- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PERBEDAAN OSPEK DI AUSTRALIA DAN INDONESIA


TS
Felmentia1
PERBEDAAN OSPEK DI AUSTRALIA DAN INDONESIA
Biasanya dalam memasuki sebuah lingkungan yang baru, akan ada namanya Ospek dan kali ini ane mau membuka mata agan2 perbedaan Ospek Mahasiswa Baru antara di Indonesia dengan Australia


perlengkapan tempur para calon ospek



kekerasan sudah menjadi budaya, padahal yg diospek adalah perempuan, tp malah di smackdown begitu

ada pula yg tewas pada saat di ospek karena kedisiplinan terlalu tinggi dari panitia ospek

para peserta ospek numpuk kaya sapi potong menunggu ajal

Mandi pun disuruh diluar... terbuka, pas malem, bareng2 lagi.. bisa saling intip2an tuh gan
dari gambar di atas dapat terlihat bagaimana Ospek yg ada di Indonesia
Indonesia mengklaim dirinya katanya berbudaya, beragama, santun, ramah dll... apakah terlihat??
Spoiler for OSPEK MAHASISWA BARU DI AUSTRALIA:
Pekan Orientasi atau 'O-Week' lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bisa mendukung kegiatan perkuliahan. Terutama bagi mahasiswa internasional, mereka dibekali sejumlah pelatihan soal cara menulis dan mengerjakan tugas dalam bahasa Inggris.
Sebelum memulai masa perkuliahan, biasanya universitas-universitas di Australia menggelar pekan orientasi, atau disebut 'O-week'.
Pada pekan ini sejumah kegiatan digelar untuk memberikan orientasi kepada mahasiswa baru soal semua yang berhubungan dengan proses kuliah. Misalnya menjadi anggota perpustakaan, mendapatkan sumber-sumber bacaan dan referensi dari arsip digital, dan sebagainya

Adinda Budianto, siswi Psikologi di Australia yang berasal dari Jakarta. Foto: Erwin Renaldi
Terutama bagi mahasiswa internasional, pekan orientasi pun menjadi penting karena pada pekan ini diberikan pula sejumlah pelatihan tentang cara menulis essay atau makalah dalam bahasa Inggris dan bagaimana cara menyadur hasil karya akademis orang lain.
"Pengalaman saya, awal masuk di sini itu berbeda, tidak ada ospek-ospek. Disini kita diajak keliling kampus dengan banyak kegiatan mentoring," ujar Adinda Budianto, mahasiswa asal Jakarta yang mengambil jurusan bisnis di University of Melbourne.
Dinda memilih kuliah di Australia karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia, tetapi memiliki kualitas pendidikan yang diatas standar internasional.

Suasana booth Persatuan Pelajara Indonesia Australia. Foto: Erwin Renaldi
Menjelang hari akhir pekan orientasi, adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa.
Sejumlah klab-klab mahasiswa membuka stand mereka untuk mengajak para mahasiswa bergabung. Beragam klab mahasiswa ada di Australia, mulai dari sejumlah cabang olah raga, seni, budaya, alam, dan masih banyak lagi.
Tentunya ada pula perkumpulan mahasiswa dari tiap-tiap negara, termasuk dari Indonesia. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPIA) pun membuka standnya yang sejak pagi sudah ramai dengan mahasiswa baru.
PPIA terbilang cukup aktif karena sering menggelar acara, dari festival musik, dialog, malam kebudayaan, dan baru saja meluncurkan majalah bernama "Perspektif" yang mengulas sisi politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia dalam bahasa Inggris,
Untuk menarik perhatian klab-klab mahasiswa ini memberikan barang-barang gratis bagii para mahasiswa yang bergabung.
Ada pula yang cukup kreatif, seperti perhimpunan mahasiswa India yang memberikan seni melukis di atas kulit, "mehendi" kepada para mahasiswi.

Perkumpulan pelajar India berikan 'mehendi' gratis. Foto: Erwin
Dushyant Sharma, mahasiswa dari India mengaku kalau acara seperti ini belum pernah ia temukan sebelumnya di New Delhi.
"Saya senang datang ke acara ini, semua klab membuka diri dan mengajak mahasiswa," kata Sharma. "Banyak barang gratis saat mendaftar dan saya pun memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan teman baru

Dushyant Sharma, mahasiswa dari New Delhi, India. Foto: Erwin Renaldi
Untuk menjadi anggota baru klab mahasiswa biasanya ada iuran yang sangat terjangkau bagi mahasiswa
Mereka yang telah membayar dan resmi menjadi anggota klab mahasiswa biasanya mendapat kartu keanggotaan.

Mahasiswa baru mendapat info soal klab-klab mahasiswa baru di Pekan Orientasi. Foto: Erwin Renaldi
Ada banyak keuntungan dengan memiliki kartu keanggotaan. Salah satunya adalah potongan harga saat membeli buku, pergi ke bioskop, membeli makanan di sejumlah restoran.
Misalnya saja bagi para anggota PPIA, mereka mendapat potongan diskon tiket pesawat Garuda Indonesia untuk sejumlah tujuan di Indonesia. PPIA telah menjalin kerjasama dengan maskpai penerbangan nasional tersebut sejak tahun 2012.

Karate, salah satu klub olah raga yang diminati oleh mahasiswa dalam dan luar Australia. Foto: Erwin Renaldi

Lewat perkumpulan olah raga bisa berkenalan dengan teman-teman dari negara lain. Foto: Erwin Renaldi

Ada pula perkumpulan mahasiswa untuk mereka yang peduli binatang. Foto: Erwin Renaldi
Pada acara penutupan pekan orientasi, sejumlah klab-klab mahasiswa pun menggelar atraksi di atas panggung untuk menjaring lebih banyak anggotanya.
Indonesian Studies and Language Association (ISLA) mengundang kelompok tari Saman yang mayoritas adalah mahasiswa Indonesia di Melbourne, untuk tampil.
Usai penampilan, mereka mengajak mahasiswa dari negara lain untuk naik ke atas panggung dan belajar tiga gerakan tarian Saman.

Mahasiswa baru diajak untuk belajar tari Saman. Foto: Erwin Renaldi
Kemeriahan di hari terakhir pekan orientasi ini benar-benar dinikmati oleh seluruh mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Helen, mahasiswa asal Cina.

Helen, mahasiswa bisnis dari Cina. Foto: Erwin Renaldi
"Saya sangat menikmati kegiatan kemahasiswaan saat semua berkumpul," akunya. "Acara tahun ini pun lebih baik dibanding dengan tahun lalu
Sebelum memulai masa perkuliahan, biasanya universitas-universitas di Australia menggelar pekan orientasi, atau disebut 'O-week'.
Pada pekan ini sejumah kegiatan digelar untuk memberikan orientasi kepada mahasiswa baru soal semua yang berhubungan dengan proses kuliah. Misalnya menjadi anggota perpustakaan, mendapatkan sumber-sumber bacaan dan referensi dari arsip digital, dan sebagainya

Adinda Budianto, siswi Psikologi di Australia yang berasal dari Jakarta. Foto: Erwin Renaldi
Terutama bagi mahasiswa internasional, pekan orientasi pun menjadi penting karena pada pekan ini diberikan pula sejumlah pelatihan tentang cara menulis essay atau makalah dalam bahasa Inggris dan bagaimana cara menyadur hasil karya akademis orang lain.
"Pengalaman saya, awal masuk di sini itu berbeda, tidak ada ospek-ospek. Disini kita diajak keliling kampus dengan banyak kegiatan mentoring," ujar Adinda Budianto, mahasiswa asal Jakarta yang mengambil jurusan bisnis di University of Melbourne.
Dinda memilih kuliah di Australia karena lokasinya yang dekat dengan Indonesia, tetapi memiliki kualitas pendidikan yang diatas standar internasional.

Suasana booth Persatuan Pelajara Indonesia Australia. Foto: Erwin Renaldi
Menjelang hari akhir pekan orientasi, adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa.
Sejumlah klab-klab mahasiswa membuka stand mereka untuk mengajak para mahasiswa bergabung. Beragam klab mahasiswa ada di Australia, mulai dari sejumlah cabang olah raga, seni, budaya, alam, dan masih banyak lagi.
Tentunya ada pula perkumpulan mahasiswa dari tiap-tiap negara, termasuk dari Indonesia. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPIA) pun membuka standnya yang sejak pagi sudah ramai dengan mahasiswa baru.
PPIA terbilang cukup aktif karena sering menggelar acara, dari festival musik, dialog, malam kebudayaan, dan baru saja meluncurkan majalah bernama "Perspektif" yang mengulas sisi politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia dalam bahasa Inggris,
Untuk menarik perhatian klab-klab mahasiswa ini memberikan barang-barang gratis bagii para mahasiswa yang bergabung.
Ada pula yang cukup kreatif, seperti perhimpunan mahasiswa India yang memberikan seni melukis di atas kulit, "mehendi" kepada para mahasiswi.

Perkumpulan pelajar India berikan 'mehendi' gratis. Foto: Erwin
Dushyant Sharma, mahasiswa dari India mengaku kalau acara seperti ini belum pernah ia temukan sebelumnya di New Delhi.
"Saya senang datang ke acara ini, semua klab membuka diri dan mengajak mahasiswa," kata Sharma. "Banyak barang gratis saat mendaftar dan saya pun memiliki kesempatan untuk berkenalan dengan teman baru

Dushyant Sharma, mahasiswa dari New Delhi, India. Foto: Erwin Renaldi
Untuk menjadi anggota baru klab mahasiswa biasanya ada iuran yang sangat terjangkau bagi mahasiswa
Mereka yang telah membayar dan resmi menjadi anggota klab mahasiswa biasanya mendapat kartu keanggotaan.

Mahasiswa baru mendapat info soal klab-klab mahasiswa baru di Pekan Orientasi. Foto: Erwin Renaldi
Ada banyak keuntungan dengan memiliki kartu keanggotaan. Salah satunya adalah potongan harga saat membeli buku, pergi ke bioskop, membeli makanan di sejumlah restoran.
Misalnya saja bagi para anggota PPIA, mereka mendapat potongan diskon tiket pesawat Garuda Indonesia untuk sejumlah tujuan di Indonesia. PPIA telah menjalin kerjasama dengan maskpai penerbangan nasional tersebut sejak tahun 2012.

Karate, salah satu klub olah raga yang diminati oleh mahasiswa dalam dan luar Australia. Foto: Erwin Renaldi

Lewat perkumpulan olah raga bisa berkenalan dengan teman-teman dari negara lain. Foto: Erwin Renaldi

Ada pula perkumpulan mahasiswa untuk mereka yang peduli binatang. Foto: Erwin Renaldi
Pada acara penutupan pekan orientasi, sejumlah klab-klab mahasiswa pun menggelar atraksi di atas panggung untuk menjaring lebih banyak anggotanya.
Indonesian Studies and Language Association (ISLA) mengundang kelompok tari Saman yang mayoritas adalah mahasiswa Indonesia di Melbourne, untuk tampil.
Usai penampilan, mereka mengajak mahasiswa dari negara lain untuk naik ke atas panggung dan belajar tiga gerakan tarian Saman.

Mahasiswa baru diajak untuk belajar tari Saman. Foto: Erwin Renaldi
Kemeriahan di hari terakhir pekan orientasi ini benar-benar dinikmati oleh seluruh mahasiswa. Seperti yang diungkapkan oleh Helen, mahasiswa asal Cina.

Helen, mahasiswa bisnis dari Cina. Foto: Erwin Renaldi
"Saya sangat menikmati kegiatan kemahasiswaan saat semua berkumpul," akunya. "Acara tahun ini pun lebih baik dibanding dengan tahun lalu
Spoiler for OSPEK MAHASISWA BARU DI INDONESIA:


perlengkapan tempur para calon ospek




kekerasan sudah menjadi budaya, padahal yg diospek adalah perempuan, tp malah di smackdown begitu


ada pula yg tewas pada saat di ospek karena kedisiplinan terlalu tinggi dari panitia ospek

para peserta ospek numpuk kaya sapi potong menunggu ajal
Mandi pun disuruh diluar... terbuka, pas malem, bareng2 lagi.. bisa saling intip2an tuh gan
dari gambar di atas dapat terlihat bagaimana Ospek yg ada di Indonesia
Indonesia mengklaim dirinya katanya berbudaya, beragama, santun, ramah dll... apakah terlihat??
mungkin kita seharusnya mengubah pola budaya kekerasan yg ada
bila agan suka beri ane

dan

yang banyak ya gan
bila agan suka beri ane

dan

yang banyak ya gan
Polling
0 suara
APAKAH AGAN SETUJU BILA POLA OSPEK KITA SEPERTI DI LUAR NEGERI?
Diubah oleh Felmentia1 10-05-2014 23:32
0
11.1K
Kutip
85
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan