Halo, Gan! Saya Aisyah Putri, sering dipanggil putri atau asput. Dalam hidup kita, pasti pernah dong ngerasa down, tersisihkan, dan tidak dihargai? Saya pun begitu dan merasakannya sejak saya duduk di bangku sekolah dasar. Orang tua mempercayakan kita kepada sekolah dengan harapan agar seorang anak dapat berkembang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya. Namun apa yang terjadi jika anak tersebut dianggap tidak berbakat? Diremehkan? Dan hal itu dilakukan oleh guru maupun teman temannya di sekolah?
Saya merasakan itu saat duduk di bangku sekolah dasar, tepatnya ketika saya memasuki kelas 3 SD. Mungkin saya terlahir sebagai anak yang ambisius bahkan dalam bidang yang saya tidak mumpuni untuk melakukannya. Ibu saya seorang penjahit lulusan SMA, ayah saya hanya seorang PNS Dinas Koperasi lulusan sarjana sebuah Universitas yang kini hanya tinggal nama, sudah tidak beroperasi. Tidak ada satupun dari keluarga saya yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris, level beginner sekalipun. Pada saat itu, saya menganggap orang yang dengan casciscus-nya ngobrol sama bule itu keren dan saya ingin sekali bisa ngomong bahasa Inggris didepan banyak orang, termasuk bule bule itu
Suatu waktu, dalam rangkaian Kegiatan Tengah Semester di SD, diadakan Story Telling Contest yang dibuka untuk kelas 1-6. Persyaratan pendaftaran adalah dengan mengumpulkan biodata dan text yang akan dibawakan ke atas panggung. Bingung dong saya harus tanya siapa, dan dengan PD nya, saya comot sebuah bacaan di text book bahasa Inggris kelas 3SD yang saya gak ngerti artinya (saya rasa text itu bukan text untuk story telling

). Saya gak bisa kasih tau apa itu isinya, karna saya emang gak ngerti apa artinya, saya cuma hapalin text sebanyak 12 kalimat tersebut, dan saya ungkapkan hapalan saya di atas panggung. Saya tau saya gak akan menang, tapi puas sekali rasanya bisa sok sok an ngomong bahasa Inggris di depan orang banyak. Pemenang lomba tingkat sekolah pun diumumkan, Juara 1 nya adalah siswi SD kelas 3 (satu kelas dengan saya) dan juara 2 nya adalah kakak kelas kelas 5. Saya legowo, karna saya tau betul saya gak mungkin menang hehe
Quote:
“dan legowo itupun berubah jadi keinginan untuk balas dendam karena perkataan seseorang...”
Di mading sekolah, terpampang pengumuman perlombaan Telling Object Contest yang dilakukan oleh Lembaga Bimbingan Belajar dan Pemerintah Kota Jember. Tingkatnya se- Karisidenan Besuki (kira 4-5 kabupaten/kota di Jawa Timur bagian Timur). Kebetulan saya membaca pengumuman disamping sang Juara 1 Story Telling tingkat SD tersebut, dan saya nyeletuk, “Ikutan lomba itu, Yuk!”. Sang juara 1 langsung menjawab, “Itu lomba cuma buat yang pinter bahasa Inggris kayak aku, tanyain aja sama Pak Gino! (anggap English teacher saya namanya Gino

)Kamu gak boleh ikut, kan gak bisa Bahasa Inggris!”. Mungkin itu hanya celotehan lugu dari seorang anak SD, tapi begitu membekas di hati saya. Saya tanyakan ke Pak Gino, dan sedihnya Pak Gino mengiyakan bahwa sekolah hanya mengirimkan dua peserta dan itu dari pemenang lomba story telling tingkat SD kemarin.
Sesampainya di rumah, saya menangis sejadi – jadinya. Merengek kepada ibu agar bisa didaftarkan lomba. Sore hari, ketika SD sudah sepi dan tidak ada kegiatan belajar mengajar, saya dan ibu kembali ke sekolah untuk melihat pengumuman di Mading dan menghubungi contact person yang ada. Akhirnya, saya terdaftar sebagai peserta lomba Telling Object Contest tingkat Karisidenan Besuki. Sayangnya, saya masih belum punya persiapan apapun termasuk apa yang akan saya bicarakan saat lomba nanti. Saya benar – benar buta. Beruntung sekali saya punya ibu yang tangguh dan sabar, Ibu saya diam – diam menghubungi pacar om saya, yang kebetulan kuliah di jurusan Bahasa Inggris. Akhirnya kami mengatur waktu agar dapat bertemu dan berlatih untuk persiapan lomba, kira – kira saya punya waktu 3 minggu untuk mempersiapkan lomba ini. Waktu yang cukup singkat sehubungan dengan level kemampuan yang nol dalam berbahasa Inggris.
Quote:
“tidak ada orang yang pintar, yang ada adalah orang yang terlatih”
Waktu perlombaan kurang seminggu, pada akhirnya Pak Gino tahu kalau saya ikut lomba ini. Walaupun beliau tahu, namun saya tetap tidak diajak berlatih bersama. Seminggu terakhir saya semakin giat berlatih. Sudah mulai luwes meletakkan ekspresi dan sudah hafal 2 halaman folio text yang saya bawakan beserta artinya. Ya, saya mulai tau bahasa Inggris, namun hanya terbatas pada text yang saya hapalkan dalam perlombaan ini. Technical meeting dilaksanakan satu hari sebelum perlombaan. Dan kalian tahu? Saya dan ibu tidak mengerti arti “Technical Meeting” pada saat itu, sehingga dengan polosnya saya membawa properti lomba sebuah maskot gajah ITB yang sering disebut Ganesha. Untungnya properti saya hanya itu, dan tidak memiliki kostum khusus, sehingga saya masih selamat dari rasa malu karna hari itu ternyata bukan hari H perlombaan, melainkan penjelasan teknis untuk perlombaan besok.
Hari yang besar di mulai, terdapat sekitar 80 peserta. Wakil dari SD saya, teman sekelas saya menggunakan kostum seorang putri, dan kakak kelas menggunakan kostum pelaut yang masih terlihat baru. Sedangkan saya hanya memakai kaos putih dan calana jeans dengan tatanan rambut yang keriting apa adanya. Ketika saya dipanggil untuk tampil, entah mengapa tidak ada perasaan nervous, saya merasa siap untuk melakukan yang terbaik di hadapan juri. Penampilan ini adalah penampilan terbaik jika dibandingkan pada saat latihan di hari-hari sebelumnya. Ada satu peserta, yang tampil sangat cemerlang, saya kagum walaupun saya tidak tahu apa yang ia ceritakan, ternyata dia sempat tinggal di UK selama 4 tahun, jadi gak salah kalau penampilannya luar biasa. Yap, saya menjagokan dia jadi juara 1 nya, tapi saya tidak bisa berharap banyak terhadap hasil yang akan saya dapatkan.
Sore hari, pengumuman pun dilaksanakan. Ibu saya malah mengajak saya jalan – jalan melihat kandang burung merak di taman yang ada di bawah kantor Pemda Kab. Jember, beliau takut, saya kembali menangis jika hasilnya kurang memuaskan. Kok ya pas, ketika saya kembali lagi ke aula tempat pengumuman berlangsung, pemenang juara 2 akan disebutkan. Di panggung terlihat teman saya yang kemarin meraih juara 1 di SD mendapatkan predikat harapan 2 (5th rank). Tanpa ekspektasi yang muluk – muluk, Alhamdulillah saya dapat juara 2, dan juara 1 diraih oleh peserta yang saya jagokan. Saya bersyukur mendapat juara 2, karena juara 1 nya harus mengucapkan sepatah dua patah kata di atas podium. Ingat! Saat itu saya mengerti bahasa Inggris terbatas pada text yang saya bawakan pada lomba, jelas saya gak akan bisa ngomong apa – apa kalau disuruh ngomong di atas podium
Hikmahnya, perkataan orang lain yang menjatuhkan mungkin saja akan membuat kita semakin jatuh ke dalam jurang yang lebih dalam. Namun, jika seseorang menjatuhkanmu, bangkitlah dan tunjukan kepada dunia bahwa kamu tidak layak untuk dicela
. Ini mungkin bukan prestasi pertamax dalam hidup saya, namun ini prestasi pertamax yang membawa saya lebih giat belajar Bahasa Inggris dan meraih prestasi dalam bidang Bahasa Inggris di kehidupan selanjutnya. Memang tidak ada yang sia – sia jika kita berusaha, kalau kata Melody JKT48, “Usaha keras itu tak akan mengkhianati, kalau mengkhianati, berarti usahanya belum keras!”. Semoga cerita di atas semakin meningkatkan semangat teman – teman untuk meraih prestasi. Karena tidak ada keberhasilan yang dapat diraih dengan mudah!
Dibawah ini saya sertakan bonus foto prestasi yang bener – bener pertamax dan prestasi pertamax di Hong Kong.
![[Prestasi Pertamax] Pernah Gagal Bukan Berarti Gak Boleh Juara!](https://s.kaskus.id/images/2014/08/24/3766950_20140824092322.jpg)
Jenongnya Kagak Nahan, Gan!

![[Prestasi Pertamax] Pernah Gagal Bukan Berarti Gak Boleh Juara!](https://s.kaskus.id/images/2014/08/24/3766950_20140824093334.jpg)
Ini sertifikatnya
![[Prestasi Pertamax] Pernah Gagal Bukan Berarti Gak Boleh Juara!](https://s.kaskus.id/images/2014/08/24/3766950_20140824095032.jpg)
Ini pas grand luncheon, ane yang pake hijab ya, bukan yang cowok >.<