- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga


TS
fckita
[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga
Nih gan di trit ini ane mau ngasih tentang sinopsis dan info tentang negeri tanpa telinga
Yang dibawa kumpulan berita tentang negeri Tanpa Telinga
Nih ada kumpulan picnya
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014114.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014206.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014225.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014450.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014656.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014300.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014737.jpg)
Quote:
Spoiler for Sinopsis:
Naga (Teuku Rifnu Wikana) tiba tiba merasa bahwa hidupnya terlalu menyakitkan. Padahal ia berprofesi sebagai tukang pijat, yang notabene bekerja untuk menyembuhkan sakit seseorang. Oleh karena itu, ia datang ke dokter Sangkakala (Landung Simatupang). Ia meminta kepada dokter sahabatnya itu untuk merusak gendang telinganya agar ia tidak lagi mendengar suara-suara yang menyakitkan hatinya itu.
Sementara sebuah rencana konspirasi besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya. Rencana tersebut disusun rapi dengan berbagai dalih. Dan aktivitas partai yang selalu memakai symbol-simbol religi tersebut ternyata berbanding terbalik dengan segala tindak tanduk para petinggi partainya.
Partai Martobat adalah pengusung legitimasi politik di negeri itu. Piton (Ray Sahetapy) berambisi besar untuk menjadi presiden. Untuk itulah ia berusaha mendapatkan dana sebanyak-banyaknya dengan menggunakan pengaruhnya di parlemen dibantu oleh Joki Ringkik, teman separtainya yang mati-matian meyakinkan Piton untuk maju ke pilpres berikutnya. Piton juga memainkan peran Tikis Queenta (Kelly Tandiono) seorang perempuan pelobi ulung yang bisa masuk ke semua lini parlemen dan orang-orang partai.
Dibalik itu semua, konspirasi dan rencana busuk kedua partai besar tersebut ternyata sudah dincar oleh Kapak. Sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang memang sudah mencium rekam jejak kedua partai itu. Di samping itu, aktivitas para petinggi partai juga sudah terendus oleh seorang host TV9 (TV Nine) bernama Chika Cemani (Jenny Zhang) yang melakukan investigasi lewat berbagai nara sumber.
Piton yang sudah berusaha bermain bersih, ternyata menghadapi kenyataan ia harus berhadapan dengan Kapak. Awalnya, ia mengira bahwa Tikis Queenta mempunyai peran. Tetapi belakangan ia menduga tahu bahwa sang reporter lah yang membocorkan apa yang dilakukannya. Piton mempunyai hubungan akrab dengan sang reporter.
Telinga Naga lah yang sebenarnya menangkap semua percakapan dan perbincangan orang-orang itu. sebagai tukang pijat, ia mendengar semua pembicaraan orang-orang penting itu, bagaimana mereka melakukan transaksi busuk, mendengar keluh kesah Piton yang selalu tidak dianggap pun oleh istrinya sendiri. Percakapan itulah yang membuat Naga muak. Orang kecil yang sangat mencintai istrinta, tetapi ia terjebak dalam suasana yang sangat tidak ia inginkan.
Telinga penting bagi cara berpikir dan kebeningan nurani. Tetapi ia menjadi indra yang menyakitkan ketika mendengar sebuah kebenaran yang berhadapan dengan nati nurani.
Sementara sebuah rencana konspirasi besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai Ustad Etawa (Lukman Sardi) bekerja sama dengan importir daging domba, berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya. Rencana tersebut disusun rapi dengan berbagai dalih. Dan aktivitas partai yang selalu memakai symbol-simbol religi tersebut ternyata berbanding terbalik dengan segala tindak tanduk para petinggi partainya.
Partai Martobat adalah pengusung legitimasi politik di negeri itu. Piton (Ray Sahetapy) berambisi besar untuk menjadi presiden. Untuk itulah ia berusaha mendapatkan dana sebanyak-banyaknya dengan menggunakan pengaruhnya di parlemen dibantu oleh Joki Ringkik, teman separtainya yang mati-matian meyakinkan Piton untuk maju ke pilpres berikutnya. Piton juga memainkan peran Tikis Queenta (Kelly Tandiono) seorang perempuan pelobi ulung yang bisa masuk ke semua lini parlemen dan orang-orang partai.
Dibalik itu semua, konspirasi dan rencana busuk kedua partai besar tersebut ternyata sudah dincar oleh Kapak. Sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang memang sudah mencium rekam jejak kedua partai itu. Di samping itu, aktivitas para petinggi partai juga sudah terendus oleh seorang host TV9 (TV Nine) bernama Chika Cemani (Jenny Zhang) yang melakukan investigasi lewat berbagai nara sumber.
Piton yang sudah berusaha bermain bersih, ternyata menghadapi kenyataan ia harus berhadapan dengan Kapak. Awalnya, ia mengira bahwa Tikis Queenta mempunyai peran. Tetapi belakangan ia menduga tahu bahwa sang reporter lah yang membocorkan apa yang dilakukannya. Piton mempunyai hubungan akrab dengan sang reporter.
Telinga Naga lah yang sebenarnya menangkap semua percakapan dan perbincangan orang-orang itu. sebagai tukang pijat, ia mendengar semua pembicaraan orang-orang penting itu, bagaimana mereka melakukan transaksi busuk, mendengar keluh kesah Piton yang selalu tidak dianggap pun oleh istrinya sendiri. Percakapan itulah yang membuat Naga muak. Orang kecil yang sangat mencintai istrinta, tetapi ia terjebak dalam suasana yang sangat tidak ia inginkan.
Telinga penting bagi cara berpikir dan kebeningan nurani. Tetapi ia menjadi indra yang menyakitkan ketika mendengar sebuah kebenaran yang berhadapan dengan nati nurani.
Spoiler for Pemeran:
Teuku Rifnu Wikana (Naga)
Ray Sahetapy (Piton)
Kelly Tandyono (Tickize Chueqnta)
Jenny Chang (Chikka Chimannie)
Lukman Sardi (Ustad Etawa)
Tanta Jorekenta Ginting
Landung Simatupang (Dr.Sangkahkala)
Gary Iskak
Marjam Soeprabha
Rucman Rosyadih
Eko Supriyanto
Ray Sahetapy (Piton)
Kelly Tandyono (Tickize Chueqnta)
Jenny Chang (Chikka Chimannie)
Lukman Sardi (Ustad Etawa)
Tanta Jorekenta Ginting
Landung Simatupang (Dr.Sangkahkala)
Gary Iskak
Marjam Soeprabha
Rucman Rosyadih
Eko Supriyanto
Spoiler for Trailer:

Yang dibawa kumpulan berita tentang negeri Tanpa Telinga
Spoiler for Buka:
"Negeri Tanpa Telinga" Ingatkan Bahaya Penyakit Korupsi
Citizen6, Jakarta Lama tak muncul di media, Lola Amaria ternyata sedang menyelesaikan film terbarunya, Negeri Tanpa Telinga. Film yang syutingnya dilakukan di tiga kota, Jakarta, Yogyakarta dan Solo ini sebenarnya menceritakan kisah yang sangat serius: poltik.
Namun Lola Amaria menyampaikan tema berat itu dibuat menjadi kocak dan satir tanpa menghilangkan nafas utamanya yakni tentang kerakusan pada kekuasaan, kejahatan politik dan skandal seks.
Bertempat di Djakarta Theatre, film Negeri Tanpa Telingan hari ini, Kamis, 7 Agustus 2014 dirilis. Menurut Lola Amaria, sutradaranya, ide pembuatan film ini berasal dari media.
Melihat banyaknya politisi yang ditahan karena kasus korupsi, politi yang terlibat kandal seks, ancaman menjatuhkan pemerintah, saling serang antar lembaga negara membuatnya tertantang untuk membuat film dengan tema politik yang nyaman, enak dinikmati dan bermakna.
Namun ia tak secara jelas menyebut film ketiganya ini secara khusus didekasikan sebagai film anti korupsi. Dengan film ini Lola Amaria berharap bisa membantu menumbuhkan kesadaran sosial betapa bahayanya penyakit korupsi jika dibiarkan terus-menerus.
Proses pembuatan film yang memakan waktu kurang lebih 1 tahun ini sempat mengalami hambatan karena terkena dampak letusan gunung Kelud. Abu vulkanik yang menyelimuti seluruh kota Yogyakarta dan sulit dibersihkan dalam waktu singkat sempat membuat kru berdebat panjang apakah syuting akan tetap dilanjutkan atau berhenti.
Film Negeri Tanpa Telinga ini didukung oleh aktor senior Ray Sahetapy, Lukman Sardi, Gary Iskak, T. Rifnu Wikana, Tanta Ginting dan pendatang baru Jenny Zhang.
Citizen6, Jakarta Lama tak muncul di media, Lola Amaria ternyata sedang menyelesaikan film terbarunya, Negeri Tanpa Telinga. Film yang syutingnya dilakukan di tiga kota, Jakarta, Yogyakarta dan Solo ini sebenarnya menceritakan kisah yang sangat serius: poltik.
Namun Lola Amaria menyampaikan tema berat itu dibuat menjadi kocak dan satir tanpa menghilangkan nafas utamanya yakni tentang kerakusan pada kekuasaan, kejahatan politik dan skandal seks.
Bertempat di Djakarta Theatre, film Negeri Tanpa Telingan hari ini, Kamis, 7 Agustus 2014 dirilis. Menurut Lola Amaria, sutradaranya, ide pembuatan film ini berasal dari media.
Melihat banyaknya politisi yang ditahan karena kasus korupsi, politi yang terlibat kandal seks, ancaman menjatuhkan pemerintah, saling serang antar lembaga negara membuatnya tertantang untuk membuat film dengan tema politik yang nyaman, enak dinikmati dan bermakna.
Namun ia tak secara jelas menyebut film ketiganya ini secara khusus didekasikan sebagai film anti korupsi. Dengan film ini Lola Amaria berharap bisa membantu menumbuhkan kesadaran sosial betapa bahayanya penyakit korupsi jika dibiarkan terus-menerus.
Proses pembuatan film yang memakan waktu kurang lebih 1 tahun ini sempat mengalami hambatan karena terkena dampak letusan gunung Kelud. Abu vulkanik yang menyelimuti seluruh kota Yogyakarta dan sulit dibersihkan dalam waktu singkat sempat membuat kru berdebat panjang apakah syuting akan tetap dilanjutkan atau berhenti.
Film Negeri Tanpa Telinga ini didukung oleh aktor senior Ray Sahetapy, Lukman Sardi, Gary Iskak, T. Rifnu Wikana, Tanta Ginting dan pendatang baru Jenny Zhang.
Spoiler for Buka:
'Negeri Tanpa Telinga', Film Pertalian Politik, Kekuasaan, Seks
Metrotvnews.com, Jakarta: Film komedi satir berjudul 'Negeri Tanpa Telinga' garapan Lola Amaria akan diputar serentak di seluruh bioskop di Indonesia pada 14 Agustus mendatang. Melalui film ini, Lola sekali lagi mengangkat tema "berat", yakni pertalian antara politik, kekuasaan dan seks.
Saat berbincang dengan Metrotvnews.com di sebuah hotel di Jakarta, Rabu (16/7/2014), Lola sebenarnya tak setuju jika tema filmnya disebut berat. "Ini enggak berat kok. Temanya ada di kehidupan kita sehari-hari," katanya.
Dia mencontohkan, kasus korupsi, dan skandal seks sudah awam didengar dan dilihat di televisi, atau dibahas di jejaring sosial. "Saya hanya menangkap ide yang bertebaran di sekeliling kita," imbuhnya.
Lola sempat menunjukkan cuplikan film yang dibintangi Ray Sahetapy, Lukman Sardy, Teuku Rifnu Wikana, dan Gary Iskak tersebut. Jika dilihat sekilas, tokoh yang dihadirkan memang merepresentasikan tiga kelompok berbeda, yakni penguasa, pemuka agama, dan rakyat kecil.
Menariknya, Lola mengajak kita untuk mencermati skandal dan kasus itu bukan dari kacamata "ningrat", melainkan melalui tukang pijat yang diperankan oleh Teuku Rifnu. Semua tokoh jahat yang muncul di film tersebut ternyata punya satu kesamaan, yakni berlangganan di tukang pijat yang sama.
Pola cerita seperti ini mengingatkan pada film '7 Hati 7 Cinta 7 Wanita', di mana dalam satu titik semua tokoh pernah bersinggungan dengan Dokter Kartini yang diperankan secara apik oleh Jajang C Noer.
Dalam 'Negeri Tanpa Telinga', pola cerita tersebut jadi lebih menarik. Ibarat kejadian bom atom Hiroshima tahun 1945 dalam laporan jurnalistik legendaris John Hersey yang menghadirkan sudut pandang lima korban, yang semuanya adalah orang biasa.
Untuk menyukseskan film tersebut, Lola dan timnya berencana menggelar tur keliling kampus dan pusat-pusat kebudayaan di Indonesia.
Metrotvnews.com, Jakarta: Film komedi satir berjudul 'Negeri Tanpa Telinga' garapan Lola Amaria akan diputar serentak di seluruh bioskop di Indonesia pada 14 Agustus mendatang. Melalui film ini, Lola sekali lagi mengangkat tema "berat", yakni pertalian antara politik, kekuasaan dan seks.
Saat berbincang dengan Metrotvnews.com di sebuah hotel di Jakarta, Rabu (16/7/2014), Lola sebenarnya tak setuju jika tema filmnya disebut berat. "Ini enggak berat kok. Temanya ada di kehidupan kita sehari-hari," katanya.
Dia mencontohkan, kasus korupsi, dan skandal seks sudah awam didengar dan dilihat di televisi, atau dibahas di jejaring sosial. "Saya hanya menangkap ide yang bertebaran di sekeliling kita," imbuhnya.
Lola sempat menunjukkan cuplikan film yang dibintangi Ray Sahetapy, Lukman Sardy, Teuku Rifnu Wikana, dan Gary Iskak tersebut. Jika dilihat sekilas, tokoh yang dihadirkan memang merepresentasikan tiga kelompok berbeda, yakni penguasa, pemuka agama, dan rakyat kecil.
Menariknya, Lola mengajak kita untuk mencermati skandal dan kasus itu bukan dari kacamata "ningrat", melainkan melalui tukang pijat yang diperankan oleh Teuku Rifnu. Semua tokoh jahat yang muncul di film tersebut ternyata punya satu kesamaan, yakni berlangganan di tukang pijat yang sama.
Pola cerita seperti ini mengingatkan pada film '7 Hati 7 Cinta 7 Wanita', di mana dalam satu titik semua tokoh pernah bersinggungan dengan Dokter Kartini yang diperankan secara apik oleh Jajang C Noer.
Dalam 'Negeri Tanpa Telinga', pola cerita tersebut jadi lebih menarik. Ibarat kejadian bom atom Hiroshima tahun 1945 dalam laporan jurnalistik legendaris John Hersey yang menghadirkan sudut pandang lima korban, yang semuanya adalah orang biasa.
Untuk menyukseskan film tersebut, Lola dan timnya berencana menggelar tur keliling kampus dan pusat-pusat kebudayaan di Indonesia.
Spoiler for buka:
Lola Amaria bicara politik lewat Negeri Tanpa Telinga
rdeka.com - Wanita yang satu ini terkenal dekat dengan film-film yang sarat pesan sosial dan politik. Sudah jarang tampil di layar lebar, rupanya Lola Amaria lebih memilih untuk bekerja di balik layar. Apa lagi sih gebrakan baru dari aktris cantik yang satu ini?
"Terakhir saya sibuk nyiapkan film NEGERI TANPA TELINGA yang akan tayang 14 Agustus, dan sekarang masih dalam tahap post produksi. Mau mastering, mixing dan lain-lain," terangnya.
Dijumpai dalam peluncuran salah satu produk smartphone di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (16/7) kemarin, Lola bercerita panjang lebar tentang film yang sedang diproduksinya itu. Ia mengaku tak mendapat kendala dalam proses pembuatannya.
Bertema politik, kekuasaan, korupsi, dan seks film ini dianggap Lola sebagai potret kehidupan para politisi sepanjang lima tahun belakangan. Sayangnya, film ini tidak ditayangkan saat momen pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Lola sendiri punya alasan.
"Satu hal, karena film belum jadi. Lalu kemarin juga lagi euphoria piala dunia, kampanye pilpres, jadi takutnya isunya jadi kelibas," ungkap sutradara sekaligus pemeran tokoh Mayang dalam film MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK ini.
Lola sendiri berharap agar film NEGERI TANPA TELINGA ini menjadi cerminan untuk para anggota dewan yang terpilih nantinya. Berisi cerita dari dunia politik selama lima tahun belakangan, ia ingin agar yang buruk tak terulang di lima tahun ke depan.
"Jadi mungkin abis lebaran, presiden udah kepilih, mungkin jadi lebih tenang. Lebih ngereview lima tahun belakangan itu kayak apa, semoga lima tahun mendatang tak terjadi lagi hal yang sama," tuturnya.
Ini adalah yang kedua kalinya Lola berperan sebagai produser dan sutrdara dalam sebuah film. Inilah mengapa belakangan Lola jadi jarang terlihat atau terdengar kabarnya. Namun meski di depan layar ia tak terlihat, di belakang layar Lola mengaku super sibuk.
rdeka.com - Wanita yang satu ini terkenal dekat dengan film-film yang sarat pesan sosial dan politik. Sudah jarang tampil di layar lebar, rupanya Lola Amaria lebih memilih untuk bekerja di balik layar. Apa lagi sih gebrakan baru dari aktris cantik yang satu ini?
"Terakhir saya sibuk nyiapkan film NEGERI TANPA TELINGA yang akan tayang 14 Agustus, dan sekarang masih dalam tahap post produksi. Mau mastering, mixing dan lain-lain," terangnya.
Dijumpai dalam peluncuran salah satu produk smartphone di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (16/7) kemarin, Lola bercerita panjang lebar tentang film yang sedang diproduksinya itu. Ia mengaku tak mendapat kendala dalam proses pembuatannya.
Bertema politik, kekuasaan, korupsi, dan seks film ini dianggap Lola sebagai potret kehidupan para politisi sepanjang lima tahun belakangan. Sayangnya, film ini tidak ditayangkan saat momen pemilihan presiden beberapa waktu lalu. Lola sendiri punya alasan.
"Satu hal, karena film belum jadi. Lalu kemarin juga lagi euphoria piala dunia, kampanye pilpres, jadi takutnya isunya jadi kelibas," ungkap sutradara sekaligus pemeran tokoh Mayang dalam film MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK ini.
Lola sendiri berharap agar film NEGERI TANPA TELINGA ini menjadi cerminan untuk para anggota dewan yang terpilih nantinya. Berisi cerita dari dunia politik selama lima tahun belakangan, ia ingin agar yang buruk tak terulang di lima tahun ke depan.
"Jadi mungkin abis lebaran, presiden udah kepilih, mungkin jadi lebih tenang. Lebih ngereview lima tahun belakangan itu kayak apa, semoga lima tahun mendatang tak terjadi lagi hal yang sama," tuturnya.
Ini adalah yang kedua kalinya Lola berperan sebagai produser dan sutrdara dalam sebuah film. Inilah mengapa belakangan Lola jadi jarang terlihat atau terdengar kabarnya. Namun meski di depan layar ia tak terlihat, di belakang layar Lola mengaku super sibuk.
Nih ada kumpulan picnya
Spoiler for Kumpulan pic:
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014114.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014206.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014225.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014450.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014656.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014300.jpg)
![[Masuk!]Film Negeri Tanpa Telinga](https://s.kaskus.id/images/2014/08/08/3084966_20140808014737.jpg)
Quote:
Sekian Thread Ane
Diubah oleh fckita 08-08-2014 13:50
0
2.7K
Kutip
13
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan