- Beranda
- Komunitas
- News
- Entrepreneur Corner
Rusdi Berhasil Ubah Modal Rp 50 Ribu Jadi Bisnis Beromzet Rp 250 Juta per Bulan


TS
eCiputra
Rusdi Berhasil Ubah Modal Rp 50 Ribu Jadi Bisnis Beromzet Rp 250 Juta per Bulan

Di tangan seorang yang kreatif, uang Rp 50 ribu bisa jadi menjadi
modal penting untuk mengembangkan bisnis dengan omzet ribuan kali dari
modal awal. Rusdi Raisa (27) adalah salah satu orang yang memulai bisnis
dengan modal cekak, hanya Rp 50 ribu ketika membangun brand D’Russa,
namun kini omzet bisnisnya hingga Rp 250 juta/bulan.
Pria asal Garut ini memulai bisnis pada 2006 ketika duduk di tingkat
awal kuliah di Universitas Islam Bandung. Ia berpikir untuk mencari uang
tambahan sebagai uang jajan di kampus. Kemudian terbetiklah usaha
aksesori dari kulit. Alasannya sederhana, karena dia memang penggemar
aksesori dari kulit.
"Waktu itu modal awal saya Rp 50 ribu. Saya beli limbah kulit 2 kg
seharga Rp 20 ribu. Sisanya yang Rp 30 ribu saya pergunakan untuk
membeli lem dan perlengkapan produksi lainnya," kenang Rusdi seperti
dikutip dari myoyeah, Jumat (6/6/2014).
Kulit yang dibeli adalah kulit limbah dengan potongan kecil, maka
Rusdi harus memutar otak agar kulit tersebut tetap bisa dijadikan
kerajinan dengan jumlah yang banyak. Akhirnya dia memutuskan membuat
tempat ponsel. Dari 2 kg limbah kulit tersebut, dia berhasil membuat 70
tempat ponsel.
Bermodal keterampilan yang dia dapat dari teman-temannya para
pengrajin kulit, dia membuat tempat ponsel yang unik dan tidak ada di
pasaran yaitu membuat tempat ponsel dengan jahitan kulit, bukan jahitan
benang.
Ketika dibawa ke kampus, ternyata banyak teman-temannya yang menyukai
produk buatan tangan Rusdi. Rusdi menjual per buah tempat ponsel
tersebut seharga Rp 50 ribu. Hebatnya semua barang dagangannya laku.
"Produk buatan saya memang handmade dan ada nilai seninya. Itu yang membuat mahal," kata Rusdi.
Dari
modal Rp 50 ribu tersebut dia mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 2
juta. Dari situ Rusdi mengembangkan usahanya ke produk yang lebih mahal
untuk mencari keuntungan lebih besar. Dia kemudian mengganti produksi
tempat ponsel menjadi jaket kulit dengan harga jual Rp 650 ribu per
jaket.
Usahanya makin bertumbuh dengan usaha jaket ini. Suatu hari di tengah
produksi jaket, ada seorang pemesan yang ingin membuat tas di
tempatnya.
Setelah pesanan pertama tersebut, ternyata banyak orang menyukai
model tas D’Russa karya tangannya. Pesanan tas pun mengalir mengalahkan
produksi jaket. Sejak 2009 Rusdi memutuskan untuk fokus pada produksi
tas. Ia bisa lebih banyak mengeksplorasi model tas dibanding dengan
model jaket.
Nama D’Russa merupakan kependekan dari namanya sendiri yaitu Rusdi
Raisa. Kata awal nama depannya dan kata akhir nama belakangnya jika
digabung menjadi Russa. Agar terlihat keren ditambah D’ di depannya.
Dari situlah nama D’Russa kemudian menjadi brand yang berhasil
dikembangkan oleh Rusdi.
Saat ini Rusdi memiliki 23 karyawan dan separuhnya (12 orang) adalah
tenaga produksi. Dengan jumlah karyawan tersebut Rusdi bisa memproduksi
sekitar 250 tas, 500 dompet dan 50 sepatu dalam sebulan.
Produk tas dijual dengan kisaran harga Rp 650 ribu-Rp 4 juta, sepatu
Rp 650 ribu-Rp 2,5 juta dan dompet Rp 250 ribu-Rp 650 ribu. Setiap
bulannya Rusdi bisa meraup omzet kurang lebih Rp 250 juta.
Apa yang diraih Rusdi adalah sebuah proses panjang dari usaha yang
dibangun dengan modal sangat terbatas. Tentu tak hanya berisi kisah
manis ketika membangunnya.
Rusdi mengaku belajar banyak dari setiap
kesalahan sehingga dia bisa membesarkan usahanya seperti sekarang. Saat
ini D’Russa sudah memiliki 1 toko-kantor di Bandung, dua buah toko di
Jakarta dan sebuah bengkel di Garut.
“Mimpi saya nanti bisa membuka toko di Bali dan kemudian Australia," kata Rusdi.
Salah satu cerita pahit untuk mencapai titik ini adalah bagaimana
mengukur kemampuan diri. Pernah Rusdi mendapat order pembuatan tas dari
sebuah bank daerah. Dia pun langsung menyanggupi, meski waktu itu jumlah
pesanan cukup banyak dan waktu terbatas.
Ternyata waktu yang ditentukan tidak mencukupi untuk menyelesaikan
jumlah pesanan tersebut. Akhirnya produksi D’Russa tidak lolos kontrol
kualitas dan pihak bank hanya mau membayar 30% dari jumlah yang
seharusnya dibayar.
“Waktu itu saya rugi lumayan besar dan harus jual motor untuk menutupi ongkos produksi,” kata Rusdi.
Dari kasus tersebut Rusdi lebih berhati-hati dalam menyanggupi
pesanan konsumen. Bila memang dia tidak mampu mengerjakan pesanan
tersebut maka dia akan menolaknya. Salah satu proyek yang ditolak oleh
Rusdi adalah pesanan 22 ribu tas dari Jepang, meskipun jumlahnya
menggiurkan. Dia berpikir bengkel produksinya yang semua dilakukan
secara handmade tak akan mampu menyelesaikan pesanan tersebut dalam
waktu yang ditentukan.
Dari pengalaman pahit tersebut Rusdi sekarang menjalankan usahnya
dengan lebih tenang. Tak mau memaksakan diri meskipun laba yang bakal
didapat terlihat menggiurkan. Semua harus kembali kepada kemampuan
perusahaan dan staf yang mendukungnya.
Dari interaksi dengan pelanggan juga Rusdi terus meningkatkan
layanan. Salah satunya tentu saja perbaikan kualitas produk. Dengan
produk yang semakin baik, D’Russa berani memberikan garansi dengan
rentang masa 1-5 tahun.
sumber
Spoiler for Citragran Makin Jadi Pilihan Konsumen:
Diubah oleh eCiputra 08-07-2014 14:23
0
3.6K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan