Gan masa ada sebuah desa bisa membangun infrastruktur desanya tanpa bantuan pemerintah, hebat yachh..

Berkat Sawit, Berswadaya Membangun Desa

SEKILAS tidak ada yang berbeda antara Desa Waeputeh, Kecamatan Topoyo, Ka-bupaten Mamuju Tengah dengan desa-desa lainnya. Namun, ada yang berbeda di Desa Waeputeh. Desa tersebut merupakan salah satu potret desa mandiri karena pembangunan desa tidak harus menunggu bantuan dari pemerintah.

Mayoritas penduduk di desa tersebut adalah petani sawit. Kekompakan warga mengumpulkan dana swadaya yang diperoleh dari hasil panen sawit mampu membangun desa. Salah satu contoh keberhasilan Desa Waeputeh dalam pembangunan ialah keberadaan jalan desa sepanjang 15 kilometer yang dibangun dari dana masyarakat.

Kepala Desa Waeputeh Rudi Hartono menjelaskan, untuk membangun jalan desa berbahan pasir dan batu, warga menyumbangkan 5% dari hasil panen sawit. Dijelaskan Rudi, desanya merupakan wilayah transmigran yang memiliki luas lahan sawit 470 hektare dengan menghasilkan rata-rata 1.000 ton sawit per bulan.

Apabila harga sawit Rp1.500 per kilogram, perolehan dari hasil penjualan sawit di desanya mencapai Rp1,8 miliar. Dari keuntungan penjualan sawit itu, warga menyumbangkan 5 % dari Rp1,8 miliar atau Rp90 juta.

“Dana sumbangan 5% dari warga ini kami gunakan untuk membangun jalan karena inilah yang menjadi kebutuhan mendesak warga. Selama ini jalan rusak menyulitkan warga keluar desa dan menyulitkan petani mengangkut buah. Daripada menunggu anggaran pemerintah, warga desa sepakat mengumpulkan dana,” ujar Rudi yang dulunya transmigran asal Jawa Tengah.



Kemandirian warga di Desa Waeputeh yang berpenduduk 362 kepala keluarga juga tergambar pada kemampuan warga secara umum dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengadaan beras bersubsidi untuk rnasyarakat miskin atau raskin yang selama ini diadakan di banyak wilayah, misalnya, tidak terjadi di Desa Waeputeh.

“Di Desa Waeputeh tidak ada program raskin karena warganya sudah mampu menyediakan pangan pokok secara mandiri. Bahkan saat menjelang Lebaran, warga berinisiatif mengumpulkan dana untuk diberikan kepada anak-anak yatim dan warga kurang mampu di desa tetangga,” ungkap Rudi.

Ia menyebutkan, pada Lebaran tahun lalu, warga Waeputeh menyumbangkan dana untuk anak yatim piatu dan warga kurang mampu sebesar Rp30 juta. Di masa mendatang, warga di Desa Waeputeh berencana mengelola dana untuk dimanfaatkan bagi pembangunan sumber daya manusia.

“Kami akan menyediakan guru mengaji terlatih, kursus bahasa asing gratis, dan pembangunan pendidikan lainnya.”

Kisah keberhasilan Desa Waeputeh merupakan rangkaian keberhasilan para petani sawit di sentra-sentra sawit wilayah Mamuju Tengah. Kawasan sentra sawit di Mamuju Tengah antara lain di Kecamatan Tobadak, Topoyo, dan Pangale.

Mereka bekerja sama dengan perusahaan perkebunan sawit yang ada di situ, yakni PT Surya Raya Lestari Astra, mendirikan lembaga keuangan mikro (LKM) bernama LKM Benteng Kayu Mangiwang. Wakil Pemimpin LKM Benteng Mangi-wang M Tugiran menjelaskan, lembaga tersebut didirikan pada 2008 dan hingga kini sudah memiliki anggota 2.189 petani dari 26 desa se-Kabupaten Mamuju Tengah.

Tujuan awal pendirian LKM Benteng Kayu Mangiwang ialah agar uang hasil panen sawit yang mencapai puluhan miliar rupiah bisa berputar, sejalan dengan keinginan Pemkab Mamuju Tengah.

“Dari hasil pengamatan, banyak petani setelah panen mampu mengirimkan uang ke kampung halaman. Ada pula yang digunakan untuk membiayai kuliah anaknya. Kami berupaya agar LMK mini bisa membantu memajukan perekonomian Mamuju Tengah. Uang yang banyak itu bisa berputar di wilayah ini,” kata Tugiran.

LKM tersebut juga menyediakan kebutuhan pokok petani, antara lain pupuk, suku cadang kendaraan, peralatan elektronik, serta layanan pemesanan mobil dan motor.

info selengkapnya bisa dilihat disini http://bit.ly/1lbv7iR