- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
TURING GALAU KE NEGERI DI ATAS AWAN DESA B29


TS
jauharyjojo
TURING GALAU KE NEGERI DI ATAS AWAN DESA B29
Quote:
[minggu, 27-07-2014; 20:00 WIB]
Bulan puasa tak menyurutkan hobi ane dan temen-temen untuk mejelajahi Jawa Timur, dengan segala pesona alam yang tersimpan di dalamnya. Kali ini tujuan kita adalah Desa Argosari yang puncaknya dijuluki dengan sebutan desa “B-29”. Dikatakan demikian, karena desa ini berada pada ketinggian 2900 mdpl, dan masih berada di kawasan Bromo, yaitu lebih tepatnya di sebelah tenggara Gunung Bromo. Desa yang terletak ± 40 km sebelah barat kota Lumajang ini, menyimpan pesonal dengan fenomena alamnya yang berupa hamparan awan di sekitarnya. Oleh sebab itu desa yang terletak di desa Argosari kecamatan Senduro kabupaten Lumajang ini, sering kali juga dijuluki dengan sebutan “Negri di Atas Awan”.
Bulan puasa tak menyurutkan hobi ane dan temen-temen untuk mejelajahi Jawa Timur, dengan segala pesona alam yang tersimpan di dalamnya. Kali ini tujuan kita adalah Desa Argosari yang puncaknya dijuluki dengan sebutan desa “B-29”. Dikatakan demikian, karena desa ini berada pada ketinggian 2900 mdpl, dan masih berada di kawasan Bromo, yaitu lebih tepatnya di sebelah tenggara Gunung Bromo. Desa yang terletak ± 40 km sebelah barat kota Lumajang ini, menyimpan pesonal dengan fenomena alamnya yang berupa hamparan awan di sekitarnya. Oleh sebab itu desa yang terletak di desa Argosari kecamatan Senduro kabupaten Lumajang ini, sering kali juga dijuluki dengan sebutan “Negri di Atas Awan”.
Quote:
Berawal dari postingan foto salah satu member grup di facebook, tentang desa B-29, yaitu desa yang disekelilingi oleh awan, bikin ane dan temen-temen penasaran, untuk menggali informasi tentang desa tersebut dengan browsing kesana-kemari. Setelah dapet cukup informasi maka diputuskan di penghujung bulan puasa ini untuk melakukan turing “galau” dengan ditemani 3 sahabat ane.
Perjalanan kita mulai tanggal 17 Juli 2014, setelah semua perlengkapan siap kita berkumpul dan start jam 09.45 WIB dari SPBU Mojoagung Jombang. Start molor dari yang seharusnya yaitu jam 07.00 WIB, maklum gan hari-hari puasa gini dapet bangun pagi adalah prestasi yang membanggakan hehe....
Perjalanan kita mulai tanggal 17 Juli 2014, setelah semua perlengkapan siap kita berkumpul dan start jam 09.45 WIB dari SPBU Mojoagung Jombang. Start molor dari yang seharusnya yaitu jam 07.00 WIB, maklum gan hari-hari puasa gini dapet bangun pagi adalah prestasi yang membanggakan hehe....

Spoiler for Persiapan:
Quote:
Rute keberangkatan adalah Jombang-Mojosari-Ngoro-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Tongas-Sumber-Argosari.
Spoiler for Rute keberangkatan:
Quote:
Karena ane dan temen-temen belum ada yang pernah kesini, kita menggunakan bantuan GPS dari smartphone yang kita bawa, awalnya sejak keberangkatan hingga akan memasuki kec. Sumber-Probolinggo, track dapat dilibas dengan mudah selain track yang mulus disamping itu juga cukup lebar.
Spoiler for Ditengah-tengan perjalanan sebelum memasuki Kec. Sumber-Probolinggo:
Quote:
Namun begitu memasuki wilayah Sumber pederitaan pun dimulai, sambutan pertama lubang-lubang yang menganga sesekali aspal terputus dan hanya jalur makadam yang disuguhkan, ditambah lagi tanjakan dan turunan tajam di bagian tertentu bisa dibilang cukup licin hingga dapat membuat kendaraan tergelincir meski kita sudah berhati-hati, disela-sela perjalanan jam 13.30 WIB kita putuskan untuk istirahat serta sholat di masjid “Ar-Ridho” Sumber Probolinggo, dari GPS sisa jarak tempuh masih 20 km lagi dan ternyata sepanjang jalan rusak parah, sempat akan putus asa tapi bukan biker namanya jika menyerah begitu saja, perjalanan sudah sejauh ini, tak mungkin lagi putar balik dan harus dituntaskan. Sebenarnya musuh utamanya di sini adalah track tanjakan dan turunan yang licin antara tanah dan batu campur menjadi satu.
Spoiler for Awal penderitaan :
Quote:
Akhirnya tepat jam 16.30 WIB ane dan temen-temen tiba di kawasan wisata B-29. Kita berhenti sejenak untuk beli bensin dan beberapa bekal buat buka puasa di puncak nanti. Tak lama ada yang menyapa dari belakang:
“Mau ke B-29 mas?”
“Iya pak, arahnya kemana ya?
“ Balik lagi mas, kebablasan sampean. Tapi jam segini kabut mas, besok saja klo pagi cerah”
“Memang tiap hari klo sore kabut ya pak?” memang saat itu turun kabut pekat.
“Iya mulai jam 11.00 WIB pagi sampe malam kabut, sebaiknya nginap saja besok baru ke puncak, sekalian lihat sunrise. Ini saya mau pulang kebetulan rumah saya searah, kalo mau bisa ikutin saya dari belakang”
Rencana awal kita tidak ada acara menginap, sehingga tidak bawa tenda dan sleeping bag, karena pinginnya cuma lihat hamparan awan dan sunset, serta buber dipuncak lalu turun dan pulang lagi. Tapi kondisi kenyataan berbeda gan, setelah rundingan akhirnya kita putuskan untuk menginap di samping kondisi yg sudah payah karena harus menaklukkan track yang menurutku ini paling parah sepanjang perjalanan turing ane slama ini. Di samping itu gak ada gunanya juga kalo dipaksain ke puncak dalam kondisi kabut seperti ini, karna tidak bisa lihat apa-apa gan.
“Baik pak, silahkan duluan kita di belakang”
Setelah jalan ± 2km si bapaknya berhenti. “Mas didepan sudah jalan tanah, ada 2 tanjakan tinggi nanti pake gigi 1 lepas kopling ya, kalo dikopling pasti mlorot, nanti biar motor jalan sekuatnya klo gk kuat ya berhenti temennya ndorong”
Alhamdulillah akhirnya sampe juga di rumah beliau, oh ya nama beliau adalah Pak Taufiq, beliau tinggal sendiri karena istrinya bekerja sebagai TKW di Malaysia. Beliau ditemani 2 orang anaknya yang masih duduk di bangku SD, kebetulan saat itu sudah libur dari mondok karena menjelang lebaran jadi mereka pulang kampung.
“Ini rumah saya kalo mau nginap silahkan tp ya begini belum bagus karena masih tahap pembangunan, tapi kalo untuk nampung 4 orang saja cukup, di dalam ada 1 kamar kosong. Tapi kalo mau nginap di rumah yang bagus dan fasilitas lengkap tidak apa-apa”
“Nanti bapak tidurnya di mana?”
“Saya gampang, nanti saya bisa tidur di rumah orang tua saya di selatan”
“Ya sudah pak kita nginap di rumah bapak”
Ane rundingan sama temen-temen “Gimana kalo buka dan sahurnya pesen sekalian dirumah pak Taufiq?. Nanti ditanyakan berapa tarif nginap semalam sama makan buka + sahur”
“Pak kalo misalnya saya pesen makanan buka dan sahur plus nginap semalam tarifnya berapa?”
“Saya tidak pasang tarif mas terserah mas ngasihnya berapa, tapi saya biasanya masaknya cuma nasi sama mie dikasih telur dadar”
“Oh, gak papa pak yang penting ada nasinya hehe...”
Ane sempet kaget bapak ini baik bener ya, akhirnya kita kalkulasi sendiri jika makan 2x sama nginap semalam untuk 4 orang, akhirnya kita putuskan kita kasih 100 ribu. Meski di kamar sudah ada selimut tebal tubuh pun dibalut jaket, tapi yang namanya orang sudah terbiasa dengan hawa panas, tetep aja kedinginan suhu malam itu ± 18ºC dari 4 orang hanya 1 orang yang dapet tidur pulas karena memang itu bakatnya, raja tidur di mana aja bisa gan. Di motor pun sering tertidur
Rencananya setelah sahur kita cabut menuju puncak untuk hunting sunrise mengingat malam itu jam 20.00 WIB langit cerah bintang kelap-kelip
, tapi ternyata saat sahur kabut turun dengan pekat hingga genteng pun meneteskan air seperti sedang hujan. Jadi kita urungkan niat dan baru cabut ke puncak agak siangan dikit gan.
Jam 06.00 WIB kita bersiap-siap, sambil ngobrol dengan beliau.
“Pak cabe tengger berapa sekilonya disini?” cabe tengger memiliki ukuran sebesar jempol kaki disebut juga cabe tomat, tp pedesnya minta ampun . Temen ane sampe bilang “pedese ngobong rai” (pedasnya membakar muka) langsung memerah hahaha
“Sekilo 20 ribu mas, mau beli buat oleh-oleh?”
“Iya pak tapi nanti setelah turun dari puncak saya balik ke sini”
“Iya mas kalo gitu saya carikan dulu di ladang nanti saya titipkan anak-anak”
Pak Taufik ini kebetulan juga yang jaga pintu tiket masuk. Tapi karena ini bulan puasa jadi rada sepi untungnya kita dikasih gratis masuk. Untuk informasi, tiket masuknya cukup murah cuma 3 ribu perak gan.
“Pak medannya bagaimana, diatas nanti parah ndak?”
“Ya parah mas jalannya naik dan licin, nanti jg ada jalan batu makadam, kalo bisa pake ojeg aja mas cuma 15 ribu kok. Kalo PP 50 ribu”
“Tapi motor bisa naik kan pak?”
“Ya bisa,”
Trus temen ane tanya “Klo motor matic gimana?”
“Kalo matic susah mas, mending bawa motor saya aja, gak papa kok”
“Mau ke B-29 mas?”
“Iya pak, arahnya kemana ya?
“ Balik lagi mas, kebablasan sampean. Tapi jam segini kabut mas, besok saja klo pagi cerah”
“Memang tiap hari klo sore kabut ya pak?” memang saat itu turun kabut pekat.
“Iya mulai jam 11.00 WIB pagi sampe malam kabut, sebaiknya nginap saja besok baru ke puncak, sekalian lihat sunrise. Ini saya mau pulang kebetulan rumah saya searah, kalo mau bisa ikutin saya dari belakang”
Rencana awal kita tidak ada acara menginap, sehingga tidak bawa tenda dan sleeping bag, karena pinginnya cuma lihat hamparan awan dan sunset, serta buber dipuncak lalu turun dan pulang lagi. Tapi kondisi kenyataan berbeda gan, setelah rundingan akhirnya kita putuskan untuk menginap di samping kondisi yg sudah payah karena harus menaklukkan track yang menurutku ini paling parah sepanjang perjalanan turing ane slama ini. Di samping itu gak ada gunanya juga kalo dipaksain ke puncak dalam kondisi kabut seperti ini, karna tidak bisa lihat apa-apa gan.
“Baik pak, silahkan duluan kita di belakang”
Setelah jalan ± 2km si bapaknya berhenti. “Mas didepan sudah jalan tanah, ada 2 tanjakan tinggi nanti pake gigi 1 lepas kopling ya, kalo dikopling pasti mlorot, nanti biar motor jalan sekuatnya klo gk kuat ya berhenti temennya ndorong”
Alhamdulillah akhirnya sampe juga di rumah beliau, oh ya nama beliau adalah Pak Taufiq, beliau tinggal sendiri karena istrinya bekerja sebagai TKW di Malaysia. Beliau ditemani 2 orang anaknya yang masih duduk di bangku SD, kebetulan saat itu sudah libur dari mondok karena menjelang lebaran jadi mereka pulang kampung.
“Ini rumah saya kalo mau nginap silahkan tp ya begini belum bagus karena masih tahap pembangunan, tapi kalo untuk nampung 4 orang saja cukup, di dalam ada 1 kamar kosong. Tapi kalo mau nginap di rumah yang bagus dan fasilitas lengkap tidak apa-apa”
“Nanti bapak tidurnya di mana?”
“Saya gampang, nanti saya bisa tidur di rumah orang tua saya di selatan”
“Ya sudah pak kita nginap di rumah bapak”
Ane rundingan sama temen-temen “Gimana kalo buka dan sahurnya pesen sekalian dirumah pak Taufiq?. Nanti ditanyakan berapa tarif nginap semalam sama makan buka + sahur”
“Pak kalo misalnya saya pesen makanan buka dan sahur plus nginap semalam tarifnya berapa?”
“Saya tidak pasang tarif mas terserah mas ngasihnya berapa, tapi saya biasanya masaknya cuma nasi sama mie dikasih telur dadar”
“Oh, gak papa pak yang penting ada nasinya hehe...”
Spoiler for Menu spesial buka puasa :
Ane sempet kaget bapak ini baik bener ya, akhirnya kita kalkulasi sendiri jika makan 2x sama nginap semalam untuk 4 orang, akhirnya kita putuskan kita kasih 100 ribu. Meski di kamar sudah ada selimut tebal tubuh pun dibalut jaket, tapi yang namanya orang sudah terbiasa dengan hawa panas, tetep aja kedinginan suhu malam itu ± 18ºC dari 4 orang hanya 1 orang yang dapet tidur pulas karena memang itu bakatnya, raja tidur di mana aja bisa gan. Di motor pun sering tertidur

Spoiler for Berusaha untuk tidur :
Rencananya setelah sahur kita cabut menuju puncak untuk hunting sunrise mengingat malam itu jam 20.00 WIB langit cerah bintang kelap-kelip

Spoiler for Menu spesial sahur :
Jam 06.00 WIB kita bersiap-siap, sambil ngobrol dengan beliau.
“Pak cabe tengger berapa sekilonya disini?” cabe tengger memiliki ukuran sebesar jempol kaki disebut juga cabe tomat, tp pedesnya minta ampun . Temen ane sampe bilang “pedese ngobong rai” (pedasnya membakar muka) langsung memerah hahaha

“Sekilo 20 ribu mas, mau beli buat oleh-oleh?”
“Iya pak tapi nanti setelah turun dari puncak saya balik ke sini”
“Iya mas kalo gitu saya carikan dulu di ladang nanti saya titipkan anak-anak”
Spoiler for Pedesnya ngalahin cabe-cabean hehe :
Pak Taufik ini kebetulan juga yang jaga pintu tiket masuk. Tapi karena ini bulan puasa jadi rada sepi untungnya kita dikasih gratis masuk. Untuk informasi, tiket masuknya cukup murah cuma 3 ribu perak gan.
“Pak medannya bagaimana, diatas nanti parah ndak?”
“Ya parah mas jalannya naik dan licin, nanti jg ada jalan batu makadam, kalo bisa pake ojeg aja mas cuma 15 ribu kok. Kalo PP 50 ribu”
“Tapi motor bisa naik kan pak?”
“Ya bisa,”
Trus temen ane tanya “Klo motor matic gimana?”
“Kalo matic susah mas, mending bawa motor saya aja, gak papa kok”
Quote:
[senin, 28-07-2014; 16:00 WIB]
Tapi yang namanya biker rasanya kurang afdol kalo tidak foto narsis sama tunggangannya. Akhirnya temen ane nekat masuk, dan akhirnya perjuangan hanya sampai di jalan makadam, temen ane memutuskan untuk balik lagi ke rumah pak Taufiq karena v-belt vario nya bau sangit (kebakar), dan dia menyusul dengan jalan kaki.
Sementara itu ane lanjutin perjalanan ke atas sampe di tikungan tajam dengan tanjakan licin berikutnya ane mutusin berhenti untuk nunggu mereka karena roda mtor ane cuma muter doang tapi gak jalan saking licinnya
. Dari pada bengong nunggu mereka di bawah ane mulai ngeluarin senjata andalan ane gan, taraaa.......Nikon D3100 yang selalu menemani, tanpa ba..bi..bu..langsung deh ane njepret pemandangan awan dan hamparan ladang yang menakjubkan.
Setelah beberapa menit mereka datang dan perjalanan dilanjutkan, dengan didorong 2 orang dari belakang agar bisa sampai atas. Setelah itu kita istirahat sebentar ambil nafas, maklum puasa gan haahahaha.....
Ada yang lagi asik foto-foto, sementara ane bersihin alur roda dari tanah yang lengket biar daya cengkeram roda lebih kuat dan tidak gampang terpeleset.
Setelah selesai perjalanan lanjut lagi sampai di tanjakan lurus berikutnya ane sedikit memaksakan untuk naik tanpa bantuan dorongan temen-temen gan kasihan mereka. Dan akhirnya isiden pun tak terelakkan motor melorot dan terguling ke kiri
Setelah dibantu bangun dan didorong, alhamdulillah akhirnya jalan itu ternyata jalan licin yang terakhir, horee......tapi tiba2 kabut pekat datang, jarak pandang kurang dari 5m.
Tapi yang namanya biker rasanya kurang afdol kalo tidak foto narsis sama tunggangannya. Akhirnya temen ane nekat masuk, dan akhirnya perjuangan hanya sampai di jalan makadam, temen ane memutuskan untuk balik lagi ke rumah pak Taufiq karena v-belt vario nya bau sangit (kebakar), dan dia menyusul dengan jalan kaki.
Spoiler for Jalan makadam:
Spoiler for Jalan kaki menuju puncak B29:
Sementara itu ane lanjutin perjalanan ke atas sampe di tikungan tajam dengan tanjakan licin berikutnya ane mutusin berhenti untuk nunggu mereka karena roda mtor ane cuma muter doang tapi gak jalan saking licinnya

Spoiler for Photo-photo dulu gan :
Spoiler for Tanjakannya licin:
Spoiler for Ketemu beberapa pengunjung yang mulai turun:
Setelah beberapa menit mereka datang dan perjalanan dilanjutkan, dengan didorong 2 orang dari belakang agar bisa sampai atas. Setelah itu kita istirahat sebentar ambil nafas, maklum puasa gan haahahaha.....
Ada yang lagi asik foto-foto, sementara ane bersihin alur roda dari tanah yang lengket biar daya cengkeram roda lebih kuat dan tidak gampang terpeleset.
Spoiler for Ndorong gan :
Spoiler for Ngebersihin alur roda yang lengket dengan lumpur:
Spoiler for Sementara yang lain menikmati alam dan narsis :
Setelah selesai perjalanan lanjut lagi sampai di tanjakan lurus berikutnya ane sedikit memaksakan untuk naik tanpa bantuan dorongan temen-temen gan kasihan mereka. Dan akhirnya isiden pun tak terelakkan motor melorot dan terguling ke kiri

Spoiler for Tidak cuma orangnya yg capek :
Setelah dibantu bangun dan didorong, alhamdulillah akhirnya jalan itu ternyata jalan licin yang terakhir, horee......tapi tiba2 kabut pekat datang, jarak pandang kurang dari 5m.
Spoiler for Istirahat sejenak sambil nunggu temen di belakang:
Quote:
Akhirnya sampai disini gan, ini belum puncak B-29 loh 
Untungnya cerah, tapi hal ini tak berlangsung lama kabut dari bawah naik menutup pemandangan di depan mata kita, sekilas terlihat sampah berserakan, tapi tidak ada yg jualan saat itu maklum lah kan bulan puasa hehehe, pengunjung pun juga sepi diperjalanan cuma simpangan dengan dua rombongan dari jember dan lumajang yang usai nge camp di puncak B-29.
Di sini ane ketemu salah satu penduduk asli:
“Mas kok banyak sampahnya ya?”
“Iya mas, soalnya biasanya yang bersihin para penjual makanan disini, tapi karena masih bulan puasa jadi tidak ada yang jualan sehingga tidak ada yang bersihin, nanti kalo mereka mulai jualan mereka yang membersihkan sampah-sampah disini”

Spoiler for Belom puncak nih:
Spoiler for Butuh perjuangan yang panjang hanya untuk bisa begini :
Untungnya cerah, tapi hal ini tak berlangsung lama kabut dari bawah naik menutup pemandangan di depan mata kita, sekilas terlihat sampah berserakan, tapi tidak ada yg jualan saat itu maklum lah kan bulan puasa hehehe, pengunjung pun juga sepi diperjalanan cuma simpangan dengan dua rombongan dari jember dan lumajang yang usai nge camp di puncak B-29.
Di sini ane ketemu salah satu penduduk asli:
“Mas kok banyak sampahnya ya?”
“Iya mas, soalnya biasanya yang bersihin para penjual makanan disini, tapi karena masih bulan puasa jadi tidak ada yang jualan sehingga tidak ada yang bersihin, nanti kalo mereka mulai jualan mereka yang membersihkan sampah-sampah disini”
lanjut bawahnya gan

Diubah oleh jauharyjojo 10-08-2014 05:23
0
50.6K
Kutip
107
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan