eryaayreAvatar border
TS
eryaayre
Harvest Moon – Simulasi Kapitalisme Dan Perbudakan Dengan Kedok Pertanian


Di tahun 2000, Natsume merilis iterasi terbaru dari game simulasi pertanian mereka, Harvest Moon. Dalam game berjudul Harvest Moon: Back to Nature yang dirilis di PlayStation itu, seri Harvest Moon menjadi sangat populer di Indonesia meskipun sebelumnya bisa dibilang Harvest Moon itu termasuk kategori game yang tidak mainstream. Seri yang memiliki judul asli Bokujou Monogatari di Jepang ini bisa sangat populer karena memang seru untuk dimainkan dan digemari oleh gamer baik lelaki ataupun perempuan.

Bagi kamu yang mungkin belum kenal dengan Harvest Moon: Back to Nature, game ini adalah sebuah game yang menempatkanmu pada posisi seorang pemuda yang mewarisi perkebunan dan peternakan milik mendiang kakeknya di sebuah kota kecil bernama Mineral Town. Warisan yang terbengkalai ini telah ditinggal cukup lama dalam keadaan berantakan, dan kamu sebagai pewaris diberi kesempatan oleh walikota Mineral Town untuk memperbaikinya ke kejayaan semula. Semua ini harus bisa kamu capai dalam waktu tiga tahun saja, dan jika sampai kamu tidak bisa memenuhi syarat-syarat yang diminta, kamu akan disuruh meninggalkan kota tersebut.

Lalu kalau memang game ini populer di kalangan berbagai gamer dan juga memiliki tema tentang membangun sebuah pertanian, kenapa saya sebutkan game ini sebagai sebuah simulasi kapitalisme dan perbudakan? Temukan jawabannya di pembahasan lengkap di bawah ini.


Spoiler for Game Besar Dengan Ukuran Kecil Atau Hanya Ilusi Gameplay Saja?:



Spoiler for Mineral Town: Kota Terpencil Penuh Stereotip, Perbudakan, dan Masyarakat Materialistis:


Spoiler for Verdict: Kerja Terus Sampai Mati Sukses:



Sumur
0
16.7K
141
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan