Kaskus

Entertainment

firststrangerAvatar border
TS
firststranger
Adu Bagong, dog fighting ala Indonesia
Pada beberapa masyarakat peladang yang berada di daerah-daerah pegunungan Jawa Barat, seperti: Ciamis, Garut, Tasikmalaya dan Sumedang ada suatu permainan yang disebut sebagai ngadu bagong. Bahkan, di Kabupaten dan Kota Bandung sendiri ada permainan itu. Di Kabupaten Bandung berada di salah satu daerah Pegunungan Manglayang, tepatnya di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, di Kecamatan Ujungberung, tepatnya di dekat pasar Ujungberung dan di daerah Dayeuh Kolot, dekat Sekolah Tinggi Telekomunikasi (STT). Ngadu bagong adalah suatu istilah dalam bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat peladang untuk menamakan suatu permainan. Istilah ini berasal dari dua kata, yaitu “ngadu” dan “bagong”. “Ngadu” berasal dari kata dasar “adu” yang mengalami proses nasalisasi menjadi “ngadu”. Artinya, “memperlagakan” atau “mempertarungkan” (Priarna, dkk; 1993: 16). Sedangkan, kata “bagong” dalam bahasa Sunda berarti babi hutan (Sus verrucosus). Namun demikian, ngadu bagong bukan berarti mempertarungkan atau memperlagakan antarbabi (babi hutan melawan babi hutan), melainkan pertarungan mati-hidup antara seekor babi hutan dan sepasang anjing atau sekawanan anjing yang ganas, kuat, dan beringas (Suryadi dan Mahendra Prasatria, 2003). Dilihat dari sudut folklor1), ngadu bagong dapat dikategorikan sebagai permainan rakyat2).
Munculnya ngadu bagong, menurut Sobardi, sekitar tahun 60-an. Ketika itu tanaman yang diusahakan oleh para peladang seringkali diganggu oleh babi hutan. Letak perladangan yang berada di daerah pegunungan yang merupakan habibat kawanan babi hutan itu pada gilirannya membuat kawanan babi hutan tersebut dapat leluasa mengganggu dan atau merusak tanaman ladang, seperti: jagung, singkong, kacang-kacangan, dan tanaman palawija lainnya. Apalagi, kawanan babi hutan hidup secara berkelompok yang jumlahnya sekitar 10 sampai 20 ekor (Sobardi, 2004).

Menyadari hal itu maka peladang mengembangkan teknik-teknik tertentu untuk menghalau kawanan babi hutan, sehingga tanaman ladang mereka menjadi aman. Teknik-teknik itu antara lain: menaruh karbit atau minyak wangi di setiap sudut ladang agar babi hutan tidak berani masuk; membuat lubang di sekitar ladang pada jalur-jalur yang sering dilalui babi hutan; memasang perangkap yang berbentuk kujut yang terbuat dari kawat besi; dan menggunakan anjing untuk menjaga ladang. Di antara berbagai macam teknik itu yang sering dilakukan oleh para peladang adalah teknik yang terakhir (menggunakan anjing). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika setiap peladang mempunyai anjing. Anjing yang indera penglihatan, pendengaran, dan penciumannya lebih tajam ketimbang manusia dan sangat setia kepada majikannya (pemiliknya) ini memang sangat dibutuhkan oleh peladang. Bukan hanya untuk menjaga tamanan ladang dari serangan babi hutan, khususnya menjelang panen, tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah untuk melindungi peladang itu sendiri dari berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan, misalnya binatang buas dan bahkan orang yang berniat jahat. Dengan kelebihan inderanya yang tajam itu, ia akan lebih dahulu mengetahui berbagai “ancaman”, baik terhadap ladang dan atau pemiliknya, ketimbang peladang itu sendiri. Ancaman terbesar, terutama yang berkenaan dengan tanaman-ladang, adalah bagong. Jika ini terjadi, maka anjing itulah yang akan menghadapinya. Namun, karena ukuran tubuh bagong yang lebih besar dan jumlahnya banyak, maka anjing-anjing menjadi takut dan sering kewalahan jika harus berhadapan dengan binatang tersebut. Keadaan ini membuat para peladang merasa perlu untuk melatih anjing-anjing mereka agar berani untuk menghadapinya. Caranya adalah dengan menangkap bagong dengan peralatan khusus seperti jaring yang terbuat dari kawat, membuat lubang, dan porog (Budi, Triono; 2004). Dengan cara yang demikian, bagong dapat tertangkap hidup, sehingga dapat dijadikan sebagai sasaran anjing dalam pelatihan. Namun, lama-kelamaan pelatihan yang pada mulanya bertujuan untuk membuat anjing agar dapat mengalahkan atau menghalau babi yang akan merusak tanaman-ladang, dewasa ini telah menjadi sebuah tontonan yang unik dan menarik. Latih-tarung antara bagong dan anjing tidak lagi dilakukan sederhana atau apa adanya sebagaimana di masa lalu. Kini pertarungan itu telah di tempatkan pada sebuah arena yang terbuat dari bambu yang berbentuk persegi empat atau lingkaran dengan luas sekitar empat belas meter persegi dan tinggi sekitar empat meter. Kegiatan yang kemudian disebut sebagai “ngadu bagong” itu akhirnya dianggap menjadi acara berkala dan pengisi waktu senggang, baik hari libur biasa maupun hari libur yang berkenan dengan hari besar tertentu (Suryadi, Prasatria; 2003). Biasanya acara itu dimulai sekitar pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB, atau bergantung pada jumlah anjing dan bagong yang dipertandingkan.

2. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permaian Ngadu Bagong
Ngadu bagong adalah salah jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu tidak hanya pemilik arena dan pemilik anjing aduan semata, tetapi juga pemburu bagong, perangkat desa dan lain sebagainya. Berikut ini adalah peranan pihak-pihak yang terlibat dalam permainan itu.

a. Pemilik Arena
Pemilik arena dalam suatu permainan ngadu bagong berperan menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan terselenggaranya permainan itu secara tertib, lancar, dan aman. Untuk itu, ia harus menyediakan bagong dan orang-orang yang ditugasi untuk keamanan dan keteraturan permainan, serta menyediakan dokter hewan untuk mengobati anjing yang terluka. Konsekwensinya adalah ia akan memperoleh keuntungan finansial dari berbagai pihak, baik pemilik anjing maupun penonton, karena untuk mengikuti permainan itu pemilik anjing dan penonton mesti membayarnya.

b. Pemilik Anjing
Para pemilik anjing dalam suatu permainan ngadu bagong berperan sebagai peserta. Untuk dapat melakukan peranannya dengan baik, maka mereka akan mempertarungkan anjing aduannya melawan bagong. Seperti telah dikatakan di atas, tujuan dari permainan ini bagi pemilik anjing sebenarnya adalah untuk melatih anjing dan sebagai sarana hiburan pelepas rutinitas. Namun, seiring dengan berkembangnya permainan yang mengarah ke permainan untuk bertanding (games), dengan menggunakan anjing-anjing ras yang harganya relatif mahal dan uang yang jumlahnya relatif besar untuk dapat satu kali bermain, tentunya tujuan dari pemilik anjing pun juga berubah. Tujuan dari pemilik anjing salah satu diantaranya adalah untuk mempromosikan dan sekaligus untuk meningkatkan harga jual anjing, walaupun resiko yang harus ditanggung cukup besar karena jika anjing aduannya mati dalam pertarungan pemilik tidak dapat meminta ganti rugi pada panitia permainan.

c. Pemburu Bagong
Para pemburu bagong dalam ngadu bagong berperan sebagai pemasok bagong. Untuk dapat melakukan peranannya dengan baik, maka para pemburu mesti melakukan pemburuan agar ngadu bagong dapat terlaksana. Berburu, ada yang menjadikannya sebagai pelampias kekesalan karena bagong merupakan hama, ada yang menjadikannya sebagai matapencaharian, dan ada pula yang menjadikannya sebagai hobi. Dalam konteks ini adalah mereka yang menjadikannya sebagai matapencaharian dan hobi. Dari merekalah pemilik arena memperoleh bagong, khususnya dari para pemburu profesional. Memang ada semacam kerja sama antara pemburu amatiran (hobi) dan pemilik arena, sebagaimana telah disinggung juga dalam bagian atas, namun demikian tidak semua pemilik arena melakukan hal yang demikian. Lagi pula, tidak ada jaminan tentang tersedianya bagong. Artinya, untung-untungan. Sehubungan dengan itu, sesungguhnya para pemilik arena lebih menggantungkan bagong dari pemburu profesional ketimbang pemburu amatiran. Tentunya bagong tidak diperoleh secara gratis, tetapi harus diganti dengan sejumlah uang.

d. Tukang Parkir
Tukang parkir dalam ngadu bagong berperan sebagai penertib arus lalu lintas dan sekaligus tempat parkir serta keamanannya. Untuk itu, ia mesti mengatur keluar-masuknya kendaraan, baik roda dua maupun roda empat; menempatkan parkir kendaraan-kendaraan tersebut, dan sekaligus menjaganya agar tidak terjadi pencurian, baik barang-barang yang ada di motor, mobil, maupun motor dan atau mobilnya itu sendiri. Ongkos yang dibayar oleh pemarkir bergantung kendaraan yang dibawanya. Jika roda dua, maka ongkos parkirnya adalah Rp1.000,00, namun jika yang diparkirnya adalah roda empat, maka ongkos yang harus dibayar adalah Rp2.000,00. Jumlah tukang parkir dalam setiap arena tidak sama. Namun, yang jelas dua atau lebih.

e. Penjual Karcis
Para penjual karcis dalam ngadu bagong berperan sebagai penarik uang dari pengunjung atau penonton yang ingin menyaksikan permainan. Mereka biasanya adalah perempuan. Jumlahnya satu sampai dua orang. Mereka ada di dalam ruangan tertutup yang bentuknya menyerupai loket-loket karcis/tiket di terminal-terminal bis atau kereta api. Bedanya, di kebanyakan arena ngadu bagong bangunan loket karcis terbuat dari bambu.

f. Perangkat Desa
Perangkat desa yang ikut berperan dalam penyelenggaraan ngadu bagong adalah Hansip (Pertahanan Sipil). Para Hansip ini dalam ngadu bagong berperan sebagai petugas keamanan, khususnya keamanan di sekitar arena ngadu bagong. Untuk itu, pihak desa biasanya mengerahkan dua sampai empat orang Hansip yang bayarannya diserahkan pada pemilik arena.

g. Dokter Hewan
Dokter hewan dalam ngadu bagong berperan sebagai pengobat terhadap anjing aduan yang terluka. Oleh karena itu, kehadirannya menjadi penting. Namun demikian, tidak semua arena menyediakan dokter hewan, kecuali arena Jodam di Ujungberung. Walaupun di sana pemilik arena menyediakannya, namun dokter tersebut jarang sekali dimanfaatkan oleh pemilik anjing aduan, karena biayanya relatif mahal.

h. Pengatur Pancuh
Pancuh adalah tonggak kayu khusus setinggi satu meter yang disediakan oleh penyelenggara untuk menambatkan anjing. Mengingat jumlah pancuh dalam sebuah arena biasanya terbatas dan hanya merupakan bagian kecil dari arena secara keseluruhan, maka penggunaannya mesti diatur. Dan, pengatur pancuh dalam ngadu bagong bertugas membantu dan sekaligus mengatur pemakaian pancuh. Jika pancuh yang tersedia semuanya telah terisi oleh anjing aduan, maka pengatur pancuh memberitahukan kepada panitia lain (komentator). Selanjutnya, komentator menginformasikan (melalui pengeras suara) kepada para pemilik anjing aduan agar menambatkan anjingnya di mana saja karena pancuh telah penuh. Dan, biasanya para pemilik anjing aduan akan menambatkan anjing aduannya di tempat-tempat yang memungkinkan dan aman (tidak mengganggu pengunjung), seperti pepohonan dan pagar.

Sesungguhnya peranan pengatur pancuh bisa sangat berarti dan bisa juga tidak terlalu penting. Hal itu bergantung banyak dan sedikitnya pemilik anjing aduan yang datang ke suatu arena. Jika yang datang kurang dari jumlah pancuh yang disediakan oleh pemilik arena, maka pengatur pancuh tidak begitu berperan, karena setiap pemilik anjing dapat menambatkan anjingnya pada pancuh mana saja.

i. Pemimpin Permainan (Wasit)
Ngadu bagong adalah suatu permainan yang membutuhkan pemimpin jalannya permainan, yaitu wasit. Tugas seorang wasit adalah mengatur anjing yang akan dipertarungkan dengan bagong, memberi aba-aba penyerangan, menetapkan ronde pertarungan, menetapkan kapan anjing harus dipisahkan, dan kapan harus keluar dari arena. Di dalam melaksanakan tugasnya ia dibantu oleh beberapa orang pemisah pertarungan (pemegang anjing, pemegang bagong, pencongkel gigi anjing, dan pengganjal gigi bagong), terutama ketika anjing berhasil menggigit bagong.

j. Komentator Permainan
Komentator permainan mulai ada sekitar tahun 2000-an untuk menggantikan kendang penca yang diputar dengan tape recorder. Tujuan dari komentator adalah untuk menyemarakkan jalannya permainan. Komentator dalam permainan ngadu bagong berperan menginformasikan kepada penonton dan pemilik anjing tentang jalannya pertarungan antara anjing dan bagong menggunakan pengeras suara. Kepada para pemilik anjing misalnya, ia memberitahukan agar para pemilik mesti mendaftarkan dulu anjingnya sebelum dipertarungkan. Kemudian, ketika anjing bertarung ia mengomentari sepak terjangnya, memberikan semangat agar anjing lebih gigih dalam menyerang bagong. Malahan, terkadang mencemooh anjing yang takut berhadapan dengan bagong. Tujuan dari si komentator adalah agar pemilik anjing terpancing untuk mempertarungkan anjingnya lebih dari satu kali. Anjing yang mendapat pujian dari komentator biasanya juga akan mendapat sorakan dari penonton, dan hal ini membuat pemiliknya merasa puas dan tidak jarang untuk mempertarungkan anjing tersebut lebih dari satu kali dalam satu penyelenggaraan ngadu bagong. Sementara itu, anjing yang takut melawan bagong dan mendapat cemoohan dari komentator yang diikuti pula oleh penonton, akan membuat si pemilik menjadi malu dan jika masih membawa anjing aduan yang lain akan menurunkan anjing tersebut untuk menggantikan anjing pertama yang takut terhadap bagong. Jika seruan-seruan dari komentator tadi berhasil mempengaruhi pemilik anjing untuk mempertarungkan anjing aduannya lebih dari satu kali, berarti ia sangat membantu pemilik arena dalam segi pendapatan. Komentator juga seringkali membantu wasit dan petugas-petugas yang ada di dalam arena. Misalnya, memberi tahu wasit agar jangan membiarkan anjing bertarung terlalu lama, dan memberitahukan petugas yang ada di dalam arena agar berhati-hati di dalam menjalankan tugasnya.

k. Pengatur Urutan Anjing
Peran pengatur urutan anjing dalam ngadu bagong adalah memperlancar jalannya permainan ngadu bagong itu sendiri. Untuk itu, ia mendaftar anjing yang akan dipertarungkan dan sekaligus menentukan urutannya dengan cara sistem kocok. Dengan cara seperti itu, semua pemilik anjing mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pemula. Jadi, bukan berdasarkan siapa yang datang duluan dan siapa pemiliknya. Semuanya diperlakukan sama.

l. Pengatur Jalannya Permainan di Dalam Arena
Sesuai dengan julukannya, peran para petugas ini adalah mengatur jalannya permainan di dalam arena. Petugas di dalam arena jumlahnya antara 3 sampai dengan 6 orang. Mereka mempunyai tugas tersendiri, yaitu: satu orang sebagai pemegang tubuh bagong; satu orang sebagai pemegang tubuh anjing; satu orang berusaha melepaskan gigitan anjing dengan menggunakan kayu pencongkel; satu orang berusaha mengganjal gigi bagong dengan kayu pencongkel; dan satu orang lagi mengguyur air ke muka anjing dan tubuh bagong. Selain para petugas, kadang-kadang para pemilik anjing atau orang yang ditugasi pemilik untuk mengurusi anjing-anjingnya ikut masuk ke dalam arena untuk memberi semangat kepada anjingnya dan juga ikut serta memisahkan ketika si anjing telah berhasil menggigit salah satu bagian tubuh bagong.

Sebagai catatan, setiap orang yang termasuk dalam panitia, kecuali dokter hewan dan pemegang bagong, walaupun masing-masing mempunyai tugas tersendiri, adakalanya merangkap atau berpindah-pindah atas instruksi pemilik arena atau arahan panitia yang lain. Misalnya, penjual karcis, jika diperlukan, dapat merangkap sebagai penjaga pintu masuk arena, mencatat nomor urut anjing yang dipertarungkan, atau dapat juga masuk ke dalam arena membantu melepaskan bagong dari gigitan anjing.

lanjut bawah gan
0
6.9K
36
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan