Secara logika sederhana, berikut adalah dampak kenaikan BBM.
1. Kenaikan SEMBAKO di JAWA


2. Kenaikan tarif angkutan umum untuk mengimbangi kenaikan BBM. Soalnya apapun makanannya angkot minumnya teh botol sosr* eh BBM.


3. Para pegawai di JAWA akan meminta kenaikan gaji sebagai bentuk adaptasi kenaikan BBM.

Ibu ane pernah cerita. Dia pernah ngobrol sama sales sebuah produk. Tau nggak gan sebulan gajinya berapa? Cuma 1,2 juta. Kira-kira cukup nggak buat suami-istri plus 1 orang anak? Gak kebayang nasib dia ketika BBM bersubsidi dicabut. Apa masih bisa makan ya?


4. Kenaikan biaya produksi pabrik-pabrik dan perusahaan karena biaya transportasi (khususnya yang lewat darat) juga ikut naik.


5. Kenaikan biaya produksi dan tuntutan kenaikan gaji pegawai akan memicu kenaikan harga barang selain SEMBAKO.


6. Kenaikan ongkos kirim dari para penyedia jasa pengiriman.


7. Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka akan terjadi ketimpangan dalam masyarakat. Besar pasak daripada tiang.


8. Jika tidak terjadi kondisi yang kondusif demi memenuhi "kebutuhan pokok" masyarakat, bisa memicu tindakan anarki hanya demi bertahan hidup. Saling salah-salahan dan berakhir kisruh.


9. Muncul provokasi-provokasi tentang kinerja pemerintahan baru yang dianggap buruk.

Ibarat orang baru keterima kerja, eh sudah langsung disalahin gara-gara perusahaan bangkrut. Coba tanya sama yg sdh kerja belasan dan puluhan tahun disana. "Wah lu bawa sial aja. Gara-gara lu keterima jadi pegawai disini utang perusahaan jadi gede!"

Tidak berhenti sampai poin no.9 - Masih ada DLL


SIAPA YANG SALAH?
Tidak perlu main salah-salahan apalagi terprovokasi untuk main "ejek-ejekan" soal siapa yang dianggap manja dan siapa yang "sudah merasa" lebih tegar dari yang lainnya.
Tidak perlu terprovokasi juga untuk menyalahkan pemerintahan baru yang secara resmi menjabat saja belum.

Yang gak terima dibilang manja tidak perlu merasa sakit hati. Bagaimanapun memang kehidupan di JAWA lebih memadai fasilitas umum dan sarananya. Daripada sakit hati lebih baik introspeksi diri. Benahi soal korupsi, benahi soal orang-orang yang maunya menang sendiri, benahi soal hal-hal kecil yang sering diributkan misal soal gengsi dan gaya hidup. Di saat orang lain di luar JAWA sana ribut gak ada fasilitas umum yang memadai. Di JAWA ribut soal status sosmed

Yang sudah terlanjur keceplosan bilang lebih tegar dari penduduk JAWA, ada baiknya juga introspeksi diri. Penghasilan disana lebih besar dari di JAWA. Di beberapa hal itu berbanding lurus dengan konsekuensi yang harus dibayar. Contohnya : Si A beban kerjanya lebih berat dan mondar-mandir lokasi yang sulit terjangkau oleh kendaraan biasa maka wajar saja gaji si A lebih besar dari gaji si B yang cm duduk di kantor.

Tapi sebenarnya apakah si A mau diberi beban kerja yang 3x lipat si B? Jika bisa memilih dan tidak dituntut situasi, mungkin si A lebih enjoy kerja seperti si B.
Apakah si B enjoy dengan kondisinya? Mungkin saja si B lebih suka diberi beban seperti si A plus diberi gaji yang jauh lebih besar. Tapi kemampuannya tidak sama sehingga perusahaan tidak memberinya posisi yang sama dengan si A.

Jadi tidak usah main kata-kataan siapa yang manja siapa yang tidak soal antrian BBM. Yang merasa biasa berlama-lama antri tidak perlu jumawa/sombong. Yang tidak biasa berlama-lama antri belajar sabar dan introspeksi diri. Disikapi sebaik mungkin dan jangan sampai terprovokasi