- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mochtar Riady: Bersedekah Itu Baik, tapi Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Indah


TS
mas.wowo
Mochtar Riady: Bersedekah Itu Baik, tapi Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Indah
http://www.beritasatu.com/ekonomi/20...bih-indah.html
Selasa, 05 Agustus 2014 | 13:35 Email
Mochtar Riady: Bersedekah Itu Baik, tapi Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Indah

Chairman Lippo Group Mochtar Riady (kiri) didampingi istri dan Presiden Lippo Group Theo L Sambuaga (ketiga dari kiri), menerima ucapan selamat dari pimpinan dan karyawan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Lippo Group pada halalbihalal Idul Fitri 1435 H yang diselenggarakan di Gedung Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (5/8). (Suara Pembaruan/Ruht Semiono) (sumber: Suara Pembaruan)
Tangerang - "Bersedekah ke orang itu baik. Tapi menciptakan lapangan kerja untuk memberi kehidupan yang lebih terhormat itu lebih indah dan lebih baik.Karena itu, terima kasih kepada kalian keluarga Lippo Group. Kalian telah bekerja keras menciptakan lapangan kerja," ujar Chairman Lippo Group Mochtar Riady dalam halalbihalal Idul Fitri 1435 H keluarga besar Lippo Group di Mochtar Riady Institute of Nanotechnology, Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (5/8).
Acara ini dihadiri CEO Lippo Group James Riady, Presiden Lippo Group Theo Sambuaga, Komisaris PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) Agum Gumelar, serta para eksekutif dan manajer perusahaan di bawah bendera Lippo.
Mochtar Riady menceritakan penggalan kisah hidupnya selama 20 tahun pertama--pada tahun 1929-1950--yang dia sebut sebagai periode pahit dan menderita.
Pada usia 8 tahun ibundanya meninggal. Dua tahun kemudian, Perang Dunia meletus dan Jepang menginvasi Indonesia. Kala itu, sang ayah ikut sebuah perkumpulan yang dituduh anti-Jepang. Sekitar 60 anggotanya ditangkap, termasuk ayah dan pamannya. Ketua perkumpulan itu akhirnya meregang nyawa di penjara.
"Jadi, pada usia 11 tahun saya adalah anak yang tidak memiliki ayah-ibu alias yatim piatu. Saya harus berdikari, cari makan sendiri. Tidak banyak orang yang punya pengalaman pahit seperti ini. Selama 20 tahun saya mengalami empat peperangan," tutur Mochtar.
Mochtar juga mengisahkan ketika kuliah di Nanjing University, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sekitar tahun 1949. Saat itu kondisi perang, yang menyebabkan mata uang lokal tidak berlaku. Transaksi hanya dilakukan lewat barter dengan beras. Hanya ada sekitar 20 orang yang bertahan di Universtas Nanjing, termasuk Mochtar.
"Ketika itu tiga hari saya tidak makan, hanya minum air. Perasaan ketika itu takut dan sedih. Tidak puya sanak famili. Betapa pahit sekali," kenangnya.
Tiba-tiba Mochtar berinisiatif menghubungi Kedutaan Besar Belanda di Nanjing, RRT. Dia menceritakan kisahnya sebagai orang Indonesia sekaligus meminta pertolongan untuk keluar dari kondisi tersebut. "Saya lalu dibantu dan dikirim ke Hong Kong," ungkapnya.
Penderitaan tidak makan tiga hari itu begitu membekas. "Saya tidak makan tiga hari saja menderita, maka kalau kaum Muslim mampu berpuasa 30 hari, itu hebat dan memiliki makna besar," kata Mochtar.
Dalam pandangan Mochtar, salah satu hikmah Idul Fitri untuk saling bermaafan dan saling mengasihi itu adalah sesuatu yang indah dan mulia.
Demikian pula soal bersedekah. Bagi dia, bersedekah ke orang itu baik, tetapi menciptakan lapangan kerja untuk memberi kehidupan yang lebih terhormat itu lebih indah.
Dia mengucapkan terima kasih kepada segenap karyawan Grup Lippo yang setiap tahun mampu menciptakan ribuan lapangan kerja.
"Anda telah bekerja keras. Melalui Rumah Sakit (RS) Siloam menyediakan fasilitas kesehatan. Kalian juga menyediakan fasiltas untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia. Tanpa kerja keras, tak mungkin semua itu terwujud. Tuhanlah yang akan memberkati kerja keras kalian," kata Mochtar Riady.
Investor Daily
Penulis: Hari Gunarto/WBP
Top
Like this 
Quote:
Selasa, 05 Agustus 2014 | 13:35 Email
Mochtar Riady: Bersedekah Itu Baik, tapi Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Indah
Chairman Lippo Group Mochtar Riady (kiri) didampingi istri dan Presiden Lippo Group Theo L Sambuaga (ketiga dari kiri), menerima ucapan selamat dari pimpinan dan karyawan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Lippo Group pada halalbihalal Idul Fitri 1435 H yang diselenggarakan di Gedung Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (5/8). (Suara Pembaruan/Ruht Semiono) (sumber: Suara Pembaruan)
Tangerang - "Bersedekah ke orang itu baik. Tapi menciptakan lapangan kerja untuk memberi kehidupan yang lebih terhormat itu lebih indah dan lebih baik.Karena itu, terima kasih kepada kalian keluarga Lippo Group. Kalian telah bekerja keras menciptakan lapangan kerja," ujar Chairman Lippo Group Mochtar Riady dalam halalbihalal Idul Fitri 1435 H keluarga besar Lippo Group di Mochtar Riady Institute of Nanotechnology, Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (5/8).
Acara ini dihadiri CEO Lippo Group James Riady, Presiden Lippo Group Theo Sambuaga, Komisaris PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) Agum Gumelar, serta para eksekutif dan manajer perusahaan di bawah bendera Lippo.
Mochtar Riady menceritakan penggalan kisah hidupnya selama 20 tahun pertama--pada tahun 1929-1950--yang dia sebut sebagai periode pahit dan menderita.
Pada usia 8 tahun ibundanya meninggal. Dua tahun kemudian, Perang Dunia meletus dan Jepang menginvasi Indonesia. Kala itu, sang ayah ikut sebuah perkumpulan yang dituduh anti-Jepang. Sekitar 60 anggotanya ditangkap, termasuk ayah dan pamannya. Ketua perkumpulan itu akhirnya meregang nyawa di penjara.
"Jadi, pada usia 11 tahun saya adalah anak yang tidak memiliki ayah-ibu alias yatim piatu. Saya harus berdikari, cari makan sendiri. Tidak banyak orang yang punya pengalaman pahit seperti ini. Selama 20 tahun saya mengalami empat peperangan," tutur Mochtar.
Mochtar juga mengisahkan ketika kuliah di Nanjing University, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sekitar tahun 1949. Saat itu kondisi perang, yang menyebabkan mata uang lokal tidak berlaku. Transaksi hanya dilakukan lewat barter dengan beras. Hanya ada sekitar 20 orang yang bertahan di Universtas Nanjing, termasuk Mochtar.
"Ketika itu tiga hari saya tidak makan, hanya minum air. Perasaan ketika itu takut dan sedih. Tidak puya sanak famili. Betapa pahit sekali," kenangnya.
Tiba-tiba Mochtar berinisiatif menghubungi Kedutaan Besar Belanda di Nanjing, RRT. Dia menceritakan kisahnya sebagai orang Indonesia sekaligus meminta pertolongan untuk keluar dari kondisi tersebut. "Saya lalu dibantu dan dikirim ke Hong Kong," ungkapnya.
Penderitaan tidak makan tiga hari itu begitu membekas. "Saya tidak makan tiga hari saja menderita, maka kalau kaum Muslim mampu berpuasa 30 hari, itu hebat dan memiliki makna besar," kata Mochtar.
Dalam pandangan Mochtar, salah satu hikmah Idul Fitri untuk saling bermaafan dan saling mengasihi itu adalah sesuatu yang indah dan mulia.
Demikian pula soal bersedekah. Bagi dia, bersedekah ke orang itu baik, tetapi menciptakan lapangan kerja untuk memberi kehidupan yang lebih terhormat itu lebih indah.
Dia mengucapkan terima kasih kepada segenap karyawan Grup Lippo yang setiap tahun mampu menciptakan ribuan lapangan kerja.
"Anda telah bekerja keras. Melalui Rumah Sakit (RS) Siloam menyediakan fasilitas kesehatan. Kalian juga menyediakan fasiltas untuk mencerdaskan anak-anak Indonesia. Tanpa kerja keras, tak mungkin semua itu terwujud. Tuhanlah yang akan memberkati kerja keras kalian," kata Mochtar Riady.
Investor Daily
Penulis: Hari Gunarto/WBP
Top


0
1.6K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan