- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mereka yang Dibunuh Karena Berita


TS
aditz92
Mereka yang Dibunuh Karena Berita
Quote:

Ada yang kenal dengan foto di atas? Dia adalah Fuad Muhammad Syafruddin, wartawan Harian Bernas. Tepat hari ini, ia meninggal setelah dirawat akibat penganiayaan.
Berikut sejumlah kisah wartawan yang dibunuh karena berita.
Quote:

Tepat delapan belas tahun silam, Fuad Muhammad Syafruddin atau Udin wafat di RS Bethseda, Yogyakarta. Kerusakan di bagian otaknya sudah terlalu parah untuk ditangani. Empat hari sebelumnya, atau pada 13 Agustus 1996, dua pria tak dikenal mendatangi rumahnya. Tanpa basa basi, mereka menganiaya Udin dengan batang besi. Semenjak penganiayaan itu, Udin berada dalam kondisi kritis.
Udin adalah wartawan harian Bernas. Dalam tulisannya, ia selalu mengkritisi kebijakan orde baru dan militer. Ia pun mencoba membongkar kasus suap dan korupsi Bupati Bantul Kolonel Artileri Sri Roso Sudarmo. Karena tulisan tersebut, ada pihak yang merasa tersudutkan.
Kekerasan terhadap wartawan terjadi di seluruh dunia. Laporan wartawan The Guardian, Declan Hill, menyebutkan Filipina adalah negara terburuk bagi profesi wartawan. Koruptor dapat dengan mudah menyewa pembunuh bayaran seharga 400 ribu rupiah. Hebatnya, hanya sedikit dari mereka yang tertangkap dan mendapatkan hukuman.
Irak, Filipina, Libya, Zambia, dan Russia adalah negara yang ditandai secara khusus. Kebebasan bicara dan mengemukakan pendapat lewat media, adalah hal yang tabu. Apalagi menyerang dan mengusik mereka yang berkuasa, lewat tulisan.
Quote:
Veronica Guerin dan Ireland Drug Lord
Latar belakang penulis adalah mahasiswa di jurusan jurnalistik sebuah universitas negeri. Ada hal unik saat dosen pertama kali masuk untuk memberi materi pada mata kuliah “Pengantar Ilmu Jurnalistik”. Ia memutarkan sebuah film berjudul “Veronica Guerin”. Setelah film sepanjang 98 menit tersebut diputar, sang dosen bertanya, “Anda yakin ingin menjadi wartawan?”
Sebagian dari kami ada yang berkerut ngeri. Ada pula yang ceria dan bersemangat. Namun, tidak ada dari kami yang menjawab dengan pasti.
Ada sebagian dari Anda yang menganggap demokrasi dan kebebasan berbicara di Eropa, terutama Eropa Barat mengalami kemajuan pesat.
Jika itu benar, Veronica Guerin adalah pengecualian. Guerin adalah wartawan kelahiran Dublin, Irlandia. Sebagai seorang Irish, ia adalah penggemar fanatik sepakbola. Ia adalah fans Manchester United.
Karier jurnalistiknya dimulai pada 1990 dengan bekerja di Sunday Business Post dan Sunday Tribune. Karena alasan keamanan, ia tidak menuliskan identitas pada tulisannya. Pada 1994, ia pindah ke Sunday Independent. Di sini ia mulai fokus menulis hal yang berbau kriminal.
Sejak saat itu pula, ancaman pembunuhan mulai mengarah pada dirinya. Oktober 1994, rumahnya ditembaki oleh orang tak dikenal. Lalu, Januari 1995, seorang pembunuh bayaran datang dan menodongkan senjata ke kepala Guerin. Sayang, tembakannya meleset dan hanya melukai kakinya. Kejadian ini tak menyurutkan semangatnya. Ia masih saja menulis berita investigasi tentang penjualan obat-obatan terlarang di Irlandia.
Akhir 1995, ia dianugerahi International Press Freedom Award dari Commite to Protect Journalist. Ajal datang tak terduga. Pada Juni 1996, ia dibunuh.
Kematiannya tak sia-sia karena membawa dampak besar bagi pemerintahan Irlandia. Mereka membuat UU yang mengatur tentang pelarangan penggunaan dan pengedaran narkoba. UU penyitaan aset dan harta kriminal pun disahkan. Mata masyarakat pun semakin terbuka akan buruknya dampak dari penyalahgunaan narkoba.
Quote:

Cuplikan dari Film Veronica Guerin
Quote:
Valerio Luiz de Oliveira

Amerika Latin begitu mudah diasosiasikan dengan gengster yang bertebaran di jalan. Akan sangat mudah bagi seseorang untuk menyewa pembunuh bayaran berharga murah dengan resiko minimal.
Brasil bisa disebut sebagai tanah sepakbola. Di setiap sudut jalan, mudah terlihat aktivitas sepakbola.
Valerio Luiz de Oliveira adalah wartawan senior sebuah radio di Goiana, Goias, Brasil. Pada 2010, klub lokal setempat, Atletico Clube Goiainense melaju ke kasta tertinggi Liga Brasil. Semenjak saat itu pula, Luiz selalu melontarkan kritik pedas terhadap manajemen klub.
Marah dengan komentar tersebut, manajemen klub melarangnya hadir di semua kegiatan klub. Tapi hal ini tidak membuat Luiz diam. Ia masih saja memprotes dan mengkritisi manajemen klub. Ia pun sempat mendapat ancaman akan “dipensiunkan” karena komentarnya tersebut.
Pada 5 Juli 2012, enam peluru bersarang di tubuhnya. Sang pembunuh yang mengenakan sepeda motor, melepaskan tujuh tembakan dari samping mobil yang dikendarai Luiz. Ia pun meninggal di tempat.
Ini merupakan kematian kelima jurnalis Brasil pada tahun 2012. Menurut situs Reporter Wihtout Border, polisi telah menetapkan pembunuh Luiz. Ia adalah Mauricio Sampaio, bekas Kepala Manajemen Klub Atletico Goiainense.
Pembunuhan terhadap wartawan tidak sebatas pada kasus kriminal. Dalam sepakbola, kematian Luiz adalah bukti bahwa wartawan adalah sosok menakutkan bagi mereka yang bersalah. Kini, sejumlah wartawan tengah mencoba untuk mengungkap kasus korupsi di FIFA. Bukan tidak mungkin, mereka akan berakhir sama seperti apa yang dialami Udin, Guerin, dan Luiz.
Amerika Latin begitu mudah diasosiasikan dengan gengster yang bertebaran di jalan. Akan sangat mudah bagi seseorang untuk menyewa pembunuh bayaran berharga murah dengan resiko minimal.
Brasil bisa disebut sebagai tanah sepakbola. Di setiap sudut jalan, mudah terlihat aktivitas sepakbola.
Valerio Luiz de Oliveira adalah wartawan senior sebuah radio di Goiana, Goias, Brasil. Pada 2010, klub lokal setempat, Atletico Clube Goiainense melaju ke kasta tertinggi Liga Brasil. Semenjak saat itu pula, Luiz selalu melontarkan kritik pedas terhadap manajemen klub.
Marah dengan komentar tersebut, manajemen klub melarangnya hadir di semua kegiatan klub. Tapi hal ini tidak membuat Luiz diam. Ia masih saja memprotes dan mengkritisi manajemen klub. Ia pun sempat mendapat ancaman akan “dipensiunkan” karena komentarnya tersebut.
Pada 5 Juli 2012, enam peluru bersarang di tubuhnya. Sang pembunuh yang mengenakan sepeda motor, melepaskan tujuh tembakan dari samping mobil yang dikendarai Luiz. Ia pun meninggal di tempat.
Ini merupakan kematian kelima jurnalis Brasil pada tahun 2012. Menurut situs Reporter Wihtout Border, polisi telah menetapkan pembunuh Luiz. Ia adalah Mauricio Sampaio, bekas Kepala Manajemen Klub Atletico Goiainense.
Pembunuhan terhadap wartawan tidak sebatas pada kasus kriminal. Dalam sepakbola, kematian Luiz adalah bukti bahwa wartawan adalah sosok menakutkan bagi mereka yang bersalah. Kini, sejumlah wartawan tengah mencoba untuk mengungkap kasus korupsi di FIFA. Bukan tidak mungkin, mereka akan berakhir sama seperti apa yang dialami Udin, Guerin, dan Luiz.
Quote:
Udin dan Ancaman Kekerasan di Indonesia
Rezim orde baru telah runtuh. Kini, wartawan bebas melenggang untuk mencari berita. Mereka dilindungi oleh UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Meskipun demikian, masih ada pihak yang belum siap. Padahal, ada hukuman bagi mereka yang menghalang-halangi kerja wartawan.
Udin adalah simbol wartawan yang berani mengungkap fakta. Di negeri ini, Udin bukan hanya satu. Masih ada Udin-Udin lain yang menjadi korban karena keserakahan.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) membuat sebuah penghargaan bernama “Udin Awards”. Penghargaan ini diberikan kepada wartawan yang menjadi korban kekerasan saat menjalankan tugas jurnalistiknya. “Udin Awards” pun diselenggarakan agar menyadarkan semua pihak bahwa masih ada ancaman pada profesi wartawan.
Tepat setelah hari ini, kasus tersebut akan dianggap kadaluarsa. Polisi akan selalu mengenangnya sebagai aksi balas dendam, karena masalah perselingkuhan. Tidak demikian dengan AJI. Mereka secara nyata menganggap Udin adalah korban pembunuhan berencana. Ia dibunuh karena berita.
Frasetya Vady Aditya
Tulisan yang telah diedit dan diimprovisasi editor ada di sini: SUMUR
Rezim orde baru telah runtuh. Kini, wartawan bebas melenggang untuk mencari berita. Mereka dilindungi oleh UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers. Meskipun demikian, masih ada pihak yang belum siap. Padahal, ada hukuman bagi mereka yang menghalang-halangi kerja wartawan.
Udin adalah simbol wartawan yang berani mengungkap fakta. Di negeri ini, Udin bukan hanya satu. Masih ada Udin-Udin lain yang menjadi korban karena keserakahan.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) membuat sebuah penghargaan bernama “Udin Awards”. Penghargaan ini diberikan kepada wartawan yang menjadi korban kekerasan saat menjalankan tugas jurnalistiknya. “Udin Awards” pun diselenggarakan agar menyadarkan semua pihak bahwa masih ada ancaman pada profesi wartawan.
Tepat setelah hari ini, kasus tersebut akan dianggap kadaluarsa. Polisi akan selalu mengenangnya sebagai aksi balas dendam, karena masalah perselingkuhan. Tidak demikian dengan AJI. Mereka secara nyata menganggap Udin adalah korban pembunuhan berencana. Ia dibunuh karena berita.
Frasetya Vady Aditya
Tulisan yang telah diedit dan diimprovisasi editor ada di sini: SUMUR
Diubah oleh aditz92 16-08-2014 18:27
0
3.4K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan