Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

giilllaangAvatar border
TS
giilllaang
Gandhi-Martin Luther-Mandela = Prabowo?
KEPUTUSAN Mahkamah Konstitusi (MK) menyangkut gugatan tim Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang menolak hasil perhitungan suara Pilpres 2014 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) – diperkirakan akan diputuskan 21 Agustus 2014 – seharusnya sudah final, alias tidak ada lagi keberatan dari pihak mana pun, apalagi protes.

Namun, menyimak tayangan video yang diunggah Prabowo Subianto di Youtube tanggal 25 Juli 2014 yang diberi judul “Pesan Video Prabowo Subianto”, tampaknya perkara ketidaksiapan kalah bertanding bakal berlanjut.

Episode “Protes Pilpres” ini tentu akan berlanjut jika MK memutuskan memenangkan KPU yang telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden periode 2014-2019.

Pasalnya, dalam video berdurasi 23 menit itu, Prabowo akan tetap menempuh jalan apa pun, sebab ia merasa proses pilpres tempo hari penuh dengan kecurangan, dan pihak yang melakukan kecurangan adalah KPU yang dituduh Prabowo pro dengan Jokowi-Jusuf Kalla.

Prabowo mengklaim pihaknya berada di jalan yang benar dan pihak yang dizolimi. “Kebenaran tidak bisa dikalahkan. Kita tidak boleh menyerah kepada kecurangan dan kezoliman,” katanya dalam video itu. Ia juga mengungkapkan bahwa dirinya sebagai tipe manusia yang sulit menyerah.

Prabowo melalui tayangan itu juga mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis dan masuk dalam katagori negara gagal, karena pejabatnya bermental korup dan bisa dibeli dengan uang, termasuk orang-orang KPU dan KPUD.

Indonesia, masih menurut Prabowo, adalah negeri yang penuh dengan kejanggalan, sebab kekayaan yang dimiliki mengalir ke negara-negara lain. “Saya berjuang untuk mengatasi masalah ini,” begitu antara lain pernyataan Prabowo.

Menjelang akhir pidatonya, Prabowo mengajak para pendukungnya untuk menyusun kekuatan: 5 orang demi 5 orang. Dia minta agar kekuatan itu diatur sedemikian rupa hingga menunggu pengumuman darinya bagaimana bentuk perjuangannya kelak. “Kita mau jadi ksatria atau kacung,” katanya.

Prabowo juga menyebut bahwa ia punya kekuatan di sosial media (Facebook) yang jumlah anggotanya telah mencapai 8.000.000 orang. Sampai sedemikian jauh saya tidak tahu apakah jumlah itu riil (pengguna akun FB sukarela me-LIKE Prabowo) atau karena bantuan “mesin” yang harganya miliaran rupiah. Mesin ini secara otomatis akan memberikan “LIKE” ke akun Prabowo, sehingga jangan heran kalau tempo hari banyak pemilik akun Facebook yang protes: “Saya tidak nge-LIKE Prabowo, tahu-tahu nama saya kok terdaftar sebagai orang yang me-LIKE Prabowo?”

Okelah, saya berasumsi 8.000.000 pengikut Prabowo di Facebook benar-benar riil, dan karenanya pantas jika dalam tayangan videonya, Prabowo mengajak mereka untuk berjuang sampai titik darah penghabisan. Saya tidak berani memastikan, ini murni imbauan atau ancaman kepada 9 hakim MK yang tanggal 6 Agustus nanti akan mulai memeriksa berkas gugatan Prabowo kepada KPU.

Sebelumnya Prabowo mengungkapkan bahwa dalam rangka membela kebenaran, ia akan menggunakan gerakan yang disebutnya sebagai “Satyagraha”.

Satyagraha adalah sebutan untuk gerakan perlawanan rakyat sipil untuk memprotes monopoli garam yang diberlakukan pemerintah Inggris di India. Gerakan Satyagraha dipimpin oleh Mahatma Gandhi dengan alasan bahwa garam merupakan kebutuhan vital bangsa India. Aturan monopoli garam yang ditetapkan Inggris berisi larangan untuk mengumpulkan atau menjual garam dan paksaan untuk membeli garam kepada Inggris dengan pajak yang tinggi. Gerakan ini segera meluas ke seluruh India.

Gara-gara gerakan itu, tentara Inggris turun tangan menghadapi perlawanan rakyat India dan menahan 60.000 orang, termasuk Gandhi. Meskipun begitu, gerakan Satyagraha terus berlangsung, sampai akhirnya Gandhi dibebaskan dan bersedia menghentikan gerakan itu dengan kompensasi dibukanya dialog untuk menentukan masa depan India.

Selain menyebut nama Mahatma Gandhi, Prabowo dalam tanyangan itu juga menyebut nama Martin Luther King (AS) dan Nelson Mandela (Afrika Selatan) sebagai sosok yang layak diteladani dalam upaya memperjuangkan kebenaran.

Menurut saya, Prabowo terlalu berlebihan jika perjuangannya dalam upaya memenangi presiden ke-7 RI disamakan dengan perjuangan ketiga pahlawan kelas dunia di atas.

Mahatma Gandhi berhadapan dengan penjajah (Inggris) yang jelas-jelas mengangkangi rakyat India. Dalam berjuang, Gandhi tidak pernah emosional, bahkan melakukan aksi puasa bicara. Gandhi tidak mengejar kekuasaan, tapi memperjuangkan kemerdekaan demi kesejahteraan rakyat India. Gandhi meninggalkan dunia ini tidak membawa apa-apa, kecuali kacamata, jubah dan terompah (sandal jepit).

Martin Luther King adalah pejuang hak asasi manusia di Amerika Serikat. Ia seorang pendeta Gereja Baptis Montgomery, Alabama yang berjuang melawan diskriminasi rasial. Pada tahun 1963, King memimpin demonstrasi pemboikotan bus di Birmingham.

Pemboikotan itu, sebagaimana terinfokan di Wikipedia, dilakukannya tanpa menggunakan kekerasan. Ia mengikuti prinsip-prinsip Mahatma Gandhi yang melakukan perlawanan dengan menghindari kekerasan. Untuk beberapa tahun, ia membuat kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-angsur orang-orang kulit hitam muda menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima antikekerasannya. Sebaliknya, King tidak pernah berhenti dan meluaskan programnya berdasarkan kasih. Ia akhirnya tewas dibunuh di Memphis, Tennessee pada tahun 1968.

Perjuangannya mengubah cara pandang orang Amerika terhadap orang kulit hitam. Terpilihnya Barack Obama sebagai presiden AS adalah hasil konkret perjuangan Martin Luther King puluhan tahun lalu.

Nelson Mandela juga pejuang hak asasi manusia. Puluhan tahun ia berjuang menghapus politik apartheid (perbedaan warna kulit) di Afrika Selatan. Ia juga berjuang tanpa kekerasan menerapkan ajaran Yesus “jika engkau ditempeleng pipi kiri berikanlah pipi kananmu.”

Puluhan tahun ia dipenjara dan dikucilkan di sebuah pulau. Para sipir sering menyiksa Mandela dengan cara menguburkan badannya di dalam tanah, yang tersisa hanya kepala. Sang sipir yang berkulit putih bertanya kepada Mandela: “Hauskah tuan?” Begitu Mandela menjawab “ya”, sang sipir pun (maaf) mengencingi wajah Mandela.

Begitu kemerdekaan menghampiri Afrika Selatan, Mandela pun dibebaskan. Lewat pemilu yang demokratis, ia terpilih menjadi presiden. Dendamkah Mandela? Tidak. Ia melakukan rekonsiliasi dan memaafkan rezim yang pernah menyiksa dan menzoliminya.

Sekaliber tiga tokoh itukah Prabowo? Siapakah yang dianggap musuh oleh Prabowo, bangsa asing atau bangsa sendiri? Adakah pihak yang melakukan penzoliman terhadap Prabowo? Kalau ada, berapa lama? Bukankah ia merasa dizolimi (ingat: merasa) beberapa jam sebelum penghitungan suara hasil pilpres oleh KPU berakhir? Sejak kapan Prabowo berjuang untuk melawan ketidakadilan? Lalu, apakah ketidakadilan itu memang ada? Apakah Prabowo merasa terjajah? Siapa sang penjajah?

Maaf, saya tidak punya wewenang untuk menjawabnya. Yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu hanya Bapak Prabowo dan para pendukungnya?

Saya hanya bisa menyarankan jika memang Prabowo merasa terjajah, tertindas dan tercurangi serta diperlakukan tidak adil, tunggu saja keputusan MK yang siapa tahu akan memenangkan KPU yang telah menetapkan wong “ndeso” Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden.

Prabowo dan para pendukungnya silakan tetapkan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemimpin rezim yang bakal dan telah menganiaya Anda. Jika ketetapan ini Anda deklarasikan, saya percaya Anda akan sekelas dengan Mahatma Gandhi, Martin Luther King dan Nelson Mandela. Itu pun dengan syarat jika memang seluruh rakyat berada di belakang Anda.
0
2.4K
24
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan