Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ibnusyuhadap3Avatar border
TS
ibnusyuhadap3
Akhlak, Nasionalisme, Pengetahuan
Banyak orang tua yang mengorbankan anaknya.

Mengapa demikian?
Karena bangga-banggaan.

Saya seorang orang tua, saya juga seorang pengajar. Tapi saya tidak akan memasukkan anak saya ke PAUD bahkan TK. Bahkan, seandainya saja pendidikan di dunia ini tidak sistem estafet. Saya tidak akan pernah menyekolahkan anak saya.

Mungkin terdengar tidak peduli dengan anak. Tapi justru sebaliknya.

Mengapa demikian?
Banyak orang tua dewasa ini berbondong-bondong memasukkan anaknya ke PAUD, TK, SD Favorit, SMP/SMA/ Universitas Favorit. Apa sebab? karena unsur kebanggaan. Pengalaman yang saya lihat banyak anak akhirnya tidak naik kelas, kesulitan belajar, dan lain sebagainya karena tidak mampu mengimbangi gempuran pengetahuan yang membabi buta.

Loh koq membabi buta?
Sejatinya, PAUD dan TK tidak diajarkan membaca dan menulis, bahkan berhitung. Mereka sejatinya diajarkan mengenal warna, melatih otot motorik, mengenal huruf, yang juga sejatinya harus disampaikan melalui aktifitas sosial (bermain). Mengenal huruf dan warna pun harus ada aturan mainnya. Tidak boleh secara langsung. Harus ada sebuah sandaran.

Kemudian, pengetahuan yang diajarkan disekolah pun (spesial Indonesia) tidak berkembang bahkan mungkin sudah puluhan. Sehingga anak tidak berkembang. Mereka hanya diajarkan pengetahuan baru (walaupun sebenarnya sudah usang), yang harus ikuti.

Sejatinya, disekolah, diajarkan berkembang. Kalau saja pengetahuan yang mereka dapatkan hanya itu-itu saja. Yang ada anak-anak tidak berkembang. Dan kebudayaan manusia tidak berkembang. Jadi saya balik bertanya, SIAPA SESUNGGUNYA YANG MENYEBABKAN KETERHAMBATAN KEMAJUAN PERADABAN MANUSIA?

Bahkan dalam hal pelajaran Agama juga tidak berkembang. Coba perhatikan, pelajaran yang seharusnya membentuk karakter manusia bermoral memiliki sistem pelajaran yang itu-itu saja. Sejatinya, agama itu menyebabkan akhlak positif bergerak tumbuh pada para penganutnya, BUKAN HAFALAN.

Bagi saya, Alam ini lah yang menjadi Guru. Menjadi sekolah sesungguhnya. Tapi bukan itu adalah mendirikan Sekolah Alam. Keliru. Seorang guru harus mampu membimbing muridnya mengerti alam ini. Bahasa Alam Ini.

Yang lebih pahit lagi, pendidikan di negeri ini sudah berada diujung tanduk hilang tujuan. Semua harus punya tujuan.

Apa tujuan anak-anak negeri ini sekolah?
NEGERINYA. Agar ia tidak kesasar ke negeri lain. Membangun negeri lain, karena mereka berpotensi, dan membiarkan negerinya terus tertidur, lalu setelah pensiun entah apa yang terjadi padanya. Negeri tanah kelahirannya, dimana ia pernah dilahirkan, dibesarkan, mencari makan, bahkan buang kotoran, lupa blas. Sebab apa?

Sebab apa mereka demikian?
SEBAB PERTAMA-TAMA DALAM MEMBANGUN BANGSA ADALAH MEMBANGUN JIWA NASIONALISME. JIWA CINTA TANAH AIR, dan itu kurang tertanam di negeri ini LAGI.

Apa yang ada sekarang ini?
Banyak sekali orang-orang di negeri ini yang sudah berpendidikan tinggi. TAPI APAKAH MEREKA MEMILIKI AKHLAK DAN NASIONALISME YANG TINGGI?

MAKA HARGA MUTLAK DIPENDIDIKAN FONDASI ITU: AKHLAK, NASIONALISME DAN PENGETAHUAN.

Bagi siapapun yang membaca tulisan ini jangan tersinggung. Karena ini bukan untuk menyinggung, namun, bagi kita seorang orang tua, kakak, atau saudara, maka kita harus menambal kekurangan yang ada di sekolah itu tanpa tunggu dari pihak lain.
0
1.1K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan