Quote:
siang Forsex,
bicara soal suku Kurdi pasti terbayang tentang sosok Salahudin al-Ayyubi seorang pahlawan besar dari masa lampau yang namanya dikenal hingga ke Asia dan Eropa.
thread ini mencoba bercerita tentang perjuangan suku Kurdi yang berjumlah k.l 35 juta jiwa yang hingga saat ini kabarnya masih stateless (cmiiw).
jarang muncul di pemberitaan, suku Kurdi belakangan ini mendadak jadi sorotan tatkala Peshmerga mereka terlibat dalam kemelut di Irak dan bulan lalu (Juli 2014) suku Kurdi - di Irak Utara - mengutarakan keinginannya untuk mempunyai negara sendiri.
karena TS kurang bahan, mohon masukan dari agan sekalian soal ini, dan mudah mudahan threadnya dapat jadi bacaan yang bermanfaat, thanks.
Merdeka dari Irak, Pemimpin Kurdi Ingin Referendum
KURDI - Pemimpin wilayah otonom Kurdistan, Irak, Massoud Barzani, menyerukan parlemen untuk menetapkan tanggal referendum kemerdekaan dari Irak. Wilayah itu sudah lama ingin pisah dari Irak, setelah negara itu mengalami kekacauan tiada henti sejak rezim Saddam Hussein tumbang.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat Kurdistan (KDP), Farhad Sofi, kepada Reuters, membenarkan permintaan pemimpin Kurdi itu untuk menggelar referendum.
”Barzani meminta parlemen untuk membentuk sebuah komisi pemilihan independen guna melaksanakan referendum di wilayah Kurdistan dan menentukan jalan ke depan,” katanya yang dilansir Jumat (4/7/2014).
Parlemen belum memutuskan permintaan pemimpin Kurdi itu. Namun, Amerika Serikat pada Kamis kemarin menyayangkan langkah Barzani untuk merdeka dari Irak. Menurut AS, satu-satunya cara untuk bisa mengusir militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah dengan bersatu.
Gedung Putih, semula mencoba meyakinkan para pemimpin Sunni, Syiah dan Kurdi di Irak untuk membentuk pemerintahan bersatu di Baghdad. Namun, usulan itu disambut dingin. ”Faktanya adalah bahwa kita tetap percaya bahwa Irak lebih kuat jika bersatu,” ujar juru bicara Gedung Putih, John Earnest.
“Itulah sebabnya Amerika Serikat terus mendukung Irak yang demokratis, pluralistik dan bersatu dan kita akan terus mendesak semua pihak di Irak untuk terus bekerja bersama menuju tujuan itu,” kata Earnest.
Pemimpin Kurdi menyalahkan Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki atas kacauanya situasi di Irak. ”Kami memperingatkan Maliki sejak enam bulan lalu tentang apa yang terjadi di Irak, tapi dia tidak mendengarkan dan ini adalah konsekuensinya,” ujar Barzani dalam sebuah pertemuan dengan anggota parlemen.
http://international.sindonews.com/r...gin-referendum
Quote:
Kurdish women
ASAL USUL BANGSA KURDI
Suku Kurdi adalah nama anggota kelompok etnik yang menghuni pegunungan Taurus di sebelah timur Anatolia dan Pegunungan Zegros di sebelah barat Iran, utara Irak, dan daerah sekitarnya. Kebanyakan orang Kurdi di wilayah yang saling berhubungan di Iran, Irak, dan Turki, yakni kawasan yang umumnya dikaitkan dengan Kurdistan (negeri orang Kurdi), juga di Khurasan di timur laut Iran.
Dari segi etnik, bangsa Kurdi merupakan ras Aryan, yaitu Indo-Eropa yang telah menempati Kurdistan sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Jumlah mereka kini hampir mencapai 20 juta jiwa. Orang Kurdi secara tradisional hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari daerah pegunungan Turki dan Iran ke dataran Mesopotamia sambil mengembala ternak dan bertani.
Akan tetapi, di saat pasca-Perang Dunia I negara-negara menetapkan garis perbatasannya. Karena itu suku Kurdi mulai terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya dan mulai berdiam diri di pemukiman-pemukiman. Sejak masa yang sangat awal, suku Kurdi sebenarnya telah memiliki kebudayaan. Mereka menciptakan puisi dengan bahasa kurdi pada abad ke-7, memainkan musik dan membuat sepatu kulit. Pengikat utama masyarakat tradisional Kurdi adalah suku, yang dipimpin oleh seorang Syekh atau Agha. Islam masuk ke wilayah suku Kurdi pada abad ke-7. Sebutan “kurdi” sendiri baru digunakan setelah Arab menaklukkan wilayah itu dan sejak itu suku Kurdi cukup dikenal di wilayah Asia Barat Daya.
Hingga kini mayoritas orang Kurdi memeluk agama Islam ( Suni) dan factor agama ini menjadi faktor penyatu di antara mereka. Sebagian kecil Syiah, terutama di dekat wilayah Iran. Beraliran Sufisme (Naqsyabandiyah dan Kadiriyah). Ada yang menganut paham sinkretik, dan sebagian kecil menganut Kristen-Asyria. Meskipun dalam realitas sejarah merupakan suatu komunitas yang besar, memiliki kebudayaan sendiri, bahkan menempati wilayah tertentu (Kurdistan), orang Kurdi sampai saat ini belum mempunyai negara sendiri.
Daerah mereka selalu dijadikan daerah penyangga antara beberapa negara tetangga yang langsung atau tidak lansung menguasai wilayah Kurdistan. Bahkan suku Kurdi merupakan minoritas di lima negara digunakan tidak lebih sebagai alat untuk kepentingan negara asing. Tak seorang pun pemimpin di negara tersebut menghendaki suku Kurdi mempunyai negara sendiri. Negara sekitarnya khawatir mereka akan menimbulkan gangguan keamanan di negara tersebut jika mereka memiliki wilayah otonom.
Orang Turki melarang mereka menggunakan bahasa Kurdi dan pakaian tradisional Kurdi di sekitar kota administratif, bahkan pemerintah akan memenjarakan orang Kurdi yang menyanyikan lagu mereka, juga menekan agitasi politik Kurdi di propinsi timur dan mendesak mereka agar berimigrasi ke wilayah barat. Iran menentang suku Kurdi yang mayoritas beraliran Suni.
Suriah (Syiria) menganggap suku Kurdi tidak berkaitan dengan identitas nasional Arab dan menolak kewarganegaraan penuh suku Kurdi. Sementara Irak menganggap suku Kurdi sebagai kelompok pembangkang. Kondisi ini membuat suku Kurdi mencatat perjuangan panjang di bawah tekanan rezim yang menguasai wilayahnya sampai waktu yang tak bisa diprediksikan, mulai dari geriliya sampai pada pemberontakan untuk memperjuangkan berdirinya sebuah negara Kurdistan atau minimal mendapat hak otonomi penuh untuk daerahnya.
Setelah perang dunia I, Turki menjanjikan pembentukan suatu wilayah otonomi bagi orang Kurdistan, tapi perjanjian tersebut tak pernah dipenuhi. Kemudian berdirilah organisasi-organisasi yang melawan pemerintah Turki, hingga tahun 1946 berdirilah negara Kurdi merdeka, yaitu Republik Mahabad, namun Republik Mahabad ini hanya bertahan selama 1 tahun karena gempuran pemerintah Iran. Sejak saat itulah pemberontakan terus berjalan. Nasionalisme Kurdi pertama kali menjadi gerakan masa terutama di Irak. Pada 11 Maret 1970 telah terjadi gencatan sementara dengan dicapainya persetujuan antara mereka dan pemimpin Irak yang menjanjikan otonomi bagi seluruh daerah yang mayoritas penduduk bangsa Kurdi.
selengkapnya di:
http://restuandrian.blogspot.com/201...gsa-kurdi.html
kavaleri Kurdi, 1915
Terpecahnya Bangsa Kurdi
PERSOALAN suku (bangsa) Kurdi (Kurdistan) kembali menyembul ke permukaan menyusul serangan militer Turki atas posisi-posisi gerilyawan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) ókelompok sparatis Kurdi di Turki yang bercita-cita mendirikan Negara Kurdió di seputar wilayah perbatasan Turki-Irak, 23 Februari 2008.
Kurang lebih 10.000 tentara Turki masuk ke wilayah Irak Utara memburu gerilyawan PKK yang lari dan berlindung di kawasan tersebut. Itu adalah gempuran pertama militer Turki terhadap PKK dalam rentang waktu lima tahun terakhir.
Pengejaran pasukan Turki terhadap gerilyawan PKK pimpinan Abdullah Ocalan hingga memasuki teritorial Irak itu, tentu berpotensi menimbulkan implikasi politik maupun militer serius, terutama jika pemerintahan Perdana Menteri (PM) Nuri Al-Maliki di Baghdad tidak mau memahami masuknya militer Turki ke Irak untuk mengatasi perlawanan militer PKK yang berlindung di Irak Utara.
Bagaimanapun, dengan mengejar gerilyawan PKK hingga melintasi wilayah Irak, militer Turki melanggar kedaulatan negeri yang terkenal dengan legenda 1001 Malam itu.
Sejarah Panjang
Dalam buku bertajuk The Social and Political Structures of Kurdistan karya Martin van Bruinessen (1992) disebutkan, komunitas Kurdi adalah kelompok etnis minoritas di Timur Tengah yang mendiami wilayah di Turki, Iran, Irak, Suriah, dan Armenia. Bahasa Kurdi adalah cabang rumpun bahasa Indo-Eropa yang berkerabat dengan bahasa Persia.
Sejarah panjang bangsa Kurdi tergores sejak 612 Sebelum Masehi (SM), ketika Imperium Medya eksis di wilayah tersebut. Luas teritorial Kurdistan mencapai 409.650 kilometer persegi, terletak di sepanjang Pegunungan Taurus dan Zagros dengan populasi sekarang berjumlah sekitar 40 juta jiwa.
Karakter geografis Kurdistan yang terdiri atas gugusan perbukitan, struktur sosial yang sarat sentimen tribalisme/kesukuan, serta sistem pencaharian yang mengandalkan pertanian, membuat bangsa dan wilayah Kurdistan menjadi semieksklusif sepanjang sejarahnya.
Yang unik, sepanjang sejarah itu, tak ada satu pun bangsa ataupun kekuatan yang dapat menguasai penuh wilayah Kurdistan. Bangsa Yunani, Romawi, Persia, bahkan dinasti berbasis Islam sekalipun gagal menaklukkan secara menyeluruh bangsa Kurdi. Di era modern pun, sistem yang melahiran negara semisal Turki, Iran, Irak, dan Suriah, juga gagal menguasai penuh teritori Kurdi.
Akan tetapi, karakter geografis Kurdi itu justru membawa petaka, karena setelah Perang Dunia (PD) I harus menerima wilayahnya terbagi di antara lima negara. Terpecahnya geografis dan politik Kurdistan kali pertama terjadi pada 1514 SM, menyusul pertempuran Chaldiran antara Dinasti Safavid melawan Ottoman yang membawa mereka menandatangani perjanjian pembagian pengaruh di wilayah Kurdi.
Pembagian wilayah Kurdi kali kedua dilakukan berdasarkan Perjanjian Sykes Picot antara Inggris dan Prancis dengan dihadiri wakil dari Kekaisaran Rusia pada 1916. Selanjutnya, terjadi lagi pada 1919 merujuk Perjanjian Sevres dan pada 1923 menurut Perjanjian Lausanne.
Dalam Perjanjian Lausanne disepakati, Kurdi utara masuk yurisdiksi Turki, memiliki wilayah seluas 194.000 kilometer persegi, kini berpenduduk 13 juta jiwa; Kurdi timur masuk Iran, berluas wilayah 125.000 kilometer persegi, sekarang berpenduduk delapan juta jiwa; Kurdi selatan masuk Irak, berluas wilayah 72.000 kilometer persegi, sekarang berpenghuni enam juta jiwa; Kurdi barat daya masuk Suriah berluas wilayah 18.000 kilometer persegi, kini berpopulasi satu juta jiwa; dan Kurdi timur laut masuk yurisdiksi Armenia (eks-Uni Soviet), berluas wilayah 18.000 kilometer persegi dan kini berpopulasi satu juta jiwa (Musthafa Abdurrahman; Tragedi Bangsa Kurdi, Terpecah oleh Kekuatan Luar; Kompas, 7 November 2007).
Tercabik-cabiknya wilayah Kurdi tersebut membuat pupusnya impian bangsa itu untuk mempunyai negara sendiri. Pemimpin lama Kurdi, Mustafa Barzani (1990-1979), pernah berjuang mendirikan Negara Kurdi. Perjuangannya menuai hasil dengan mendirikan negara Kurdi bernama Mahabad di wilayah Kurdistan, Iran, pada 1946. Namun, eksistensinya kemudian buyar.
Bangsa Tragis
Pembagian wilayah menjadi penyebab kian retaknya sistem sosial budaya dan politik bangsa Kurdi. Mereka berada di bawah sistem politik pemerintahan pusat yang beragam di negara-negara yang menjadi tempat komunitas-komunitas bangsa Kurdi tinggal.
Karenanya, meski sejarah bangsa Kurdi cukup tua, mereka termasuk bangsa yang kurang beruntung. Bahkan ada yang menyebut sebagai bangsa yang tragis akibat karakter geografis, sentimen tribalisme, tirani, dan kolonialisme. Sekurangnya ada tiga faktor yang membuat bangsa Kurdi tercerai-berai dan sulit mewujudkan impian mendirikan negara sendiri.
Pertama, kuatnya sentimen kesukuan yang mengakibatan komunitas Kurdi tak pernah bersatu secara kebangsaan. Hal itu menyebabkan mereka sulit melahirkan seorang pemimpin yang sanggup menyatukan bangsanya.
Kedua, kekuasaan kolonialisme. Di era kolonialisme dulu tak jarang penguasa kolonial memanfaatkan sentimen kesukuan di antara komunitas yang ada untuk mengadu domba sesama suku bangsa Kurdi.
Ketiga, represi (kediktatoran) pemerintah pusat di negara-negara bangsa Kurdi berada sejak setelah PD I. Para pemerintah diktator itu, misalnya. menolak mengakui eksistensi bangsa dan bahasa Kurdi.
Pemerintah di Turki, Iran, dan Irak, yang memiliki warga Kurdi dalam jumlah besar, terus bersikap tegas: ”hanya ada satu bangsa, budaya, dan bahasa di negara mereka; tak ada yang namanya bangsa, budaya, maupun bahasa Kurdi.” Bahasa Kurdi dilarang diajarkan di sekolah-sekolah di negara-negara tempat komunitas Kurdi tinggal.
Itulah realitas sosial politik nan-tragis yang dijalani bangsa Kurdi, terutama di Turki, Iran, dan Irak, dalam kurun waktu yang sudah lama. Mereka tercerai-berai selain oleh ego antarkelompok suku di lingkup internal bangsa Kurdi sendiri, juga oleh kekuatan kolonialisme sewaktu dijajah Barat dan represi pemerintah di negara-negara tempat komunitas Kurdi tinggal sekarang. Namun, kalangan pengamat umumnya kini menilai kondisi Kurdi Irak pasca-Saddam Hussein jauh sudah lebih baik. Mereka mendapat otonomi khusus dari pemerintah pusat.
Di luar itu, penjabat Presiden Irak sekarang (Jalal Talabani, pemimpin Partai Uni Patriot Kurdi) dan Menteri Luar Negeri Hosham Zebari beretnis Kurdi. Sebagian pengamat menilai, hal itu sebagai momentum dan modal penting bagi Kurdi Irak khususnya untuk mendirikan Negara Kurdi.
http://m.suaramerdeka.com/index.php/...008/03/11/4435
Quote:
Kurdistan Irak
Perang Irak-iran berdampak luar biasa bagi kehidupan masyarakat Irak hingga muncul sebuah revolusi dimana berdiri negara-negara baru di Irak salah satunya negara Kurdistan yang berada diutara negeri Irak dan kemunculan negara Kurdistan di Irak terjadi akibat revolusi pasca jatuhnya rezim Saddam Husein sebagai akibat serangan Amerika ke Irak.
Kurdistan Irak adalah suatu wilayah otonomi yang luas terletak di wilayah Irak bagian utara dimana sebagian besar penduduk beretnis Kurdi beribukota Arbil kemudian wilayah otonomi Kurdistan yang muncul dinegeri Irak memang awalnya menjadi bagian wilayah negara Irak ,namun sayang warga negara kurdi di Irak ini tidak diakui oleh pemerintah Irak sejak era Saddam Husein.
Tak jarang warga kurdi letaknya dibagian utara Irak ini mendapat perlakuan tidak manusiawi mulai ditindas,disiksa,dibantai ataupun dibunuh oleh tentara militer sehingga terjadi perang antara etnis Kurdi dan Tentara militer Irak tidak lain menuntut otonomi wilayah kurdi di Irak .Perjuangan etnis kurdi untuk merebutkan hak wilayah otonomi Kurdi penuh pertumpahan darah dan airmata tak sedikit dari mereka juga mendapat perlawanan sengit dari tentara militer Irak yang ingin menjaga keutuhan bangsa dan mengamankan sumber minyak bumi di wilayah Kirkuk mengingat wilayah ini kaya akan minyak bumi .
Konflik bersenjata etnis Kurdi dan tentara militer Irak terus berkepanjangan ,meski pemerintah Irak akhirnya memberi otonomi wilyah Kurdi 11 maret 1974 yang mencakup wilayah dahuk,arbil dan sulaymanah ,namun wilyah Kirkuk ,tempat sumber minyak bumi di Irak tidak dimasukkan dalam wilayah otonomi Kurdi sehingga terjadi pertempuran yang mengakibatkan jatuhnya ribuan korban jiwa .Perdamaian antara kedua belah pihak terus dilakukan ,tetapi hanya wilayah Kirkuk tidak masuk wilayah otonomi Kurdi konflik etnis Kurdi dan militer Irak terus berlangsung sampai tahun 1991.
Kini memasuki tahun 2013 wilayah otonomi Kurdistan di Irak memasuki babak baru karena wilayah otonomi Kurdistan menjadi negara baru di Irak, meski wilayah ini secara geografis masih termasuk wilayah negara Irak.Wilayah otonomi Kurdistan di Irak dalam memang dikembangkan menjadi sebuah negara yang merdeka ,tetapi impian etnis kurdi di Irak memiliki negara merdeka sendiri tidak terwujud mengingat PBB belum mengakui keberadaan Kurdistan sebagai negara yang merdeka.
Walau wilayah otonomi Kurdistan di Irak belum diakui dunia terutama PBB ,tetari perkembangan kota-kota diwilayah Kurdistan ,Irak cukup maju salah satunya kota Sulaymaniah atau kota Suly berjaraknya yang lebih dekat ke Iran daripada ke Turki terbilang kota maju tak kalah dengan kota lainnya dibelahan dunia .
Di kota Sulaymaniah tumbuh pesat pusat perbelajaan atau mall, perumahan tanpa memiliki lapangan parkir.Menariknya dikota Suly tidak ada tempat wisata yang ada hanya pasar malam kemudian pada tahun baru warga Kurdistan merayakanya dengan menggelar Newroz atau new day yakni pergi ke gunung berpiknik bersama keluarga.Saat Newroz warga kurdistan menari diiringi lagu riang sambil bergandeng tangan berpakaian tradisional khas kurdistan dan membakar api untuk memperingati kemenangan. Kota Lain di Kurdistan Turki tak kalah menarik adalah kota Arbil sekaligus ibukota Kurdistan di Irak Utara jaraknya 200 km dari kota Suly yang kini menjadi pusat ekonomi di Irak yang tumbuh subur kafe,restoran,pusat perbelajaan atau mall,telkomunikasi ,juga dibangun bandara udara ,kaya akan obyek wisata terutama bangunan bersejarah dan menjadi daya tarik investor asing ,
Wilayah otonomi Kurdistan di negeri Irak saat ini sudah merdeka meski masih termasuk negara federal Irak ,namun sumber ekonomi Kurdistan terpisah dari negara Irak.memiliki bendera dan pasukan militer sendiri.Kurdistan Irak menurut sejumlah catatan belum sepenuhnya menjadi negara merdeka secara mutlak ,namun ekonomi,budayanya cukup maju dan sayangnya wilayah ini belumlah aman banyak terjadi konflik didaerah perbatasan Kurdistan Irak,bahkan tahun 2012 sampai juli 2013 menjadi tempat pengungsian sekitar 30 ribu warga suriah sampai untuk mencari perlindungan di wilayah kurdistan akibat kekerasan dinegeri itu.
Kurdistan Irak dilihat dari pembangunan dikota-kota seperti Sulaimaniah dan Arbil memang potensial dijadikan sebagai sebuah negara baru,walau sampai kini impian warga kurdi memiliki negara sendiri tetap mengantung tak ada kepastian yang jelas sampai kapan wilayah otonomi kurdistan benar-benar menjadi negara merdeka.
http://nantly.mywapblog.com/kurdistan-irak.xhtml

---------
