- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Wamendag: CPO bagi RI sama pentingnya dengan Airbus bagi Prancis


TS
humaedi
Wamendag: CPO bagi RI sama pentingnya dengan Airbus bagi Prancis
Nih gan apa kate menteri kita tentang kelapa sawit
Wamendag: CPO bagi RI sama pentingnya dengan Airbus bagi Prancis

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi kembali mengkampanyekan produk crude palm oil (CPO) Indonesia. Ini dilakukan menyusul kampanye hitam yang dilakukan negara Eropa terhadap produk CPO asal Indonesia.
Bayu menyampaikan pandangannya pada pertemuan tahunan European Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) di London, Inggris. Pertemuan ini dihadiri oleh lebih dari 100 anggota RSPO ini mengambil tema "100 persen Certified Sustainable Palm Oil: Our Shared Responsibility'.
Sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak sawit dunia, CPO merupakan salah satu komoditas penting bagi Indonesia, sebagaimana pentingnya industri Airbus di Prancis, otomotif di Jerman, atau jasa keuangan di Inggris.
"Minyak sawit bagi Indonesia tidak hanya penting bagi perekonomian nasional, namun menjadi sarana pula bagi pengentasan kemiskinan, pembangunan pedesaan dan sumber mata pencaharian bagi petani," ujar Bayu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (7/6).
Saat ini Indonesia mempunyai standar minyak sawit yang disebut RSPO. Ini merupakan salah satu jenis dari beragam sertifikasi minyak sawit yang keberterimaannya paling tinggi di pasar ekspor. Walaupun demikian, tercatat baru 1 persen dari produksi minyak sawit dunia memiliki sertifikasi RSPO.
"Dari 9,7 juta ton minyak sawit yang bersertifikasi RSPO, Indonesia menyumbang sekitar 48 persen atau 4,6 juta ton produksi minyak sawit bersertifikat (certified sustainable palm oil/CSPO) RSPO. Namun, RSPO bersifat sukarela," tegasnya.
Mendukung komitmen Indonesia terhadap produksi minyak sawit berkelanjutan, maka diimplementasikan regulasi yang mewajibkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia untuk memiliki sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) paling lambat 2014. "Melalui ISPO, target jangka menengah Indonesia untuk dapat mengekspor 100 persen produksi CSPO diyakini dapat dicapai dalam jangka pendek.
Bayu menegaskan saat ini ada wacana saling dukung antara ISPO-RSPO karena tujuan yang ingin dicapai pun sama yaitu 100 persen CSPO. Konvergensi antara ISPO-RSPO dimungkinkan karena hanya 11 persen dari indikator ISPO yang belum tercakup dalam RSPO, sedangkan sekitar 25 persen dari indikator RSPO yang belum tercakup dalam ISPO.
"Perlu ditingkatkan standar dari indikator-indikator pada ISPO, RSPO atau jenis sertifikasi lainnya yang semuanya itu diharapkan dapat mendukung baik produksi dan ekspor minyak sawit berkelanjutan," katanya.
http://bit.ly/1nAo9sr
Wamendag: CPO bagi RI sama pentingnya dengan Airbus bagi Prancis

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi kembali mengkampanyekan produk crude palm oil (CPO) Indonesia. Ini dilakukan menyusul kampanye hitam yang dilakukan negara Eropa terhadap produk CPO asal Indonesia.
Bayu menyampaikan pandangannya pada pertemuan tahunan European Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) di London, Inggris. Pertemuan ini dihadiri oleh lebih dari 100 anggota RSPO ini mengambil tema "100 persen Certified Sustainable Palm Oil: Our Shared Responsibility'.
Sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak sawit dunia, CPO merupakan salah satu komoditas penting bagi Indonesia, sebagaimana pentingnya industri Airbus di Prancis, otomotif di Jerman, atau jasa keuangan di Inggris.
"Minyak sawit bagi Indonesia tidak hanya penting bagi perekonomian nasional, namun menjadi sarana pula bagi pengentasan kemiskinan, pembangunan pedesaan dan sumber mata pencaharian bagi petani," ujar Bayu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (7/6).
Saat ini Indonesia mempunyai standar minyak sawit yang disebut RSPO. Ini merupakan salah satu jenis dari beragam sertifikasi minyak sawit yang keberterimaannya paling tinggi di pasar ekspor. Walaupun demikian, tercatat baru 1 persen dari produksi minyak sawit dunia memiliki sertifikasi RSPO.
"Dari 9,7 juta ton minyak sawit yang bersertifikasi RSPO, Indonesia menyumbang sekitar 48 persen atau 4,6 juta ton produksi minyak sawit bersertifikat (certified sustainable palm oil/CSPO) RSPO. Namun, RSPO bersifat sukarela," tegasnya.
Mendukung komitmen Indonesia terhadap produksi minyak sawit berkelanjutan, maka diimplementasikan regulasi yang mewajibkan perkebunan kelapa sawit di Indonesia untuk memiliki sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) paling lambat 2014. "Melalui ISPO, target jangka menengah Indonesia untuk dapat mengekspor 100 persen produksi CSPO diyakini dapat dicapai dalam jangka pendek.
Bayu menegaskan saat ini ada wacana saling dukung antara ISPO-RSPO karena tujuan yang ingin dicapai pun sama yaitu 100 persen CSPO. Konvergensi antara ISPO-RSPO dimungkinkan karena hanya 11 persen dari indikator ISPO yang belum tercakup dalam RSPO, sedangkan sekitar 25 persen dari indikator RSPO yang belum tercakup dalam ISPO.
"Perlu ditingkatkan standar dari indikator-indikator pada ISPO, RSPO atau jenis sertifikasi lainnya yang semuanya itu diharapkan dapat mendukung baik produksi dan ekspor minyak sawit berkelanjutan," katanya.
http://bit.ly/1nAo9sr
0
1.1K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan