Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jajang100Avatar border
TS
jajang100
2 Tokoh Perfilman Religi Yang Susah Untuk Dicari Penggantinya
Ane Miris Kalau Lihat Sinetron Atau FTV Religi Yang Ada Sekarang, Casing Sih Religi Tapi Isinya Jauh Dari Itu

Gak Usah Sebut Nama Tiap Malem Kita Disuguhi Sinetron Yang Tokohnya Haji Tapi Kelakuannya Labil Dimana Kadang2 Baik Tapi Banyakn Malah Angkuh Dan Congkak Atau Juga Sinetron Yang Tadinya Cuma Tentang Seorang Emak Tua Penjual Gado-Gado Yang Punya Keinginan Ke Mekkah Tapi Malah Sekarang Pakai Joget Ubur-Ubur Segala.

Atau Satu Lagi Tiap Siang Di TV Berlambang Ikan Terbang Ada FTV Namanya Sih Bagus Pintu Taubat Tapi isinya? Gak Jauh Dari Selingkuh, Ribut Keluarga, Rebutan Warisan Hingga Bunuh2an.


Sangat Kontras Kalau Kita Bandingkan Dengan 2 Tokoh Yang Sudah Ahli Dalam Membuat Sinetron Atau Film Bertema Religi Sehingga Bisa Mengemas Film Bergenre Religi Itu Menjadi Sangat Baik Dan Sesuai Koridornya

Yang Pertama Tentu Pak Wagub Jabar Deddy Mizwar:
Spoiler for Demiz:


Siapa Yang Tak Kenal Para Pencari Tuhan, Lorong Waktu Atau Kiamat Sudah Dekat? Semua Lahir Dari Sosok Tangan Dingin Pak Haji Ini

Terinspirasi oleh salah satu ayat suci Al Quran tepatnya Surah Az-Zariyat yang menyatakan: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, Deddy Mizwar, yang saat itu sedang dalam puncak kariernya sebagai aktor, merasakan sedikit kelalaian yang ada di dalam dirinya. Ia merasakan popularitas keaktorannya dengan prestasi yang menjulang tinggi saat itu tidak mampu menentramkan hati batinnya dan hanya memuaskan nafsu duniawinya saja. Pada saat bersamaan juga Deddy melihat dan merasa prihatin dan gelisah melihat maraknya tayangan televisi yang tidak memberikan pencerahan dan pendidikan terhadap batin pemirsanya.

Tahun 1997 bersama istrinya, Deddy kemudian PT. Demi Gisela Citra Sinema (DGCS), yang memproduksi berbagai program TV, terutama sinetron dan film layar lebar, sebagai wujud penghambaannya kepada Allah. Deddy mengaku ia tidak punya keahlian lain selain memproduksi film.

Meski mengaku tak punya keahlian menjadi ulama atau ustad, ia tetap bisa berdakwah melalui film/sinetron yang diproduksinya. Serial Mat Angin merupakan produksi pertama DGCS.

Sejak 1997, ia mendirikan production house-nya sendiri, PT Demi Gisela Citra Sinema, dengan produksi pertama serial tv "Mat Angin", disusul kemudian dengan serial ramadan "Lorong Waktu" (6 season), "Demi Masa", "Kiamat Sudah Dekat" (film dan serial tv), film "Ketika", film "Nagabonar Jadi 2", serial tv "Para Pencari Tuhan", dan terakhir film "Identitas" yang meraih Piala Citra sebagai film terbaik FFI 2009. Di semua judul itu, Deddy Mizwar bertindak selaku produser sekaligus aktor dan sutradaranya. Sinetron dan film produksi Citra Sinema dikenal konsisten mengandung muatan religi dan komedi, meski beberapa judul bergenre drama, misalnya serial tv "Adillah" (RCTI), "Rinduku CintaMu" (SCTV), dan "Gerbang Penantian" (Lativi).



Yang Kedua Adalah Sosok Yang Baru Meninggal 2 Bulan lalu Chaerul Umam:
Spoiler for Chaerul Umam:


Chaerul Umam (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 4 April 1943 – meninggal di Jakarta, 3 Oktober 2013 pada umur 70 tahun) adalah seorang sutradara Indonesia. Chaerul telah mendapatkan penghargaan maupun nominasi untuk karya-karyanya di berbagai acara penghargaan lokal maupun internasional.

Nama Chaerul Umam tentu sudah tidak asing lagi bagi sineas Tanah Air. Puluhan film dan berbagai penghargaan pernah diraihnya. Beberapa film yang pernah disutradarainya di antaranya, Sepasang Merpati (1979), Tiga Sekawan (1975), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986), Ramadhan dan Ramona (1992), Fatahillah (1997), Ketika Cinta Bertasbih (2008), dan Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009).


Almarhum dikenal sebagai sutradara yang konsisten berkarya di film-film bernafaskan Islam.

Chaerul Umam mulai diperhitungkan di jagad perfilman pada tahun 1977 setelah membesut film 'Al Kautsar', produksi PT Sippang Jaya Film, serta film 'Titian Serambut Dibelah Tujuh' yang dirilis tahun 1983.

'Al Kautsar' meraih penghargaan dari Festival Film Asia di Bangkok untuk Film Budaya Sosial Terbaik dan Rekaman Suara Terbaik. Kedua film bernafaskan Islam itu digarapnya dengan baik. Sejak kecil ia memang tumbuh di lingkungan yang agamis.

Meski demikian, Chaerul tidak terjebak dalam satu genre saja. Ia juga sukses mengarahkan film drama percintaan, antara lain 'Gadis Marathon', 'Kejarlah Daku Kau Kutangkap' serta 'Ramadhan dan Ramona'. Judul film yang terakhir disebutkan bahkan berhasil mengantarkan Chaerul meraih Piala Citra sebagai Sutradara Terbaik di ajang Festival Film Indonesia 1992.

Pada era 90-an, ketika dunia perfilman Tanah Air sedang lesu dari film-film berkualitas, ia mulai menyutradarai sinetron bertema religi seperti 'Jalan Lain ke Sana', 'Jalan Takwa', 'Astagfirullah', dan 'Maha Kasih'.

Di kala dunia perfilman Indonesia mulai menggeliat di awal tahun 2000-an, Chaerul kembali meramaikan industri layar. Pada 2008, ia dipercaya menggarap film 'Ketika Cinta Bertasbih' (KCB) yang kemudian menuai sukses.

Chaerul pernah meraih beberapa penghargaan baik di dalam maupun luar negeri, di antaranya Sutradara Terbaik dalam film Titian Serambut Dibelah Tujuh (FFI 1983), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (FFI 1986), Joe Turun ke Desa (FFI 1990), Nada dan Dakwah, serta Ramadhan dan Ramona (FFI 1992), dan Penghargaan Terpuji untuk film Ramadhan dan Ramona dalam Festival Film Bandung tahun 1993.



Susah Sekarang Dalam Ranah Perfilman Religi Mencari Sosok Seperti Mereka Apalagi Sekarang Kebanyakan Bikin Film Religi Hanya memikirkan Rating Atau Mau Cepet Laku Atau Lagi Uang Dibanding Pesan Yang Ingin Disampaikan

Kalau Boleh Ane Minta emoticon-Rate 5 StarDan emoticon-Blue Guy Cendol (L) Nya Yah
0
3.7K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan