- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Aku Mencintaimu Kristianiku


TS
imnewbies
Aku Mencintaimu Kristianiku
Beberapa Hari yang lalu, ketika 3 jam beberapa menit menuju senja, ku lihat engkau duduk di bangku sebelah utara, di taman yang lumayan luas ini kulihat kau duduk sendiri , sesekali kau mengangkat sebuah benda ditanganmu, aku terpaku melihatmu...
entah karena kulihat ketenanganmu dalam duduk khusyumu itu, atau karna kecantikan wajahmu yang dihiasi rambut yang tergerai diterpa semilir angin nan sejuk, yang pasti aku pun berangkat dari tempat duduk ku mencoba menghampirimu
kau menoleh ke arahku setelah mendengar suara tapak kaki ku, kemudian tersenyum dan melanjutkan kesibukanmu dalam kekhusyuanmu, dengan sebuah benda yang ternyata sebuah kamera, aku tau setelah aku lumayan dekat denganmu
kembali kau berhenti dari kesibukanmu itu, kali ini kau menaruh benda itu di sampingmu , kemudian kau menyapaku sebelum aku sempat menyapa
kita pun larut dalam obrolan klasik, sama seperti kedua insan yang berkenalan di belahan dunia manapun, kini ku tahu namamu dan kau pun sebaliknya, obrolan kita terhenti ketika kau melirik jam tangan mungil berwarna silver ditangan kiri mu, kau harus pamit karna senja semakin hilang ditelan gelap, ku kira ini adalah kali pertama dan terakhir kita bertemu, namun tanpa ku sangka kau meminta telpon genggamku dan menuliskan nomor mu di dalamnya, kemudian pamit dan meninggalkan seberkas senyum yang indah itu
hari-hari pun berlalu, dunia ini memang aneh, ada yang datang untuk kemudian pergi, ada yang pergi untuk kembali, ada pula yang pergi untuk selamanya, namun kau sepertinya tidak ada dalam golongan itu, ku harap kau datang untuk selamanya disini,
hari pun berganti bulan, 3 bulan sudah kita menjalin pertemanan yang indah diatas sebuah perbedaan, beberapa kali kau memintaku mengantarkanmu untuk pergi ke gereja di dekat rumahmu untuk menjalankan kewajibanmu, aku sangat bahagia melakukannya meski aku harus menunggumu disebuah warung di depan gereja itu, tak jarang pula kau harus sabar menunggu ku berhenti di sebuah masjid ketika lantunan adzan berkumandang disaat kita jalan-jalan berkeliling sore bersama
beberapa bulan kemudian kita selalu bersama, kebersamaan ini tak pernah kita lewatkan dengan kesedihan, selalu ceria dalam perbedaan, ada sesuatu yang menggelitik didalam hatiku, ku rasa aku mencintaimu, dengan bergetar hati aku mencoba mengungkapkannya, sementara kau terdiam dalam tundukmu, aku tau ada sedikit rasa tidak yakin dalam hatimu,
sungguh kau tau, Jika tuhan tidak menghendaki perbedaan maka Dia akan menciptakan bumi yang satu, tidak ada negara, tidak ada orang yang berwarna kulit beda, bahkan mungkin hanya ada satu agama, tapi semua ini Dia lakukan, berarti memang Dia menghendaki Perbedaan bukan ? perbedaan itu kehendak-Nya
kemudian kau mengangkat kepalamu , dengan senyum dan linangan air mata yang kemudian pecah membasahi pipimu, dengan suara bergetar kau bilang "aku pun mencintaimu"
....suatu sore dengan lembayung senja yang indah, saat aku duduk diberanda sambil menikmati teh manis kesukaan ku, telpon ku mengalunkan nada pemberitahuan bahwa ada panggilan masuk, kulihat namamu tertera disana, alangkah bahagianya aku hanya melihat namamu, tanpa basa basi aku mengangkatnya, "assalamualaikum" katamu dari ujung sana, sungguh kau perempuan yang sangat indah di mataku, dan sungguh kau mungkin terlihat lebih indah di mata Tuhan, kau selalu menghormatiku dengan mengucapkan salam setiap kali menelponku atau bertemu denganku
aku pun menjawab salam mu seperti biasa, namun setelah itu kau terdiam, hening beberapa detik ku coba menyapamu, namun kau malah terisak , ku tanya kenapa tapi kau masih khusyu dalam isakanmu itu, dengan suara serak kau bilang bahwa kau akan pergi dari kota ini dan kau bilang harus mengakhiri semua ini karna kau tidak mungkin bisa menjalin cinta dalam jarak jauh , seperti ada es yang meliuk liuk dalam ulu hati ku, aku tidak percaya sebenarnya, namun kau terus terisak dalam telepon, membuat dinding tidak kepercayaanku roboh dan hancur bersama hatiku
setelah peristiwa itu, taukah kamu hari hari ku amat sepi, tak ada hiasan senyuman yang tempo hari menghiasi hidupku, tak adalagi canda dan tawa indah yang selalu terngiang dalam telingaku, hariku sepi, hingga rasa rindu yang kian membesar ini membuatku malas dan gampang sekali marah, bertahun tahun aku menyimpan rasa yang bergejolak bahkan sesekali menyiksaku ini, aku pun memandang kalung salib pemberianmu waktu itu sebelum peristiwa ini terjadi, kau bilang genggamlah kalung itu maka sama saja aku memelukmu, bodoh! kau pikir ini sinetron ? tapi kucoba mendekati kalung yang ku gantung dekat cermin, memegang dan menggenggamnya, namun hatiku malah sakit! aku merindukanmu kristianiku! tangisku pecah membasahi telapak tangan dan kalung itu,
mencoba melupakanmu, tapi kau tau kan semakin kita ingin melupakan sesuatu, maka saat itu juga kita malah mengingatnya
di sabtu siang, aku pergi dengan mobilku, menuju taman tempat kita pertama kali bertemu dahulu, memandangi bangku tempat kau duduk khusyu dengan kameramu, berharap kau datang dengan raut wajah yang sama, bahkan seberkas memori ku mengingatmu, kulihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan sedang duduk disana, mengobrol hingga larut senja, kemudian sang perempuan meminta untuk pamit namun lebih dulu meminta telpon genggam sang pria kemudian menulis nomornya dan pergi meninggalkan senyuman kemudian, kedua makhluk itu hilang bersama udara, aku sadar ini hanya imajinasiku dan nyatanya kau tak ada! kau sudah benar benar pergi ! kenapa ?
dihari berikutnya aku kembali ke taman itu, ya! aku masih mencarimu wahai kristianiku, aku merindukanmu sangat merindukanmu, sesampainya disana, kali ini kulihat dua sejoli sedang duduk berdua, dibangku yang sama di utara taman ini, sambil memperhatikan seorang balita yang sedang bermain bola di rumput hijau nan indah, ini bukan imajinasiku lagi, sang pria merangkulnya dengan sangat erat, kupikir mereka adalah sepasang suami istri, ku melihat tas sang wanita yang ditaruh di sampingnya, terjatuh karna tersenggol oleh tangannya sendiri, kemudian diapun menunduk dan mengambilnya, apa yang ku lihat sungguh membuat hatiku terasa sakit, kulihat benda yang keluar menggantung disela lehernya, sebuah benda yang sampai saat ini masih ku ingat dan menempel di memoriku, sebuah kalung bertali perak, dengan liontin merahmuda yang kuberikan pada seorang wanita yang aku cintai saat itu, beberapa detik kami saling pandang, dan segera dia bangun tanpa ada reaksi apapun, ku pikir dia hanya mirip saja, aku berusaha yakin kalau itu bukan dia, meskipun sudut hatiku yang lain bicara berbeda
awalnya aku ingin menghampirinya, tapi aku tidak mau suaminya berpikir berbeda, aku pun pergi meninggalkan taman ini tanpa apapun yang ku bawa pulang, kecuali rasa sakit yang kian bertambah
sesampainya di rumah, aku pun merebahkan diri, mencoba menenangngkan hati yang kian meronta karna kelelahan, sampai dering sms membuatku kembali duduk dan membacanya, nomor yang tak ada dalam kontakku,
"assalamualaikum...
maafkan aku, aku sudah mencoba berbicara dan memohon kepada kedua orang tuaku, mereka tidak setuju jika kita menjalin hubungan, kita berbeda! aku benci jika menyadari hal ini,
akhirnya sore itu aku bertekad untuk membohongimu, aku bilang aku akan pergi, tidak! saat itu adalah satu jam sebelum lelaki pilihan ayahku datang melamarku, aku menangis tak henti saat itu, tapi aku tak bisa apa apa meskipun aku kabur saat itu dan lari mendatangimu, aku yakin kita tidak akan bahagia tanpa restunya
aku sangat menyesal, aku sangat mencintaimu, aku benci perbedaan ini, siang tadi aku tak menyangka sama sekali, kau duduk di tempatmu sambil menatapku, ingin rasanya aku berlari untuk memelukmu dan meledakkan semua kerinduanku, tapi aku sadar aku telah bersuami, dan aku mencintainya, akupun segera berpaling tanpa ekspresi meskipun jantungku berdegup kencang dan hatiku teramat sakit, maafkan aku... aku sungguh sangat mencintaimu
******
"
ada nama yang tak asing di akhir pesan itu, ya dialah wanita yang aku cintai, yang selama ini hilang dan selalu ku cari, air mataku kembali meledak, karna mungkin kecintaanku terhadapnya begitu besar, akupun mencoba memahaminya dan melupakannya, bukan melupakan dirinya hanya saja melupakan ternyata perbedaan bisa membuat cinta berhenti berjalan,
kini seorang wanita berhijab ada di sampingku, dirumah sederhana kami bersama dua malaikat kecil yang sangat aku cintai, ya! aku mencintai mereka, sangat mencintai mereka
aku gemar berdo'a dan bercerita kepada tuhan tentang kita, dalam persepsiku, Tuhan ikut bahagia.
walau kita menyebutnya dengan nama berbeda, kurasa apa yang kita sebut agama ini membuat kita benar benar terasa berbeda, seharusnya agama tidak mengkotak-kotakkan seperti ini.. Tuhan tetap satu, hanya cara menyembahnya saja yang berbeda, mereka menertawakan dua insan yang berbeda selalu melakukan hal bersama berdua,aku yakin perbedaan bukan alasan untuk saling mengasihi, keyakinan itu bisa datang bila terbiasa dengan memahami apa yang di yakini,seharusnya perbedaan agama bukanlah suatu alasan bagi orang untuk menyatukan perasaanya kepada orang yang dikasihi, kemana aku harus menemui Tuhan mu ? biar Dia tau, aku cinta salah satu Umat-Nya, sekarang aku berfikir jangan pernah menyalahkan Agama, Cinta, apalagi Tuhan
yang aku tahu perbedaan ada karna Tuhan menghendakinya, supaya kita lebih logis dan dewasa, terkadang memang cinta terbentur tembok perbedaan agama, tapi ironisnya semua agama mengajarkan kasih dan cinta,
aku mencintaimu kristianiku....
entah karena kulihat ketenanganmu dalam duduk khusyumu itu, atau karna kecantikan wajahmu yang dihiasi rambut yang tergerai diterpa semilir angin nan sejuk, yang pasti aku pun berangkat dari tempat duduk ku mencoba menghampirimu
kau menoleh ke arahku setelah mendengar suara tapak kaki ku, kemudian tersenyum dan melanjutkan kesibukanmu dalam kekhusyuanmu, dengan sebuah benda yang ternyata sebuah kamera, aku tau setelah aku lumayan dekat denganmu
kembali kau berhenti dari kesibukanmu itu, kali ini kau menaruh benda itu di sampingmu , kemudian kau menyapaku sebelum aku sempat menyapa
kita pun larut dalam obrolan klasik, sama seperti kedua insan yang berkenalan di belahan dunia manapun, kini ku tahu namamu dan kau pun sebaliknya, obrolan kita terhenti ketika kau melirik jam tangan mungil berwarna silver ditangan kiri mu, kau harus pamit karna senja semakin hilang ditelan gelap, ku kira ini adalah kali pertama dan terakhir kita bertemu, namun tanpa ku sangka kau meminta telpon genggamku dan menuliskan nomor mu di dalamnya, kemudian pamit dan meninggalkan seberkas senyum yang indah itu
hari-hari pun berlalu, dunia ini memang aneh, ada yang datang untuk kemudian pergi, ada yang pergi untuk kembali, ada pula yang pergi untuk selamanya, namun kau sepertinya tidak ada dalam golongan itu, ku harap kau datang untuk selamanya disini,
hari pun berganti bulan, 3 bulan sudah kita menjalin pertemanan yang indah diatas sebuah perbedaan, beberapa kali kau memintaku mengantarkanmu untuk pergi ke gereja di dekat rumahmu untuk menjalankan kewajibanmu, aku sangat bahagia melakukannya meski aku harus menunggumu disebuah warung di depan gereja itu, tak jarang pula kau harus sabar menunggu ku berhenti di sebuah masjid ketika lantunan adzan berkumandang disaat kita jalan-jalan berkeliling sore bersama
beberapa bulan kemudian kita selalu bersama, kebersamaan ini tak pernah kita lewatkan dengan kesedihan, selalu ceria dalam perbedaan, ada sesuatu yang menggelitik didalam hatiku, ku rasa aku mencintaimu, dengan bergetar hati aku mencoba mengungkapkannya, sementara kau terdiam dalam tundukmu, aku tau ada sedikit rasa tidak yakin dalam hatimu,
sungguh kau tau, Jika tuhan tidak menghendaki perbedaan maka Dia akan menciptakan bumi yang satu, tidak ada negara, tidak ada orang yang berwarna kulit beda, bahkan mungkin hanya ada satu agama, tapi semua ini Dia lakukan, berarti memang Dia menghendaki Perbedaan bukan ? perbedaan itu kehendak-Nya
kemudian kau mengangkat kepalamu , dengan senyum dan linangan air mata yang kemudian pecah membasahi pipimu, dengan suara bergetar kau bilang "aku pun mencintaimu"
....suatu sore dengan lembayung senja yang indah, saat aku duduk diberanda sambil menikmati teh manis kesukaan ku, telpon ku mengalunkan nada pemberitahuan bahwa ada panggilan masuk, kulihat namamu tertera disana, alangkah bahagianya aku hanya melihat namamu, tanpa basa basi aku mengangkatnya, "assalamualaikum" katamu dari ujung sana, sungguh kau perempuan yang sangat indah di mataku, dan sungguh kau mungkin terlihat lebih indah di mata Tuhan, kau selalu menghormatiku dengan mengucapkan salam setiap kali menelponku atau bertemu denganku
aku pun menjawab salam mu seperti biasa, namun setelah itu kau terdiam, hening beberapa detik ku coba menyapamu, namun kau malah terisak , ku tanya kenapa tapi kau masih khusyu dalam isakanmu itu, dengan suara serak kau bilang bahwa kau akan pergi dari kota ini dan kau bilang harus mengakhiri semua ini karna kau tidak mungkin bisa menjalin cinta dalam jarak jauh , seperti ada es yang meliuk liuk dalam ulu hati ku, aku tidak percaya sebenarnya, namun kau terus terisak dalam telepon, membuat dinding tidak kepercayaanku roboh dan hancur bersama hatiku
setelah peristiwa itu, taukah kamu hari hari ku amat sepi, tak ada hiasan senyuman yang tempo hari menghiasi hidupku, tak adalagi canda dan tawa indah yang selalu terngiang dalam telingaku, hariku sepi, hingga rasa rindu yang kian membesar ini membuatku malas dan gampang sekali marah, bertahun tahun aku menyimpan rasa yang bergejolak bahkan sesekali menyiksaku ini, aku pun memandang kalung salib pemberianmu waktu itu sebelum peristiwa ini terjadi, kau bilang genggamlah kalung itu maka sama saja aku memelukmu, bodoh! kau pikir ini sinetron ? tapi kucoba mendekati kalung yang ku gantung dekat cermin, memegang dan menggenggamnya, namun hatiku malah sakit! aku merindukanmu kristianiku! tangisku pecah membasahi telapak tangan dan kalung itu,
mencoba melupakanmu, tapi kau tau kan semakin kita ingin melupakan sesuatu, maka saat itu juga kita malah mengingatnya
di sabtu siang, aku pergi dengan mobilku, menuju taman tempat kita pertama kali bertemu dahulu, memandangi bangku tempat kau duduk khusyu dengan kameramu, berharap kau datang dengan raut wajah yang sama, bahkan seberkas memori ku mengingatmu, kulihat ada seorang lelaki dan seorang perempuan sedang duduk disana, mengobrol hingga larut senja, kemudian sang perempuan meminta untuk pamit namun lebih dulu meminta telpon genggam sang pria kemudian menulis nomornya dan pergi meninggalkan senyuman kemudian, kedua makhluk itu hilang bersama udara, aku sadar ini hanya imajinasiku dan nyatanya kau tak ada! kau sudah benar benar pergi ! kenapa ?
dihari berikutnya aku kembali ke taman itu, ya! aku masih mencarimu wahai kristianiku, aku merindukanmu sangat merindukanmu, sesampainya disana, kali ini kulihat dua sejoli sedang duduk berdua, dibangku yang sama di utara taman ini, sambil memperhatikan seorang balita yang sedang bermain bola di rumput hijau nan indah, ini bukan imajinasiku lagi, sang pria merangkulnya dengan sangat erat, kupikir mereka adalah sepasang suami istri, ku melihat tas sang wanita yang ditaruh di sampingnya, terjatuh karna tersenggol oleh tangannya sendiri, kemudian diapun menunduk dan mengambilnya, apa yang ku lihat sungguh membuat hatiku terasa sakit, kulihat benda yang keluar menggantung disela lehernya, sebuah benda yang sampai saat ini masih ku ingat dan menempel di memoriku, sebuah kalung bertali perak, dengan liontin merahmuda yang kuberikan pada seorang wanita yang aku cintai saat itu, beberapa detik kami saling pandang, dan segera dia bangun tanpa ada reaksi apapun, ku pikir dia hanya mirip saja, aku berusaha yakin kalau itu bukan dia, meskipun sudut hatiku yang lain bicara berbeda
awalnya aku ingin menghampirinya, tapi aku tidak mau suaminya berpikir berbeda, aku pun pergi meninggalkan taman ini tanpa apapun yang ku bawa pulang, kecuali rasa sakit yang kian bertambah
sesampainya di rumah, aku pun merebahkan diri, mencoba menenangngkan hati yang kian meronta karna kelelahan, sampai dering sms membuatku kembali duduk dan membacanya, nomor yang tak ada dalam kontakku,
"assalamualaikum...
maafkan aku, aku sudah mencoba berbicara dan memohon kepada kedua orang tuaku, mereka tidak setuju jika kita menjalin hubungan, kita berbeda! aku benci jika menyadari hal ini,
akhirnya sore itu aku bertekad untuk membohongimu, aku bilang aku akan pergi, tidak! saat itu adalah satu jam sebelum lelaki pilihan ayahku datang melamarku, aku menangis tak henti saat itu, tapi aku tak bisa apa apa meskipun aku kabur saat itu dan lari mendatangimu, aku yakin kita tidak akan bahagia tanpa restunya
aku sangat menyesal, aku sangat mencintaimu, aku benci perbedaan ini, siang tadi aku tak menyangka sama sekali, kau duduk di tempatmu sambil menatapku, ingin rasanya aku berlari untuk memelukmu dan meledakkan semua kerinduanku, tapi aku sadar aku telah bersuami, dan aku mencintainya, akupun segera berpaling tanpa ekspresi meskipun jantungku berdegup kencang dan hatiku teramat sakit, maafkan aku... aku sungguh sangat mencintaimu
******
"
ada nama yang tak asing di akhir pesan itu, ya dialah wanita yang aku cintai, yang selama ini hilang dan selalu ku cari, air mataku kembali meledak, karna mungkin kecintaanku terhadapnya begitu besar, akupun mencoba memahaminya dan melupakannya, bukan melupakan dirinya hanya saja melupakan ternyata perbedaan bisa membuat cinta berhenti berjalan,
kini seorang wanita berhijab ada di sampingku, dirumah sederhana kami bersama dua malaikat kecil yang sangat aku cintai, ya! aku mencintai mereka, sangat mencintai mereka
aku gemar berdo'a dan bercerita kepada tuhan tentang kita, dalam persepsiku, Tuhan ikut bahagia.
walau kita menyebutnya dengan nama berbeda, kurasa apa yang kita sebut agama ini membuat kita benar benar terasa berbeda, seharusnya agama tidak mengkotak-kotakkan seperti ini.. Tuhan tetap satu, hanya cara menyembahnya saja yang berbeda, mereka menertawakan dua insan yang berbeda selalu melakukan hal bersama berdua,aku yakin perbedaan bukan alasan untuk saling mengasihi, keyakinan itu bisa datang bila terbiasa dengan memahami apa yang di yakini,seharusnya perbedaan agama bukanlah suatu alasan bagi orang untuk menyatukan perasaanya kepada orang yang dikasihi, kemana aku harus menemui Tuhan mu ? biar Dia tau, aku cinta salah satu Umat-Nya, sekarang aku berfikir jangan pernah menyalahkan Agama, Cinta, apalagi Tuhan
yang aku tahu perbedaan ada karna Tuhan menghendakinya, supaya kita lebih logis dan dewasa, terkadang memang cinta terbentur tembok perbedaan agama, tapi ironisnya semua agama mengajarkan kasih dan cinta,
aku mencintaimu kristianiku....
Fayyaz Idris Aldaanish
minggu senja di Pelukan-Nya
minggu senja di Pelukan-Nya


anasabila memberi reputasi
1
1.6K
6
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan