- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Elektabilitas Turun, Jokowi: Cawapresnya Harus Pas


TS
sakurasaki
Elektabilitas Turun, Jokowi: Cawapresnya Harus Pas
TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi, menilai wajar jika elektabilitasnya dalam pemilihan presiden turun. Menurut dia, dalam politik naik-turunnya elektabilitas suatu hal yang tak terhindarkan.
"Yang namanya politik itu naik dan turun. Yang namanya elektabilitas itu naik dan turun. Sekarang bisa naik, besok turun," kata Jokowi di Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2014. (Baca: Jokowi Capres, Ada Tim Cemara dan Lenteng Agung)
Menurut dia, untuk menghindari agar elektabilitas tidak turun, maka ia harus memilih calon wakil presiden yang tepat. "Strateginya, penentuan cawapres harus tepat," katanya.
Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan dalam menentukan calon wakil presiden faktor elektabilitas pendamping menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Akan tetapi, aspek elektabilitas tidak menjadi satu-satunya faktor yang dominan.
"Elektabilitas memang menentukan, tapi faktor lain kan juga ada. Hitungannya tidak hanya urusannya memenangkan pilpres. Setelah pilpres juga harus dihitung. Bukan hanya urusan menang dan kalah," katanya. (Baca pula: Lima Penyebab Efek Jokowi Tidak Besar ke PDIP)
Mantan Wali Kota Solo ini mengatakan calon pendampingnya kelak harus memiliki beberapa kriteria, di antaranya harus saling melengkapi, harus saling memenuhi, dan punya chemistry. Saat ini, kata Jokowi, kandidat yang tersisa ada dua atau tiga nama.
Ketiga kandidat tersebut ada yang berasal dari partai dan non-partai. Selain itu, para kandidat ada yang berasal dari kalangan sipil dan militer. Dari segi usia, calon pendampingnya ada yang lebih tua dan ada yang lebih muda.
Beberapa nama santer disebut menjadi calon pendamping Jokowi, yaitu mantan Wakil Presiden yang juga politikus Golkar, Jusuf Kalla, dan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud Md. Dari kalangan militer, Ryamrizard Ryacudu juga dikabarkan menjadi calon pendamping Jokowi.
"Yang namanya politik itu naik dan turun. Yang namanya elektabilitas itu naik dan turun. Sekarang bisa naik, besok turun," kata Jokowi di Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis, 24 April 2014. (Baca: Jokowi Capres, Ada Tim Cemara dan Lenteng Agung)
Menurut dia, untuk menghindari agar elektabilitas tidak turun, maka ia harus memilih calon wakil presiden yang tepat. "Strateginya, penentuan cawapres harus tepat," katanya.
Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan dalam menentukan calon wakil presiden faktor elektabilitas pendamping menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Akan tetapi, aspek elektabilitas tidak menjadi satu-satunya faktor yang dominan.
"Elektabilitas memang menentukan, tapi faktor lain kan juga ada. Hitungannya tidak hanya urusannya memenangkan pilpres. Setelah pilpres juga harus dihitung. Bukan hanya urusan menang dan kalah," katanya. (Baca pula: Lima Penyebab Efek Jokowi Tidak Besar ke PDIP)
Mantan Wali Kota Solo ini mengatakan calon pendampingnya kelak harus memiliki beberapa kriteria, di antaranya harus saling melengkapi, harus saling memenuhi, dan punya chemistry. Saat ini, kata Jokowi, kandidat yang tersisa ada dua atau tiga nama.
Ketiga kandidat tersebut ada yang berasal dari partai dan non-partai. Selain itu, para kandidat ada yang berasal dari kalangan sipil dan militer. Dari segi usia, calon pendampingnya ada yang lebih tua dan ada yang lebih muda.
Beberapa nama santer disebut menjadi calon pendamping Jokowi, yaitu mantan Wakil Presiden yang juga politikus Golkar, Jusuf Kalla, dan mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud Md. Dari kalangan militer, Ryamrizard Ryacudu juga dikabarkan menjadi calon pendamping Jokowi.




tien212700 dan anasabila memberi reputasi
2
2.1K
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan