- Beranda
- Komunitas
- Buat Latihan Posting
latihan gan


TS
netbreak
latihan gan
Sebagai starter mikroorganisme pada proses decomposer Effective Microorganisms 4 (EM4) menjadi penting dalam dunia pertanian organik. Begitupula dalam sektor perkebunan kelapa sawit, EM4 digunakan untuk pembuatan kompos dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan limbah cair kelapa sawit (LCKS). Dengan memakai kompos dari EM4, produksi tandan buah segar (TBS) berpotensi meningkat sampai 20%.
Quote:
Effective Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan berasal dari alam Indonesia. Terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Spp) bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Spp), Actinomycetes, Streptomyces sp dan ragi yang bermanfaat untuk pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, industri, kesehatan dan lingkungan. EM4 tidak berbahaya, aman bagi manusia dan makhluk hidup lainnya serta lingkungan.
Ketersediaan limbah di perkebunan sawit cukup melimpah yang berasal dari tandan kosong dan limbah cair. Tandan kosong dapat diolah menjadi kompos dengan adanya material tambahan selain EM4 yakni molasse dan air.
Agoes Wibisana, Branch Manager PT Songgolangit Persada, menceritakan pembuatan kompos TKKS harus dicacah terlebih dahulu lalu disiram larutan EM4. Jadi satu liter EM4 bisa untuk membuat kompos sebanyak satu ton. “Kita aduk dan dicampur lalu dilakukan fermentasi di hamparan tanah yang keras agar larutan EM4 tidak terserap ke tanah. Ditutup terpal plastik dan tunggu kurang lebih 1 bulan,” ungkap Agus.
Menurut Agus, penggunaan EM4 telah diaplikasikan di Medan (Sumatera Utara) yakni PT Asam Jawa untuk pengelolaan limbah tandan kosong dan limbah cair. Kompos digunakan pada dua aplikasi di lingkaran tanaman dan baris tanaman. Selain itu, pembibitan sawit atau tanaman sawit yang sudah dewasa cukup dengan EM4 sebanyak 10 cc dicampur 1 liter air untuk disemprotkan pada batang tanaman atau tanah. Apliksinya cukup per 3 bulan sekali dengan komposisi 18 liter per tahun dengan 6 liter satu kali aplikasi untuk setiap hektarnya.
Manfaat EM4, lanjut Agus, bisa terlihat pada umur tanaman memasuki tahun kedua dari segi peningkatan produksi, warna daun, pelepah daun terbuka, tanah disekitar pohon menjadi gembur. “Produksi TBS tahun kedua akan meningkat 5%-10%, tahun ketiga menjadi 20-30%,” ujar Agus. Sedangkan penghematan penggunaan pupuk kimia mencapai 30%.
Semua lahan cocok untuk pemanfatan limbah sawit dengan EM4, hanya saja EM4 kurang efektif tanpa bantuan bahan organik karena sebagai media hidup dan makanan mikrorganisme. “Semua limbah dapat dimanfaatkan tidak hanya dri sektor perkebunan. Pertanian sayuran sudah banyak yang menggunakan dan tidak hanya satu bahan untuk pembuatan kompos. Limbah sawit bisa ditambah kotoran ternak,” kata Agus.
Di perkebunan sawit, aplikasi kompos EM4 (Bokashi) sebanyak 10 ton per hektare. Di musim hujan, menurut Agus, aplikasi larutan EM4 dilakukan setelah hujan berhenti. “Paling penting EM4 tidak boleh tercampur pestisida atau herbisida. Harus terpisah ada tenggat waktu dalam pemberiannya minimal berbeda 1-2 minggu dan baiknya pestisida baru EM4,” tambah Agus ketika ditemui di kantornya.
Penggunaan EM4 tidak sebatas di tanaman pangan saja, melainkan telah digunakan perkebunan kelapa sawit dan tebu semenjak tahun 2005. Ke depan PTPN IV dan PT. Sapta Karya Damai di Sampit akan menggunakan EM4 untuk pengolahan tandan kosong sawit.
Keunggulan EM4 adalah sebagai pelopor pertanian organik memberikan harga murah, mudah aplikasi dan aman bagi lingkungan. Harga variatif Rp 20.000-25.000 per liter. Ini juga tergantung pada jauh dekatnya lokasi.
Pemasaran EM4 diperluas sampai ke Jambi, Sumatera Selatan terutama petani dan perusahaan perkebunan sawit. Harapan Agus, penyerapan teknologi EM4 bisa merata dan meluas supaya tidak terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya. Tetapi, dapat dilakukan di daerah pedalaman asalkan didukung infrastruktur supaya harganya terjangkau. “Harga bisa ditekan agar daya beli masyarakat jauh lebih tinggi. Target penjualan 100 ton per bulan tahun ini bisa tercapai dan tahun 2012 diprediksi ada kenaikan 10-20%,” pungkas Agus.
Ketersediaan limbah di perkebunan sawit cukup melimpah yang berasal dari tandan kosong dan limbah cair. Tandan kosong dapat diolah menjadi kompos dengan adanya material tambahan selain EM4 yakni molasse dan air.
Agoes Wibisana, Branch Manager PT Songgolangit Persada, menceritakan pembuatan kompos TKKS harus dicacah terlebih dahulu lalu disiram larutan EM4. Jadi satu liter EM4 bisa untuk membuat kompos sebanyak satu ton. “Kita aduk dan dicampur lalu dilakukan fermentasi di hamparan tanah yang keras agar larutan EM4 tidak terserap ke tanah. Ditutup terpal plastik dan tunggu kurang lebih 1 bulan,” ungkap Agus.
Menurut Agus, penggunaan EM4 telah diaplikasikan di Medan (Sumatera Utara) yakni PT Asam Jawa untuk pengelolaan limbah tandan kosong dan limbah cair. Kompos digunakan pada dua aplikasi di lingkaran tanaman dan baris tanaman. Selain itu, pembibitan sawit atau tanaman sawit yang sudah dewasa cukup dengan EM4 sebanyak 10 cc dicampur 1 liter air untuk disemprotkan pada batang tanaman atau tanah. Apliksinya cukup per 3 bulan sekali dengan komposisi 18 liter per tahun dengan 6 liter satu kali aplikasi untuk setiap hektarnya.
Manfaat EM4, lanjut Agus, bisa terlihat pada umur tanaman memasuki tahun kedua dari segi peningkatan produksi, warna daun, pelepah daun terbuka, tanah disekitar pohon menjadi gembur. “Produksi TBS tahun kedua akan meningkat 5%-10%, tahun ketiga menjadi 20-30%,” ujar Agus. Sedangkan penghematan penggunaan pupuk kimia mencapai 30%.
Semua lahan cocok untuk pemanfatan limbah sawit dengan EM4, hanya saja EM4 kurang efektif tanpa bantuan bahan organik karena sebagai media hidup dan makanan mikrorganisme. “Semua limbah dapat dimanfaatkan tidak hanya dri sektor perkebunan. Pertanian sayuran sudah banyak yang menggunakan dan tidak hanya satu bahan untuk pembuatan kompos. Limbah sawit bisa ditambah kotoran ternak,” kata Agus.
Di perkebunan sawit, aplikasi kompos EM4 (Bokashi) sebanyak 10 ton per hektare. Di musim hujan, menurut Agus, aplikasi larutan EM4 dilakukan setelah hujan berhenti. “Paling penting EM4 tidak boleh tercampur pestisida atau herbisida. Harus terpisah ada tenggat waktu dalam pemberiannya minimal berbeda 1-2 minggu dan baiknya pestisida baru EM4,” tambah Agus ketika ditemui di kantornya.
Penggunaan EM4 tidak sebatas di tanaman pangan saja, melainkan telah digunakan perkebunan kelapa sawit dan tebu semenjak tahun 2005. Ke depan PTPN IV dan PT. Sapta Karya Damai di Sampit akan menggunakan EM4 untuk pengolahan tandan kosong sawit.
Keunggulan EM4 adalah sebagai pelopor pertanian organik memberikan harga murah, mudah aplikasi dan aman bagi lingkungan. Harga variatif Rp 20.000-25.000 per liter. Ini juga tergantung pada jauh dekatnya lokasi.
Pemasaran EM4 diperluas sampai ke Jambi, Sumatera Selatan terutama petani dan perusahaan perkebunan sawit. Harapan Agus, penyerapan teknologi EM4 bisa merata dan meluas supaya tidak terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, Kalimantan, Irian Jaya. Tetapi, dapat dilakukan di daerah pedalaman asalkan didukung infrastruktur supaya harganya terjangkau. “Harga bisa ditekan agar daya beli masyarakat jauh lebih tinggi. Target penjualan 100 ton per bulan tahun ini bisa tercapai dan tahun 2012 diprediksi ada kenaikan 10-20%,” pungkas Agus.
Diubah oleh netbreak 27-10-2014 14:08
0
1.5K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan