- Beranda
- Komunitas
- Pilih Capres & Caleg
Sebaiknya Prabowo Jadi Ketua KPK


TS
uranus99
Sebaiknya Prabowo Jadi Ketua KPK
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --
Peneliti dan pengamat politik asal
Indonesia yang kini bermukim di
Amerika Serikat, Made Tony
Supriatma mengemukakan informasi
yang menarik tentang situasi pasca
Pemilu Prwsiden (Pilpres) 2014 di
Indonesia.
Salah satunya adalah adanya seoran
tokoh asing yang tertarik kepada
Prabowo Subianto dan mengusulkan
agar Prabowo dijadikan ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). "Kalau
Saudara aktif mengikuti apa yang
ditulis oleh orang luar tentang
Indonesia, Saudara pasti pernah kenal
dengan nama Stanley Weiss. Dia
berkebangsaan Amerika Serikat dan
adalah eksekutif sebuah perusahaan
tambang," kata pengamat politik
militer ini tentang Stanley Weiss yang
kemudian diunggah dalam akun
facebooknya.
Selain menjadi seorang eksekutif di
perusahaan tambang, Wiess, menurut
Made juga pendiri Business
Executives for National Security. Ini
adalah kumpulan eksekutif perusahan
tambang, industri kimia, dan
perminyakan yang menaruh perhatian
pada keamanan nasional (Amerika,
tentu saja!).
Weiss, sambung Made, sering ke
Indonesia. Sekalipun dia adalah CEO
sebuah perusahan dan pemimpin
sebuah think-tank di Washington DC,
dia menghabiskan banyak waktu di
luar negeri. Stanley Weiss juga aktif
menulis. Buah penanya tersebar mulai
dari koran seperti Washington Post
dan New York Times dan akhir-akhir
ini kerap muncul di media online The
Huffington Post.
"Tidak diragukan. Weiss lebih suka
Indonesia dipimpin oleh Prabowo. Ini
tampak dari tulisan-tulisannya dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dia
pernah menulis tentang Walikota
Surabaya, Risma yang menurutnya
cocok menjadi wakil presidennya
Prabowo," kata alumnus Univeraitas
Gajah Mada Yogakarta dan
Univeristas Cornell New York ini.
Dia, sambung Made, juga menulis
bahwa Prabowo bisa menjadi Lee Kuan
Yew-nya Indonesia. Dia menaruh
harapan tinggi terhadap kepemimpinan
Prabowo atas Indonesia, yang
dianggapnya akan membersihkan
Indonesia dari korupsi.
"Selebihnya, argumennya hampir sama
dengan pendukung Prabowo yang lain.
Hanya saja argumen itu disampaikan
dengan bahasa yang lebih canggih,
khas bahasa think-tank, yang penuh
dengan policy prescriptions (resep-
resep kebijakan-red)," tambahnya.
Namun Made juga memberikan
keterangan bahwa Weiss juga
seorang "pemain" di Washington yang
tidak perlu diragukan. Dia, memiliki
jaringan para pelobi di ibukota AS itu.
"Singkatnya, dia memiliki pengaruh di
kota yang penuh intrik politik ini,"
tulisnya.
Di Indonesia Weiss juga mengenal adik
Prabowo, Hashim Djojohadikusumo
dengan baik. Mereka berdua berbisnis
dalam usaha pertambangan dan
energi. "Saya tidak tahu apakah Tuan
Weiss punya kaitan dengan usaha
lobbying yang dilakukan Hashim pada
tahun 2013. Seperti diketahui,
Hashim mengeluarkan 660 ribu dolar
untuk menyewa lobbyist guna
mengamankan kepentingannya di
Washington," lanjut Made seraya
menyebutkan "Membeli Pengaruh di
Washington" yang dimuat di
IndoProgress Online sebagai rujukan.
Namun menurut Made ada yang
menarik dari dua tulisan terakhir
Weiss di Huffington Post. Tulisan
Weiss itu memberikan saran kepada
Jokowi seraya menarik perbandingan
dengan Presiden Obama. Weiss
memberikan enam poin khas orang
think-tank yang harus dikerjakan.
Keenamnya ialah agar Jokowi menjadi
dirinya sendiri; memilih para
pembantunya yang berasal dari
kalangan pintar (teknokrat); mampu
mengelola ekspektasi karena tidak
semua yang diteriakkan dalam
kampanye bisa terealisasi; membikin
koalisinya tetap bersatu dan
bergairah; merangkul oposisi, dan
tidak takut ambil peranan yang lebih
besar di panggung internasional.
"Namun, hal yang paling kontroversial
adalah Weiss mengusulkan agar
Jokowi menjadikan Prabowo sebagai
Ketua KPK," ujar Made. (Willy
Pramudya)
Peneliti dan pengamat politik asal
Indonesia yang kini bermukim di
Amerika Serikat, Made Tony
Supriatma mengemukakan informasi
yang menarik tentang situasi pasca
Pemilu Prwsiden (Pilpres) 2014 di
Indonesia.
Salah satunya adalah adanya seoran
tokoh asing yang tertarik kepada
Prabowo Subianto dan mengusulkan
agar Prabowo dijadikan ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). "Kalau
Saudara aktif mengikuti apa yang
ditulis oleh orang luar tentang
Indonesia, Saudara pasti pernah kenal
dengan nama Stanley Weiss. Dia
berkebangsaan Amerika Serikat dan
adalah eksekutif sebuah perusahaan
tambang," kata pengamat politik
militer ini tentang Stanley Weiss yang
kemudian diunggah dalam akun
facebooknya.
Selain menjadi seorang eksekutif di
perusahaan tambang, Wiess, menurut
Made juga pendiri Business
Executives for National Security. Ini
adalah kumpulan eksekutif perusahan
tambang, industri kimia, dan
perminyakan yang menaruh perhatian
pada keamanan nasional (Amerika,
tentu saja!).
Weiss, sambung Made, sering ke
Indonesia. Sekalipun dia adalah CEO
sebuah perusahan dan pemimpin
sebuah think-tank di Washington DC,
dia menghabiskan banyak waktu di
luar negeri. Stanley Weiss juga aktif
menulis. Buah penanya tersebar mulai
dari koran seperti Washington Post
dan New York Times dan akhir-akhir
ini kerap muncul di media online The
Huffington Post.
"Tidak diragukan. Weiss lebih suka
Indonesia dipimpin oleh Prabowo. Ini
tampak dari tulisan-tulisannya dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dia
pernah menulis tentang Walikota
Surabaya, Risma yang menurutnya
cocok menjadi wakil presidennya
Prabowo," kata alumnus Univeraitas
Gajah Mada Yogakarta dan
Univeristas Cornell New York ini.
Dia, sambung Made, juga menulis
bahwa Prabowo bisa menjadi Lee Kuan
Yew-nya Indonesia. Dia menaruh
harapan tinggi terhadap kepemimpinan
Prabowo atas Indonesia, yang
dianggapnya akan membersihkan
Indonesia dari korupsi.
"Selebihnya, argumennya hampir sama
dengan pendukung Prabowo yang lain.
Hanya saja argumen itu disampaikan
dengan bahasa yang lebih canggih,
khas bahasa think-tank, yang penuh
dengan policy prescriptions (resep-
resep kebijakan-red)," tambahnya.
Namun Made juga memberikan
keterangan bahwa Weiss juga
seorang "pemain" di Washington yang
tidak perlu diragukan. Dia, memiliki
jaringan para pelobi di ibukota AS itu.
"Singkatnya, dia memiliki pengaruh di
kota yang penuh intrik politik ini,"
tulisnya.
Di Indonesia Weiss juga mengenal adik
Prabowo, Hashim Djojohadikusumo
dengan baik. Mereka berdua berbisnis
dalam usaha pertambangan dan
energi. "Saya tidak tahu apakah Tuan
Weiss punya kaitan dengan usaha
lobbying yang dilakukan Hashim pada
tahun 2013. Seperti diketahui,
Hashim mengeluarkan 660 ribu dolar
untuk menyewa lobbyist guna
mengamankan kepentingannya di
Washington," lanjut Made seraya
menyebutkan "Membeli Pengaruh di
Washington" yang dimuat di
IndoProgress Online sebagai rujukan.
Namun menurut Made ada yang
menarik dari dua tulisan terakhir
Weiss di Huffington Post. Tulisan
Weiss itu memberikan saran kepada
Jokowi seraya menarik perbandingan
dengan Presiden Obama. Weiss
memberikan enam poin khas orang
think-tank yang harus dikerjakan.
Keenamnya ialah agar Jokowi menjadi
dirinya sendiri; memilih para
pembantunya yang berasal dari
kalangan pintar (teknokrat); mampu
mengelola ekspektasi karena tidak
semua yang diteriakkan dalam
kampanye bisa terealisasi; membikin
koalisinya tetap bersatu dan
bergairah; merangkul oposisi, dan
tidak takut ambil peranan yang lebih
besar di panggung internasional.
"Namun, hal yang paling kontroversial
adalah Weiss mengusulkan agar
Jokowi menjadikan Prabowo sebagai
Ketua KPK," ujar Made. (Willy
Pramudya)
setuju bro?

Diubah oleh uranus99 10-08-2014 20:01


anasabila memberi reputasi
1
1.1K
Kutip
13
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan