- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Budaya Adat Istiadat Kematian Tionghoa, No SARA Gan [+Pict]
TS
Renan
Mengenal Budaya Adat Istiadat Kematian Tionghoa, No SARA Gan [+Pict]
Quote:
Halo gan, ane mau share adat dan istiadat kematian Tionghoa / Khonghucu nih
Belum lama engkong ane meninggal
Jadi biar agan juga tau budaya keluarga ane, ane share dimari
Nambah wawasan ente kan gak ada salahnya
No sara ya gan
Ane mau share aja layaknya orang-orang yang suka share budaya kematiannya kaya Toraja, Ngaben dll
Isi thread bebas dari sara, kalau masih komen sara=lapor momod=banned
Semua foto dithread ini asli milik ane selama proses kematian engkong / kakek ane
Ane ss dari video / foto sepupu-sepupu ane
Sebenernya banyaaaak, nanti deh kalau thread ini rame, fotonya ane update
Monggo disimak gan
Belum lama engkong ane meninggal
Jadi biar agan juga tau budaya keluarga ane, ane share dimari
Nambah wawasan ente kan gak ada salahnya
No sara ya gan
Ane mau share aja layaknya orang-orang yang suka share budaya kematiannya kaya Toraja, Ngaben dll
Isi thread bebas dari sara, kalau masih komen sara=lapor momod=banned
Semua foto dithread ini asli milik ane selama proses kematian engkong / kakek ane
Ane ss dari video / foto sepupu-sepupu ane
Sebenernya banyaaaak, nanti deh kalau thread ini rame, fotonya ane update
Monggo disimak gan
Quote:
Kita sering melihat upacara kematian Suku Tionghoa di tempat-tempat/ruang duka di rumah-rumah sakit.
Kelihatannya begitu ramai oleh aneka perhiasan rumah-rumahan dengan perlengkapannya dan upacara yang bising serta pakaian duka cita yang dipakai oleh anak, menantu dan cucu-cucunya.
Tapi sebagian besar dari kita bertanya-tanya dan belum tahu apa arti semua itu? Adat upacara kematian suku Tionghoa dilatar belakangi oleh kepercayaan yang mempercayai bahwa dalam relasi seseorang dengan Tuhan atau kekuatan-kekuatan lain yang mengatur kehidupan baik langsung maupun tidak langsung, berlaku hal-hal sebagai berikut :
• Adanya reinkarnasi bagi semua manusia yang telah meninggal (cut sie)
• Adanya hukum karma bagi semua perbuatan manusia
• Leluhur yang telah meninggal (arwah leluhur) pada waktu-waktu tertentu dapat diminta datang untuk dijamu (Ce’ng be’ng)
• Menghormati para leluhur dan orang pandai (tuapekong)
• Kutukan para leluhur, melalui kuburan dan batu nisan yang dirusak (bompay)
• Apa yang dilakukan semasa hidup (di dunia) juga akan dialami di alam akhirat.
Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti kehidupan di dunia ini namun dalam kualitas yang lebih baik.
Upacara kematian terdiri atas empat tahap yaitu :
Quote:
A. Belum masuk peti
Sesaat setelah terjadinya kematian, anak-cucu wajib memberi uang yang nominalnya gak boleh besar (maksimal mungkin Rp. 10.000), uang tersebut kemudian dikumpulkan dalam kepalan jenazah
Jenazah dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian. Semua pakaian tersebut harus dilubangi dengan hio menyala. Akan lebih bagus jika pakaian yang sering digunakan oleh jenazah semasa hidup.
Pada altar akan ada 2 tempat dupa dimana yang dekat foto adalah untuk hio dari keluarga dan yang paling luar adalah untuk hio dari tamu.
Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.
Sesaat setelah terjadinya kematian, anak-cucu wajib memberi uang yang nominalnya gak boleh besar (maksimal mungkin Rp. 10.000), uang tersebut kemudian dikumpulkan dalam kepalan jenazah
Jenazah dimandikan dan dibersihkan, lalu diberi pakaian. Semua pakaian tersebut harus dilubangi dengan hio menyala. Akan lebih bagus jika pakaian yang sering digunakan oleh jenazah semasa hidup.
Pada altar akan ada 2 tempat dupa dimana yang dekat foto adalah untuk hio dari keluarga dan yang paling luar adalah untuk hio dari tamu.
Di sisi kiri dan kanan diisi dengan pakaian yang meninggal. Sepatu yang dipakai harus dari kain. Apabila yang meninggal pakai kacamata maka kedua kaca harus dipecah yang melambangkan bahwa dia telah berada di alam lain.
Quote:
B. Upacara masuk peti dan penutupan peti
Difoto ini anak cucu mantu menyiramkan air / minyak ke engkong ane. Gak boleh ada yang nangis disini.
Pemasangan mutiara oleh anak laki-laki engkong
Proses penutupan muka engkong
Setelah selesai semua, peti engkong dipenuhi uang akhirat
Harus penuh sama uang akhirat, hanya tersisa bagian muka
Dimata, hidung, mulut engkong ane ada mutiara
Kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga jenazah diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
Ini bajunya gan.
Seluruh keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang berbentuk kerucut untuk menutupi kepala.
Ane cucunya. Tebak yang mana ane
Cucu biasanya memakai baju putih polos. Semua ini sebagai tanda dari berkabung.
Anak-cucu harus membakar kertas sembahyang terus menerus di samping jenazah dan dibawah peti diletakkan pelita minyak. Selama itu setiap hari selama masih dirumah duka mengganti sam sang (ayam, babi, ikan), buah 3 macam, semangka tak perlu ganti (dibanting saat akan berangkat), nanas, kue 3 macam, susu, teh , kopi, 3 macam sayur kesukaan.
Sembahyang penutupan peti gan
Sesudah masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atau Biksuni, sedangkan penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng. Upacara ini cukup lama, dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satu syarat bahwa air mata peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat.
Rumah-rumahan dan perabotan. Ini nantinya dibakar gan. Ada fotonya dibawah
Bagi anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum. Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
Setiap tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh anak-anaknya, khusus anak laki-laki.
Di atas meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
Upacara ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
Selama proses penutupan peti ini, anak cucu harus sujud menghadap ke peti engkong. Hampir 15 menit sujud.
Selama peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang meninggal di rumah tersebut.
Difoto ini anak cucu mantu menyiramkan air / minyak ke engkong ane. Gak boleh ada yang nangis disini.
Pemasangan mutiara oleh anak laki-laki engkong
Proses penutupan muka engkong
Setelah selesai semua, peti engkong dipenuhi uang akhirat
Harus penuh sama uang akhirat, hanya tersisa bagian muka
Dimata, hidung, mulut engkong ane ada mutiara
Kedua mata, lubang hidung, mulut, telinga jenazah diberi mutiara sebagai lambang penerangan untuk berjalan ke alam lain.
Ini bajunya gan.
Seluruh keluarga harus menggunakan pakaian tertentu. Anak laki-laki harus memakai pakaian dari blacu yang dibalik dan diberi karung goni. Kepala diikat dengan sehelai kain blacu yang diberi potongan goni. Demikian pula pakaian yang dipakai oleh anak perempuan namun ditambah dengan kekojong yang berbentuk kerucut untuk menutupi kepala.
Ane cucunya. Tebak yang mana ane
Cucu biasanya memakai baju putih polos. Semua ini sebagai tanda dari berkabung.
Anak-cucu harus membakar kertas sembahyang terus menerus di samping jenazah dan dibawah peti diletakkan pelita minyak. Selama itu setiap hari selama masih dirumah duka mengganti sam sang (ayam, babi, ikan), buah 3 macam, semangka tak perlu ganti (dibanting saat akan berangkat), nanas, kue 3 macam, susu, teh , kopi, 3 macam sayur kesukaan.
Sembahyang penutupan peti gan
Sesudah masuk peti, ada upacara penutupan peti yang dipimpin oleh hweeshio atau cayma. Bagi yang beragama Budha dipimpin oleh Biksu atau Biksuni, sedangkan penganut Konfusius melakukan upacara Liam keng. Upacara ini cukup lama, dilaksanakan di sekeliling peti mati dengan satu syarat bahwa air mata peserta pada upacara penutupan peti tidak boleh mengenai mayat.
Rumah-rumahan dan perabotan. Ini nantinya dibakar gan. Ada fotonya dibawah
Bagi anak cucu yang “berada” (kaya), mulai menyiapkan rumah-rumahan yang diisi dengan segala perabotan rumah tangga yang dipakai semasa hidup almarhum. Semuanya harus dibuat dari kertas. Bahkan diperbolehkan diisi secara berlebih-lebihan, termasuk adanya para pembantu rumahtangga. Semua perlengkapan ini dapat dibeli pada toko tertentu.
Setiap tamu-tamu yang datang harus di sungkem (di soja) oleh anak-anaknya, khusus anak laki-laki.
Di atas meja kecil yang terletak di depan peti mati, selalu disediakan makanan yang menjadi kesukaan semasa almarhum masih hidup.
Upacara ini berlangsung berhari-hari. Paling cepat 3 atau 4 hari. Makin lama biasanya makin baik. Dilihat juga hari baik untuk pemakaman.
Selama proses penutupan peti ini, anak cucu harus sujud menghadap ke peti engkong. Hampir 15 menit sujud.
Selama peti mati masih di dalam rumah, harus ada sepasang lampion putih yang selalu menyala di depan rumah. Hal ini menandakan bahwa ada orang yang meninggal di rumah tersebut.
Quote:
C. Upacara pemakaman
Proses upacara pemakaman gan
Menjelang peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
Untuk orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ? 2 sampai 5 meter. Di atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah “sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan), seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
Anak laki-laki pegang bambu/rotan
Putra tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain. Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
Sujud ke arah peti yang lagi diangkat gan
Dalam perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula setelah selesai penguburan.
Proses sesaji dan membakar uang akhirat gan
Setibanya di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa bumi (”toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum, sambil membakar uang akhirat.
Setelah itu penurunan peti mati, disini pihak keluarga dilarang melihat penurunan peti mati dan termasuk tamu pengunjung. (salah satu kepercayaan masyarakat tionghoa, bila melihat turunnya peti. ada kemungkin menyusul si meninggal atau usahanya jatuh atau meninggal).
Setelah itu penaburan kembang ke liang kubur dengan dibarengi doa, dan setiap pihak keluarga mengambil satu gegam tanah dan dilempar kepeti mati sebagai tanda menghormati si meninggal.
Itu gandum dll nya gan
Setalah selesai resesi ini dilanjuti pemuka agama dengan pembagian gandum, koin, kacang ijo, jagung sebagai simbolik si meninggal memberikan berkah kepada pihak keluarga( semangkin banyak mendapatkanya semangkin banyak rejekinya).
Setibanya di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk melupakan wajah almarhum.
Semenjak ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti : merah, kuning, coklat, oranye.
Di rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum. Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.
Proses upacara pemakaman gan
Menjelang peti akan diangkat, diadakan penghormatan terakhir. Dengan dipimpin oleh hwee shio atau cayma, kembali mereka melakukan upacara penghormatan.
Untuk orang kaya, diadakan meja persembahan yang memanjang ? 2 sampai 5 meter. Di atas meja disediakan macam-macam jenis makanan dan buah-buahan. Pada bagian depan meja diletakkan kepala babi dan di depan meja berikutnya kepala kambing. Makanan yang harus ada pada setiap upacara kematian adalah “sam seng”, yang terdiri dari lapisan daging dan minyak babi (Samcan), seekor ayam yang sudah dikuliti, darah babi, telur bebek. Semuanya direbus dan diletakkan dalam sebuah piring lonjong besar.
Anak laki-laki pegang bambu/rotan
Putra tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu yang diberi sepotong kertas putih yang bertuliskan huruf Cina, biasa disebut “Hoe”. Ia harus berjalan dekat peti mati, diikuti oleh saudara-saudaranya yang lain. Begitu peti mati diangkat, sebuah semangka dibanting hingga pecah sebagai tanda bahwa kehidupan almarhum di dunia ini sudah selesai.
Sujud ke arah peti yang lagi diangkat gan
Dalam perjalanan menuju tempat pemakaman, di setiap persimpangan, semua anak harus berlutut menghadap orang-orang yang mengantar jenasah. Demikian pula setelah selesai penguburan.
Proses sesaji dan membakar uang akhirat gan
Setibanya di pemakaman, kembali diadakan upacara penguburan. Memohon kepada dewa bumi (”toapekong” tanah) agar mau menerima jenasah dan arwah almarhum, sambil membakar uang akhirat.
Setelah itu penurunan peti mati, disini pihak keluarga dilarang melihat penurunan peti mati dan termasuk tamu pengunjung. (salah satu kepercayaan masyarakat tionghoa, bila melihat turunnya peti. ada kemungkin menyusul si meninggal atau usahanya jatuh atau meninggal).
Setelah itu penaburan kembang ke liang kubur dengan dibarengi doa, dan setiap pihak keluarga mengambil satu gegam tanah dan dilempar kepeti mati sebagai tanda menghormati si meninggal.
Itu gandum dll nya gan
Setalah selesai resesi ini dilanjuti pemuka agama dengan pembagian gandum, koin, kacang ijo, jagung sebagai simbolik si meninggal memberikan berkah kepada pihak keluarga( semangkin banyak mendapatkanya semangkin banyak rejekinya).
Setibanya di rumah, mereka harus membasuh muka dengan air kembang. Sekedar untuk melupakan wajah almarhum.
Semenjak ada yang meninggal sampai saat tertentu, semua keluarga harus memakai pakaian dan tanda berkabung terbuat dari sepotong blacu yang dilikatkan di lengan atas kiri. Tidak boleh memakai pakaian berwarna ceria, seperti : merah, kuning, coklat, oranye.
Di rumah disediakan meja pemujaan, rumah-rumahan dan tempat tidur almarhum. Setiap hari harus dilayani makannya seperti semasa almarhum masih hidup.
Quote:
D. Upacara sesudah pemakaman biasanya terdiri dari :
Meniga hari (3 hari sesudah meninggal) Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum jam 2 pagi). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
Proses pembakaran rumah-rumahan yang tadi gan
Menujuh hari (7 hari sesudah meninggal) Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
40 hari sesudah meninggal Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
Tiap-tiap tahun memperingati hari kematian Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan.
Bagi keluarga yang “berada”, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
Meniga hari (3 hari sesudah meninggal) Sesudah 3 hari meninggal seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (pergi ke kuburan almarhum jam 2 pagi). Mereka membawa makanan, buah-buahan, dupa, lilin, uang akhirat. Dengan memakai pakaian berkabung/blacu mereka melakukan upacara penghormatan (soja dan kui). Tak lupa mereka juga membakar uang akhirat. Pulang ke rumah, kembali mencuci muka dengan air kembang.
Proses pembakaran rumah-rumahan yang tadi gan
Menujuh hari (7 hari sesudah meninggal) Seperti halnya upacara meniga hari, seluruh keluarga melakukan upacara penghomatan dan peringatan di tempat jenasah berada (kembali ke kuburan ). Mereka membawa rumah-rumahan, makanan dan buah-buahan serta uang akhirat. Lilin dan dupa ( hio ) dinyalakan. Seluruh rumah-rumahan dan sisa harta yang perlu dibakar; dibakar sambil melakukan upacara mengelilingi api pembakaran. Sesudah selesai, tanah sekepal / segenggam diambil, diserakkan ke atasnya.
40 hari sesudah meninggal Pada hari ke 40 ini kembali anak – cucu dan keluarga melakukan upacara penghormatan di tempat jenasah berada ( kuburan). Semua baju duka dari blacu dan karung goni dibuka dan diganti baju biasa. Mereka masih dalam keadaan berkabung, namun telah rela melepaskan arwah si almarhum ke alam akhirat. Sebagai tanda tetap berkabung, semua anak cucu memakai tanda di lengan kiri atas; berupa sepotong kain blacu dan goni.
Tiap-tiap tahun memperingati hari kematian Satu tahun dan tahun-tahun berikutnya, akan selalu diperingati oleh anak cucunya dengan melakukan ” soja dan kui” sebagai tanda berbakti dan menghormati. Peringatan tahunan ini berupa upacara persembahan.
Bagi keluarga yang “berada”, di atas meja persembahan diletakkan berbagai macam makanan, buah-buahan, minuman, antara lain teh dan kopi, manisan minimum 3 macam, rokok, sirih sekapur, sedangkan makanan yang paling utama adalah “samseng” 2 pasang, lilin merah sepasang dan hio. Senja hari sebelum upacara, harus dinyalakan lilin merah berpasang-pasang tergantung pada jumlah orang / leluhur yang akan diundang. Maksud dari upacara ini adalah meminta kepada dewa bumi (toapekong tanah) untuk membukakan jalan bagi para arwah yaitu dengan cara membakar uang akhirat (kertas perak dan kertas emas ).
Quote:
Nah gimana gan?
Udah tau kan?
Kalau ada yang mau tambahin atau gimana komen ya
Oh iya mohon doanya juga semoga engkong ane udah tenang disisi Tuhan ya gan
Udah tau kan?
Kalau ada yang mau tambahin atau gimana komen ya
Oh iya mohon doanya juga semoga engkong ane udah tenang disisi Tuhan ya gan
sumber artikel
Diubah oleh Renan 24-12-2014 06:37
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
210K
Kutip
643
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan