terpilihnya Jokowi sebagai Presiden ketujuh Republik Indonesia, memberikan harapan baru bagi penolak reklamasi Teluk Benoa. Apalagi sejak terbitnya Peraturan Presiden nomor 51/2014 yang merupakan dasar hukum yang membolehkan Teluk Benoa direklamasi.
Kala itu, Sabtu (30/8), Jokowi hadir di Bali ditemani istrinya, Iriana, dan didampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri dalam rangka bertemu dengan relawan yang telah bekerja keras memenangkan dirinya secara telak di Pulau Dewata.
Mantan Walikota Solo ini mulai memberikan sinyal penolakan rencana reklamasi ketika memberikan kata sambutan.
“Soal Bali baik berkaitan dengan budaya dan religi itu harus tetap di nomor satukan, dan didukung kelestarian lingkungan itu harus,” ujarnya disambut tepukan tangan seluruh relawan yang hadir.
Jokowi melanjutkan, investasi memang dibutuhkan oleh pariwisata, tetapi jangan sampai merusak dan mengganggu budaya dan religi itu sendiri.
Rupanya kalimat terakhir itu membuat relawan yang hadir menjadi bersemangat dan beberapa diantaranya meneriakkan kata “tolak reklamasi”.
Namun, pria yang sebentar lagi akan mundur dari kursi Gubernur DKI Jakarta itu tiba-tiba memotong tepukan relawan.
“Jangan senang dulu. Saya kan harus tanya, karena ini otonomi, jadi harus tanya ke bupati, walikota dan gubernur. Karena kewenangan ada di daerah,” jelasnya.
Namun, dia menegaskan bahwa pusat punya kewenangan untuk setengah memaksa atau kalau tidak bisa akan memaksa agar yang diinginkan masyarakat mempertahankan religi dan budaya tetap nomor satukan.
“Saya banyak dengar bisik-bisik soal Pura Besakih yang harus diproteksi, dan bisik soal reklamasi, tetapi mohon maaf saya belum tahu detil. Jadi kalau disuruh komentar banyak saya belum bisa, saya ingin mendapatkan data detil soal itu baru memutuskan,” jelasnya kembali disambut tepuk tangan.
Kontroversi rencana reklamasi Teluk Benoa telah menyita sebagian perhatian masyarakat Bali akhir-akhir ini. Asal muasal adalah Peraturan Presiden No.51/2014 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita).
Perpres tersebut menjadi cerminan dari restu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membolehkan reklamasi seluas 700 hektare di perairan Teluk Benoa.
Pasca terbitnya Perpres tersebut, berkali-kali aksi massa dilakukan oleh pihak yang menolak dengan dimotori oleh Forbali. Mereka khawatir lingkungan hidup Bali terancam rusak akibat reklamasi.
Puluhan spanduk dan umbul-umbul dibentangkan di berbagai sudut jalan. Bukan hanya di Denpasar dan Badung, tetapi juga meluas hingga Jembrana, Klungkung, Bangli, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Buleleng.
Namun, sebagian masyarakat Bali ternyata ada juga yang mendukung reklamasi dengan alasan Pulau Dewata butuh investasi untuk berkembang. Mereka juga kerap melakukan aksi massa dan pemasangan spanduk dan umbul-umbul dengan bahasa berbeda, revitalisasi Teluk Benoa.
Uniknya, salah satu pihak yang pro sempat menyebarkan informasi mengenai pentingnya reklamasi Teluk Benoa melalui pesan singkat massal (SMS blast) maupun iklan digital. Tentunya layanan ini tidak gratis, karena ada sejumlah rupiah yang harus dikeluarkan.
Salah satu strategi SMS Blast dikirimkan via provider Telkomsel, yang langsung direspon negatif oleh pihak yang menolak reklamasi.
"Jika dua hari dari sekarang Telkomsel masih sebarkan sms blast pro reklamasi, saya akan stop memakai Telkomsel selamanya," ujar Jerinx, Drummer Superman Is Dead yang menjadi salah satu tokoh anti reklamasi, melalui akun twitternya minggu lalu.
Protes tersebut direspon oleh Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati melalui media sosial twitter. "Sehubungan dengan SMS iklan yang berisi link video reklamasi Tanjung Benoa Bali, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan."
Jokowi telah meninggalkan Bali dan kembali ke Ibukota yang berjarak ribuan kilometer. Namun kontroversi reklamasi teluk Benoa terus berlanjut. Mungkin sikap tegas dari Jokowi dapat menyelesaikan kontroversi ini. Kita tunggu.
Spoiler for sumber:
http://bali.bisnis.com/read/20140903/8/46686/kontroversi-teluk-benoa-berharap-kepada-jokowi










Diubah oleh demit.ayu 03-09-2014 23:47
0
1.8K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan