- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kakak Pertama yg kalah Mentereng


TS
morenotes02
Kakak Pertama yg kalah Mentereng
Sudah banyak perubahan terjadi pada level infrastruktur pemerintahan sejak Reformasi ’98 bergulir. Penegakan hukum dan reformasi birokrasi merupakan bagian penting yang perlu disoroti pascareformasi. Posisi Polri pasca Orba, misalnya, semakin menguat dalam penegakan hukum dan menjaga ketertiban umum. Yang paling dominan dalam penegakan hukum tentunya KPK. Sebagai anak bungsu dalam penegakan hukum di Indonesia, prestasi KPK justru paling moncer. Tak hanya dari sisi kesuksesan penanganan kasus-kasus besar, KPK yang terhitung “tim kecil” mampu menyelamatkan uang negara dalam jumlah signifikan.
Prestasi KPK berbanding terbalik dengan Kejaksaan Agung yang nota bene berstatus lebih senior sebagai lembaga penegakan hukum di Indonesia. Dari sisi pengalaman, SDM, dukungan finansial, hingga perangkat penunjang lainnya, Bidang Pidana Khusus Kejagung jauh lebih kuat dibandingkan KPK dalam penanganan kasus korupsi. Tapi soal prestasi dalam satu dekade terakhir, KPK jelas lebih menjulang dibandingkan Kejagung. Layak bila Jaksa Agung Basrief Arief tahun silam mengungkapkan kegalauannya.
Saat itu, hasil survei Indonesia Elections Network Survey (Ines) dan survei Litbang Kompas yang dirilis pada September 2013 menjadi rujukan impresi publik atas kinerja Kejagung. Korps Adhyaksa diposisikan pada ranking terbawah dalam hal citra positif atau kepercayaan untuk menyelesaikan kasus hukum dibandingkan lembaga hukum lainnya. Survei Litbang Kompas menempatkan KPK pada urutan pertama dengan tingkat kepuasan mencapai 81,4%. Lembaga hukum lainnya jauh tertinggal, dengan kehakiman pada posisi kedua dengan 34,1%, disusul Kepolisian (27,1%), dan kejaksaan di level terbawah dengan raihan 25,9%.
Basrief kala itu mengungkapkan bahwa banyak capaian Kejagung yang tidak diekspose secara lengkap kepada publik oleh media massa. Alhasil, dalam pandangan Jaksa Agung kinerja positif kejaksaan belum mendapat apresiasi masyarakat banyak. Itu artinya opini negatif masyarakat terbentuk karena minimnya sosialisasi media atas prestasi kejaksaan.
- See more at: http://www.siperubahan.com/read/1449....bq9rj7uP.dpuf
Prestasi KPK berbanding terbalik dengan Kejaksaan Agung yang nota bene berstatus lebih senior sebagai lembaga penegakan hukum di Indonesia. Dari sisi pengalaman, SDM, dukungan finansial, hingga perangkat penunjang lainnya, Bidang Pidana Khusus Kejagung jauh lebih kuat dibandingkan KPK dalam penanganan kasus korupsi. Tapi soal prestasi dalam satu dekade terakhir, KPK jelas lebih menjulang dibandingkan Kejagung. Layak bila Jaksa Agung Basrief Arief tahun silam mengungkapkan kegalauannya.
Saat itu, hasil survei Indonesia Elections Network Survey (Ines) dan survei Litbang Kompas yang dirilis pada September 2013 menjadi rujukan impresi publik atas kinerja Kejagung. Korps Adhyaksa diposisikan pada ranking terbawah dalam hal citra positif atau kepercayaan untuk menyelesaikan kasus hukum dibandingkan lembaga hukum lainnya. Survei Litbang Kompas menempatkan KPK pada urutan pertama dengan tingkat kepuasan mencapai 81,4%. Lembaga hukum lainnya jauh tertinggal, dengan kehakiman pada posisi kedua dengan 34,1%, disusul Kepolisian (27,1%), dan kejaksaan di level terbawah dengan raihan 25,9%.
Basrief kala itu mengungkapkan bahwa banyak capaian Kejagung yang tidak diekspose secara lengkap kepada publik oleh media massa. Alhasil, dalam pandangan Jaksa Agung kinerja positif kejaksaan belum mendapat apresiasi masyarakat banyak. Itu artinya opini negatif masyarakat terbentuk karena minimnya sosialisasi media atas prestasi kejaksaan.
- See more at: http://www.siperubahan.com/read/1449....bq9rj7uP.dpuf
0
1.1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan