- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ternyata Pengemis kaya gan


TS
LadiessMan217
Ternyata Pengemis kaya gan
Quote:
Satpol PP temukan duit Rp 2,1 juta di kantong celana pengemis
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menangkap dua pengemis bernama Abdul Samad (54) dan Madani (56) berasal dari Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Mereka sudah dipulangkan secara paksa oleh Satpol PP ke tempat asalnya.
Kedua pengemis antar pulau tersebut berhasil mengumpulkan uang jutaan rupiah selama berada di Kabupaten Kotim.
Untuk Abdul Samat ditangkap Satpol PP pada Rabu (10/7) tepatnya di depan hotel Borneo Jalan Jenderal Ahmad Yani Sampit dan dipulangkan secara paksa pada Kamis (11/7) dengan menumpang kapal laut.
Dari tangan Abdul Samad Satpol PP berhasil menemukan uang sebesar Rp 2.328.000 dan uang tersebut disimpan dalam kantong celana sebesar Rp 2.100.000, sedangkan sisanya sebesar Rp 238.000 berada dalam tas plastik.
Di hadapan Satpol PP Abdul Samad juga mengaku jika dirinya sebelumnya telah mengirimkan hasil mengemisnya ke keluarganya yang berada di Sumenep sebesar Rp 2,5 juta.
Sedangkan untuk Madani ditangkap Satpol PP pada Jumat (12/7) pukul 15.30 WIB di sekitar Taman Kota Sampit. Dari tangan Madani, Satpol PP berhasil menemukan uang sebesar Rp 1.103.000.
Madani dipulangkan secara paksa dengan menggunakan kapal laut. Biaya kepulangan para pengemis antar pulau tersebut menggunakan uang pengemis itu sendiri.
Menurut Kepala Satpol PP Kabupaten Kotim, Rihel, mereka datang ke Sampit memang dengan sengaja untuk mengemis dan selama berada di Sampit para pengemis tersebut tinggal di penginapan. Kehadiran para pengemis ke Sampit diduga kuat ada yang mengkoordinir.
"Sampai saat ini kami masih belum berhasil mengungkap jaringan pengemis antar pulau tersebut dan kami kehilangan jejak, meski demikian kami akan terus berupaya melacak keberadaan mereka," kata Rihel di Sampit, Rabu (17/7) dikutip antara.
Dalam beberapa hari terakhir mereka tidak terlihat beroperasi, sejak tertangkapnya dua rekan mereka dan sekarang telah dipulangkan ke daerah asalnya, yakni Sumenep, Jawa Timur (Jatim).
Mereka memang dengan sengaja datang dari Sumenep, khusus untuk mengemis di bulan Ramadan dan bahkan mereka ada yang mengkordinir.
"Informasi yang kami terima para pengemis tersebut membayar sebesar Rp 50.000/harinya kepada orang yang mereka sebut bos besar. Nah, bos besarnya itulah yang sekarang sedang kami buru," katanya.
sumber
Quote:
Berpura cacat demi rupiah

Waktu menunjukkan pukul 10.20 Jumat pekan lalu. Suasana menjelang siang di sekitar emperan Jatinegara, Jakarta Timur, tidak begitu ramai. Tidak jauh dari sana, pengemis pria paruh baya berkemeja putih bergaris hitam berjalan dituntun oleh seorang pemuda.
Jalannya tertatih-tatih sambil memegang pundak pemuda berkaos kuning di kolong jembatan. Dua pengemis itu baru saja turun dari dalam Kopaja 506 jurusan Kampung Melayu-Pondok Kopi. Saat meletakkan kaki di emperan kaki lima, pengemis buta itu tiba-tiba saja berjalan normal. Matanya tiba-tiba saja terbuka.
Pulihnya mata tukang minta-minta itu bukanlah mukjizat. Kedua matanya melek lagi setelah melihat puluhan anggota Satuan Polisi Pamong Praja merazia sepanjang Matraman hingga Stasiun Jatinegara. Dua pengemis itu lantas berjalan terburu-buru menaiki Kopaja rute sama.
Berpura cacat juga dilakoni pengemis anak berinisial BR, 12 tahun. Saban sore dia berjalan dari kontrakannya di bilangan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dia membawa tas gemblok berisi celana pendek berukuran besar untuk beroperasi di sekitar Blok M Plaza hingga simpang CSW, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Celana itu digunakan untuk membungkus kakinya setelah ditekuk agar terlihat buntung. "Saya ganti celana di gorong-gorong dekat (masjid) Al-Azhar Kebayoran Baru," kata BR saat berbincang dengan merdeka.com di dekat Blok M Plaza Jumat malam pekan kemarin.
BR bercerita terpaksa menjadi pengemis untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan patungan membayar kontrakan. Dia datang dari Kota Palembang, Sumatera Selatan, karena diajak rekannya menumpang truk ke Jakarta. "Saya tidak punya ayah dan ibu, kakak saya juga nggak tahu ke mana," ujarnya.
Cara mengemis dia dapat dari teman satu kontrakannya. Untuk menyiasati agar seperti orang cacat, kaki kiri dia tekuk ke dalam dan dibungkus celana pendek longgar. BR mengaku enak mengemis lantaran pendapatannya per hari lumayan untuk makan dan sisanya juga ditabung. Paling tidak, dia membawa pulang Rp 50 ribu. "Sisanya saya tabung Rp 500 ribu per bulan," katanya. Dia mengaku menjadi pengemis bukan disuruh dan sistem setoran, menjadi pengemis karena temannya juga demikian.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan Pemerintah provinsi DKI Jakarta mesti menuntaskan maraknya anak diekploitasi oleh keluarga atau orang lain menjadi pengemis. Dia mempercayai pengemis anak di Jakarta bagiandari sindikat. "Ini masuk dalam kategori tindakan pidana," tuturnya.
Quote:
Musim minta saban Ramadan
Ramadan bulan berkah. Semua kalangan bisa meraup rezeki di bulan suci ini, termasuk pengemis musiman dari luar daerah. Kebon Singkong merupakan salah satu basis pengemis musiman di Jakarta. Karena itu, Kebon Singkong dikenal sebagai kampung pengemis.
Andre, 26 tahun, warga Jalan Pertanian, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur bercerita saban menjelang bulan puasa, pengemis asal Indramayu, Jawa Barat, ramai datang menyambangi daerah Kebon Singkong. Mereka bermukim di sana hingga dua pekan setelah hari raya Idul Fitri.
Pengemis musiman ini kebanyakan anak-anak berikut ibu mereka dan orang renta. Mereka biasanya telah tiba di Kebon Singkong seminggu menjelang Ramadan dan mengontrak rumah petak di daerah itu. "Mereka sanggup bayar kontrakan sampai Rp 500 ribu," ujarnya. Harga kontrakan petak dihuni para pengemis di Kebon Singkong berkisar Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.
Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, setidaknya empat ribu pengemis anak saban tahun membanjiri Jakarta. Mereka berasal dari Lampung, Banten, dan Indramayu ini sudah hafal betul tempat-tempat berpotensi menghasilkan uang.
Bahkan, Arist mengklaim rombongan tukang minta-minta ini berani mengontrak satu rumah dengan harga sewa Rp 25 juta tiap bulan. "Karena pendapatan mereka cukup untuk membayar itu," kata Arist saat berbincang melalui sambungan telepon Jumat pekan kemarin.
Setidaknya setiap hari raya keagamaan, seperti Ramadan, ada 25 titik di Jakarta dijadikan lokasi mengemis. Dia memperkirakan bulan puasa kali ini pengemis musiman datang ke ibu kota bakal berjumlah delapan ribu orang. "Itu total keseluruhan antara pengemis anak dan dewasa," katanya.
Quote:
Truk gandeng penghuni Kebon Singkong
Seorang pengemis tua buta berjalan tertatih-tatih meraba peluran semen tidak rata di Jalan Pertanian Utara, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tangannya memegang pundak pemuda pemandu menuju sebuah gang sempit. Lorong ini cuma selebar sebadan, sepeda motor juga tidak bisa lewat. Pemuda itu tersenyum menyapa tetangga di sebuah pojok warung.
Di dalam gang terdapat puluhan kontrakan petak berukuran sekitar 3x3 meter dihuni puluhan pengemis. Ada ratusan petak kontrakan di daerah dikenal dengan sebutan kampung pengemis Kebon Singkong. "Di sini memang orang kenalnya kampung pengemis," kata Andre, 26 tahun, warga Jalan Pertanian, Klender, kepada merdeka.com Rabu dua pekan lalu.
Dulunya sebelum ramai seperti saat ini, daerah itu merupakan hamparan kebun singkong. Lambat laun wilayah ini menjadi padat dan kumuh lantaran kebanjiran pendatang. Bahkan pada 1990, komplotan perampok asal surabaya membuat daerah ini dikenal sebagai wilayah rawan.
"Kampung ini juga disebut kampung jablay karena PSK (Pekerja Seks Komersil) biasa mangkal di seputaran Perumpung dan Jatinegara mengontrak di sini," ujar Andre. Meski sudah sedikit aman dari tindak kejahatan, masih ada komplotan copet menetap di Kebon Singkong.
Kumuh, bau tidak sedap, merupakan makanan setiap hari bagi warga tinggal di Kebon Singkong. Memasuki Ramadan, kata Andre, pengemis musiman datang ke daerah ini bisa mencapai ratusan. Mereka tiba menggunakan mobil dan kebanyakan asal Indramayu, Jawa Barat. Mirisnya, orang cacat menjadi aset penghasil uang.
Paling tidak, pengemis buta bisa memperoleh Rp 200 ribu saban hari. Orang buta di kalangan pengemis disebut truk, mampu menghasilkan uang banyak per hari. "Sebutannya truk gandeng karena kalau buta jalannya berdua," tuturnya.
Seorang ibu bernama Yani bercerita tiap sore pengemis anak biasanya keluar dari dalam gang. Sang ibu menunggu di pingir pertokoan memantau mereka bekerja memelas, meminta kasihan pengguna jalan.
Pernyataan itu bukanlah isapan jempol. SEkitar pukul lima sore Rabu dua pekan lalu, lima bocah keluar dari dalam gang menuju sebuah simpang jalan dekat Mal Citra. Dulu dikenal pusat belanja Yogya. Kerusuhan Mei 1998 menghanguskan pertokoan itu, 400 orang diperkirakan hangus terbakar di dalam. Setelah beroperasi lagi berganti nama menjadi Mal Citra.
Tidak jauh dari sana, di Jalan Pertanian menuju SMA Negeri 12, dua pengemis bocah perempuan dan lelaki berusia sekitar sepuluh tahun sedang menunggu Kopaja berhenti menurunkan penumpang. "Biasanya duduk di situ, dia tunggu anaknya," kata Yani sambil menunjuk ke arah sebuah toko tertutup.
Paling tidak, kata Yani, hingga pukul tujuh malam, bocah dijadikan mesin uang itu mendapatkan Rp 30 ribu-Rp 50 ribu per hari. Namun saat hendak diajak berbincang, salah satu pengemis cilik ini berlari menjauh. "Dia sudah diajarkan kalau tertangkap jangan buka suara."

Seorang pengemis tua buta berjalan tertatih-tatih meraba peluran semen tidak rata di Jalan Pertanian Utara, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tangannya memegang pundak pemuda pemandu menuju sebuah gang sempit. Lorong ini cuma selebar sebadan, sepeda motor juga tidak bisa lewat. Pemuda itu tersenyum menyapa tetangga di sebuah pojok warung.
Di dalam gang terdapat puluhan kontrakan petak berukuran sekitar 3x3 meter dihuni puluhan pengemis. Ada ratusan petak kontrakan di daerah dikenal dengan sebutan kampung pengemis Kebon Singkong. "Di sini memang orang kenalnya kampung pengemis," kata Andre, 26 tahun, warga Jalan Pertanian, Klender, kepada merdeka.com Rabu dua pekan lalu.
Dulunya sebelum ramai seperti saat ini, daerah itu merupakan hamparan kebun singkong. Lambat laun wilayah ini menjadi padat dan kumuh lantaran kebanjiran pendatang. Bahkan pada 1990, komplotan perampok asal surabaya membuat daerah ini dikenal sebagai wilayah rawan.
"Kampung ini juga disebut kampung jablay karena PSK (Pekerja Seks Komersil) biasa mangkal di seputaran Perumpung dan Jatinegara mengontrak di sini," ujar Andre. Meski sudah sedikit aman dari tindak kejahatan, masih ada komplotan copet menetap di Kebon Singkong.
Kumuh, bau tidak sedap, merupakan makanan setiap hari bagi warga tinggal di Kebon Singkong. Memasuki Ramadan, kata Andre, pengemis musiman datang ke daerah ini bisa mencapai ratusan. Mereka tiba menggunakan mobil dan kebanyakan asal Indramayu, Jawa Barat. Mirisnya, orang cacat menjadi aset penghasil uang.
Paling tidak, pengemis buta bisa memperoleh Rp 200 ribu saban hari. Orang buta di kalangan pengemis disebut truk, mampu menghasilkan uang banyak per hari. "Sebutannya truk gandeng karena kalau buta jalannya berdua," tuturnya.
Seorang ibu bernama Yani bercerita tiap sore pengemis anak biasanya keluar dari dalam gang. Sang ibu menunggu di pingir pertokoan memantau mereka bekerja memelas, meminta kasihan pengguna jalan.
Pernyataan itu bukanlah isapan jempol. SEkitar pukul lima sore Rabu dua pekan lalu, lima bocah keluar dari dalam gang menuju sebuah simpang jalan dekat Mal Citra. Dulu dikenal pusat belanja Yogya. Kerusuhan Mei 1998 menghanguskan pertokoan itu, 400 orang diperkirakan hangus terbakar di dalam. Setelah beroperasi lagi berganti nama menjadi Mal Citra.
Tidak jauh dari sana, di Jalan Pertanian menuju SMA Negeri 12, dua pengemis bocah perempuan dan lelaki berusia sekitar sepuluh tahun sedang menunggu Kopaja berhenti menurunkan penumpang. "Biasanya duduk di situ, dia tunggu anaknya," kata Yani sambil menunjuk ke arah sebuah toko tertutup.
Paling tidak, kata Yani, hingga pukul tujuh malam, bocah dijadikan mesin uang itu mendapatkan Rp 30 ribu-Rp 50 ribu per hari. Namun saat hendak diajak berbincang, salah satu pengemis cilik ini berlari menjauh. "Dia sudah diajarkan kalau tertangkap jangan buka suara."

0
4.4K
Kutip
26
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan