bye-byeAvatar border
TS
bye-bye
Bolehkah Mengganti Sholat Jumat Menjadi Hari Sabtu?
Belakangan Ini Saia Membaca Artikel Menarik Tentang Pengalihan Sholat Jumat Pada Hari Sabtu di Negara Azerbaijan dalam Mengganti Sholat Jumat di Hari Sabtu , Asia Barat Dekat Laut Kaspia. Komite Nasional Bagian Urusan Agama Republik Azerbaijan memerintahkan kepada para khatib masjid diseluruh penjuru Negara untuk melaksanakan Sholat Jumat di Hari Sabtu. Alasan pemindahan tersebut karena dinilai mengganggu jam kerja, karena hari Jumat di Azerbaijan termasuk hari kerja resmi negara.

Menurut pemerintah Azerbaijan, pemindahan shalat Jumat ke hari Sabtu diharapkan dapat mengurangi kinerja para pegawai dan pekerja pemerintah. Libur resmi pemerintah Azerbaijan adalah hari Sabtu dan Minggu, yang memungkin bagi pegawai pemerintah tidak terganggu jam kerjanya.

Menanggapi alasan pemerintah, khatib Masjid Masyhadi Dodosh, H Shahin Hasanali mengatakan, pemindahan tersebut dinilai sebuah sentimen politik belaka. “Pemerintah khawatir shalat Jumat menjadi ajang pendidikan politik yang bisa mencoreng wibawa pemerintah. Yang namanya sholat Jumat tidak bisa dipindah hari,” ujarnya.

Republik Azerbaijan adalah negara kecil yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dilaporkan, jumlah komunitas muslim disana mencapai 90% dari total keseluruhan warganya. Kedekatan rezim yang berkuasa dengan Israel, menyebabkan kebijakan-kebijakan pemerintah cenderung anti Islam.

Dari Artikel di Atas Saia Ingin Melontarkan Suatu Teori Yang Rasional Sehingga Negara Indonesia dapat mengikuti Jejak Negara Azerjaiban Mengganti Sholat Jumat di Hari Sabtu.

Terkadang, suatu bahasan bisa menjadi tidak jelas dan bias jika dipaparkan melalui sekedar tulisan dan gambar. Beberapa orang menganggap karena kapasitas media tulisan dan gambar tidak cukup untuk menanggung beban bahasan tersebut – padahal ada ungkapan satu gambar dapat menjelaskan seribu kata. Untuk lebih memperjelas sebuah bahasan, maka terkadang dibutuhkan diskusi sehingga terjadi dialog dua arah dari pendonor ke orang yang hendak diberi penjelasan olehnya.

Tulisan saia kali ini pun mungkin akan bernasib demikian, tidak jelas dan bias. Akan tetapi, saia ingin menantang diri saia sendiri untuk bisa menjelaskan sebuah ide yang tidak umum dipahami manusia kebanyakan melalui media yang cenderung satu arah, blog.

Substansi dari tulisan ini sendiri bisa jadi dinilai penting, jika penyampaian saia tepat. Tetapi bisa juga hal ini hanya terlihat sebagai ide konyol yang sebaiknya diacuhkan saja. Mari kita mulai.

Seperti yang kita ketahui, penanggalan yang umum digunakan di dunia adalah penanggalan Gregorian yang mendasarkan perhitungannya pada pergerakan matahari. Dalam perkembangannya, sistem penanggalan ini telah beberapa kali mengalami revisi. Salah satu revisi yang terkenal adalah penambahan satu hari dalam salah satu tahun pada siklus empat tahun. Tahun yang kebagian jatah hari lebih banyak ini kemudian lebih dikenal dengan nama tahun kabisat.

Islam, sebagai agama langitan, tidak menggunakan penanggalan Gregorian, yang penuh revisi dan intervensi manusia, dalam menetapkan hari-hari rayanya. Penanggalan yang digunakan adalah penanggalan Hijriah yang mendasarkan perhitungannya pada pergerakan bulan. Berbeda dengan penanggalan Gregorian, penanggalan Hijriah sampai saat ini masih steril dari intervensi manusia. Salah satu konsekuensinya adalah kesulitan dalam membuat kalender satu tahun penuh di awal tahun. Maka tidak heran jika kemudian banyak umat Islam yang berselisih dalam menentukan hari raya Idul Fitri karena perbedaan hasil metode Hisab dan Ruqyat.

Saia tidak tertarik untuk membahas perselisihan tersebut karena sudah banyak yang memberikan pendapatnya. Namun jika anda tertarik, saia merekomendasikan satu artikel menarik mengenai penentuan hari Idul Fitri yang bisa dilihat di sini.

Permasalahan perbedaan waktu di dalam menentukan waktu-waktu ibadah di dalam Islam sebenarnya bisa menjadi kajian yang menarik. Kebetulan beberapa tahun yang lalu saia tiba-tiba memikirkan,”Daerah pertama di dunia yang memulai hari itu sebenarnya di mana sih?”

Akhirnya saia mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut. Batas penanggalan dunia ada di garis bujur 180°. Garis batas ini adalah garis maya yang di beberapa bagian meliuk-liuk untuk disesuaikan dengan garis batas negara yang bersangkutan. Beberapa revisi untuk garis ini terjadi pada perbatasan Rusia – Amerika Serikat di Selat Bering dan di perbatasan Kiribati – Amerika Serikat. Garis batas penanggalan yang jelas dapat anda lihat dengan mengklik gambar di bawah ini.



Garis maya hasil kesepakatan orang-orang inilah yang kemudian menjadi batas hari. Seberapa signifikan garis tersebut? Ferdinand Magellan pernah dibuat bingung ketika mengelilingi bumi ke arah barat karena ketika dia sampai di titik awal keberangkatannya, ternyata dia telat satu hari dibandingkan jurnal pelayaran yang dia buat. Fenomena unik ini juga diracik secara menarik oleh Jules Verne melalui novel cerdasnya, Around The World in 80 Days.

Jika anda masih bingung dengan fenomena apa yang saya maksud, maka ijinkanlah saya untuk memberi contoh yang saya ambil dari artikel Wikipedia Indonesia berikut ini:

Spoiler for Contoh:


Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah , membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Greenwich di UK adalah tempat asal Greenwich Mean Time (GMT) sejak tahun 1884. GMT kadang disebut Greenwich Meridian Time karena diukur dari garis Greenwich Meridian Line di Institut Observatoru (the Royal Observatory) di Greenwich. Greenwich adalah patokan zona-zona waktu dunia yang saat ini masih digunakan. nah, ini tambahan dari saya, Imam Ja’far bersabda: Ka’bah diberi nama Ka’bah karena ia adalah pusat dunia. mungkin harusnya penghitungan waktu kita, bukan dari greenwich, tapi dari ka’bah.

GMT merupakan perhitungan waktu yang digagas oleh para penjajah /neo imperialis pada zaman dahulu, apabila sudah tidak sesuai dan ditemukan fakta-fakta baru harusnya kita berubah ke arah yang benar. Seperti halnya Teori Evolusi Manusia yang sudah sangat banyak dibantah para ahli kebenaranya. Tetapi hal yang sulit untuk kita sebagai manusia adalah mengakui kebenaran dan merubah ke arah yang benar.

Bayangkan jika titik nol nya bukan dari greenwich tapi dari ka’bah? Jelas penghitungan waktu kita tidak seperti sekarang. lebih dalam lagi, persoalan sholat jumat. jika hari ini kita sholat Jumat di Indonesia sementara di Arab saudi masih hari Kamis dalam hitungan GMT, padahal kita dilarang mendahului Imam. Sebagaimana Hadist Muslim

Aku adalah imam kalian, maka janganlah kalian mendahului aku dgn rukuk, sujud, berdiri, & berpaling dari shalat. Karena aku melihat kalian dari arah depanku & belakangku.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Demi Dzat yg jiwa Muhammad berada di TanganNya, kalau kalian melihat sesuatu yg aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa, & banyak menangis.’ Mereka bertanya, ‘Apa yg kamu lihat wahai Rasulullah?

‘ Beliau menjawab, ‘Aku melihat surga & neraka’. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Jarir –lewat jalur periwayatan lain– & telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair & Ishaq bin Ibrahim dari Ibnu Fudhail semuanya meriwayatkan dari al-Mukhtar dari Anas dari Nabi dgn hadits ini, & tak ada dalam hadits Jarir, Janganlah kalian mendahuluiku dalam berpaling.

Tidakkah takut orang yg mengangkat kepalanya sebelum imam, sehingga Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai.

Kemudian yang mengusik pertanyaan saia adalah, apakah boleh umat Islam menggunakan batas penanggalan yang sama dengan kebanyakan orang di muka bumi ini, yaitu mendasarkan penggantian hari pada sebuah garis maya yang ditetapkan melalui konvensi? Jika tidak, lantas di manakah garis batas penanggalan menurut versi Islam?

Apakah ini Misi Tersembunyi Orang-Orang Kafir untuk menghancurkan Akidah umat Muslim Yang tidak mengerti akan penanggalan Waktu, Haruskah Kita Sebagai Umat Islam Yang Letaknya Geografisnya Sebelah Timur Kota Mekkah Mengganti Sholat Jumat Setelah Sholat Jumat di Mekkah? Jadi Intinya Negara-Negara Timur Mekkah dari UAE sampai Ujung Russia Bahkan Azerbaijan Sendiri Boleh Mengganti Sholat Pada Hari Jumat Ke Hari Sabtu Jika Menurut Versi Penanggalan versi Islam?

Sumber: Bolehkah Mengganti Sholat Jumat Menjadi Hari Sabtu?
0
3.8K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan