- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Inilah Asal Muasal Mudik serta Manfaat dan kerugianya


TS
irfandrocha
Inilah Asal Muasal Mudik serta Manfaat dan kerugianya

Tak terasa yah sekarang kita telah memasuki hari ke-28 Puasa (bagi yang merayakanya)

sungguh ramadhan berlalu bergitu cepat berakhir

Oh iya kira-kira Agan dan Aganwati sendiri bagaimana apa sudah pada mudik dan berada di kampung halamanya? 
ataukah justru memilih untuk tidak mudik atau pulang kampung?


Mari sejenak melihat manfaat kelebihan dan kelemahan tentang mudik

ataukah justru memilih untuk tidak mudik atau pulang kampung?



Quote:
sudah tahu kan apa itu arti mudik?Seperti apa yang termaktub dalam kamus mba Wiki, Mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja urban untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik berasal dari bahasa jawa "Mulih Dhisik" yang artinya pulang dulu. Senada dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, mudik juga artinya pulang ke kampung halaman. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran.
Mari sejenak melihat manfaat kelebihan dan kelemahan tentang mudik

Quote:
Quote:



Spoiler for :
Quote:
Sarana Silaturrahim Kepada Orang Tua dan Sanak Saudara
Manfaat yang pertama adalah sudah jelas, silaturrahim, terutama kepada orang tua. Apalagi jika kedua orang tua kita masih hidup, bersilaturrahim kepada mereka adalah suatu kewajiban. Namun pertanyaannnya adalah apakah silaturrahim ini hanya dilakukan pas lebaran saja? Tentunya tidak, silaturrahim bisa dilakukan kapan saja, namun karena mungkin lebaran adalah moment yang cocok untuk silaturrahim, maka betapa ribuan para pemudik rela untuk antri dan berdesakan mendapakan tiket angkutan. Alasannya adalah jelas, mereka ingin bersilaturrahim kepada orang tua dan sanak saudara lainnya. Seperti apa yang disabdakan Rosulullah bahwa barang siapa ingin dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturrahim.
Refreshing dari Rutinitas Kerja atau studi pendidikan di kota lain

Manfaat yang kedua dari mudik ini adalah tentunya berhenti sejenak dari rutinitas kerja, menghilangkan kepenatan dengan cara mudik pulang kerumah mempunyai nuansa tersendiri daripada pergi ke tempat-tempat rekreasi. Tak dipungkiri suasana kerja apalagi dibawah tekanan target tertentu adalah sangat membuat seseorang menjadi stress sehingga dengan mudik ini diharapkan menjadi penyemangat kerja setelah kembali nanti.


Quote:



Spoiler for :
Quote:
Rugi Biaya
Ini jelas, rugi biaya. Betapa tidak, dihari-hari biasa mislanya ongkos kendaraan seratus ribu bisa menjadi dua kali lipat menjadi dua ratus sampai dua ratus lima puluh ribu rupiah. Kenaikan Tuslag yang kadang tidak terkendali jelas sangat merugikan para pemudik. Namun karena terpaksa mereka dengan berat hati tetap harus merogoh kantong lebih dalam lagi hanya untuk mudik ini. Ongkos mahal tidak jadi masalah asal bisa pulang kampung saat lebaran. Sekalipun ketika kembali lagi terpaksa harus hutang sana-sini itu lain masalah hehe…
Kehilangan Momentum Akhir Ramadhan
Kerugian yang kedua menurut sudut pandang saya pribadi adalah kita akan kehilangan momentum di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Betapa tidak, sepuluh hari terakhir adalah moment yang paling krusial di saat Ramadhan. Bahkan Rosulllullah sendiri ketika akhir Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggangnya yang artinya semakin banyak beribadah dengan melaksanakan I’tikaf (berdiam di masjid) dengan meninggalkan segala urusan dunia. Kitapun dianjurkan demikian, semakin mengoptimalkan ibadah disaat sepuluh hari terkahir ini. Namun karena kegiatan mudik ini tentunya ibadah kita akan terganggu. I’tikaf di tinggalkan, tarawih juga mungkin masih dijalan yang mungkin bisa makan berhari-hari karena kemacetan dijalan.
Itulah beberapa manfaatdan kerugian saat mudik lebaran dilhat dari sudut pandang ane pribadi. Mungkin ada presepsi yang berbeda dari sobatKaskuser sedunia, monggo berbeda pendapat asal tidak memutuskan tali silaturrahim saja hehe….

TS pribadi sendiri gak mudik lebaran karena 4 tahun kemarin TS selalu mudik ke kampung



Komentar TS

kalau tujuan mudik kekampung hanya untuk ingin memamerkan kesuksesan kita secara berlebihan ingin menunjukan bahwa kita punya mobil punya banyak barang berharga seperti gadget mahal , pakaian dan sepatu baru kepada masyarakat sekitar sebaiknya janganlah







Darimanakah Asal Muasal Istilah Mudik? 





Dari mana kata "mudik" bermula. Bagaimana asal-usulnya? Sesekali, menarik juga memahami sebuah kata yang akhirnya menjadi budaya di negeri ini. Boleh jadi, satu-satunya tradisi unik yang dilakukan hampir seluruh orang dalam satu negara, sekaligus sebagai fenomena mengagumkan di mata dunia.
Setiap ahli punya opini sendiri tentang makna kata "mudik". Kita akan lihat bersama beberapa pandangan tersebut.
Quote:
Spoiler for :
Quote:
Quote:
Mudik, Inilah Asal Usul Tradisi Unik Khas Indonesia
Mudik dari Betawi?


Dalam pergaulan masyarakat Betawi terdapat kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi.
Kata "milir" merupakan turunan dari "belilir" yang berarti: pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak berada di wilayah Utara - lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna: Selatan.
Sehubungan dengan kata ini, pendapat lain mengungkapkan bahwa kaum urban di Sunda Kelapa sudah ada sejak abad pertengahan. Orang-orang dari luar Jawa mencari nafkah ke tempat ini, menetap dan pulang kembali ke kampungnya saat hari raya Idul Fitri tiba. Karena itulah, kata "mudik" dalam istilah Betawi juga mengartikan "menuju udik" (pulang kampung).
Mudik, budaya Agraris?
Ada pula pendapat mengatakan mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Mereka sudah mengenal tradisi ini bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.
Biasanya tujuan pulang kampung untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun.
Tradisi 'nyekar' masih terlihat hingga kini. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung masih banyak ditemukan di daerah Jawa.
Mudik ada sejak nenek moyang?
Bagaimana dengan pernyataan bahwa mudik telah ada sejak zaman nenek moyang? Beberapa ahli mengaitkan tradisi mudik ada, karena masyarakat Indonesia merupakan keturunan Melanesia yang berasal dari Yunan, Cina. Sebuah kaum yang dikenal sebagai pengembara. Mereka menyebar ke berbagai tempat untuk mencari sumber penghidupan.
Pada bulan-bulan yang dianggap baik, mereka akan mengunjungi keluarga di daerah asal. Biasanya mereka pulang untuk melakukan ritual kepercayaan atau keagamaan. Pada masa kerajaan Majapahit, kegiatan mudik menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga kerajaan. Sejak masuknya Islam, mudik dilakukan menjelang Lebaran.
Mudik dalam kajian bahasa Arab


Untuk menguatkan akar mudik berkaitan dengan tradisi islami, beredar pula argumen makna mudik dalam kajian ala timur-tengah.
Kata "mudik" seperti istilah arab untuk "badui" sebagai lawan kata "hadhory". Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman.
Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi”
Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka.
Mudik dari akar kata “ Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan “
Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.
Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang berarti “ yang merasakan atau mencicipi “
Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran.
Nah berikut ini TS akan menyajikan apa yang pernah ditulis oleh budayawan, sastrawan, guru besar Jakob Sumardjo. Buat kamu yang belum mengenalnya dan ingin berkenalan dengan tulisannya, coba dulu baca yang paling populer "Olenka". Ia juga populer sebagai kolumnis yang kerap dimuat di koran-koran nasional.
Quote:
Spoiler for :
Quote:
Kata "mudik" mengartikan "hulu".


Pada zaman pramodern hanya dikenal komunikasi sosial lewat sungai. Hampir semua hunian tua di Indonesia selalu berada di tepi sungai. Karena sungai merupakan sarana komunikasi dan transportasi yang vital, maka dikenal adanya istilah arah hulu dan hilir, mudik dan muara.
Pada waktu itu, kalau orang mengatakan mau mudik, jelas artinya mau pergi ke hulu. Dan kalau mau ke hilir, berarti mau ke arah muara. Orang yang menuju ke hulu dapat berarti “naik”, “munggah”, “pulang”, “ke hutan”, “ke kebun”, “ke bukit”, “ke kampung”. Sedangkan orang yang menuju ke hilir dapat berarti pergi, “keluar”, “ke pasar”, “merantau”, “kerja”.
Transportasi air di Sungai Brantas, Jawa Timur / cabiklunik.blogspot.com
Dengan demikian arah hulu lebih bermakna “perempuan” dan hilir bermakna “lelaki”. Perempuan adalah hulu adalah rumah adalah kampung halaman. Lelaki adalah hilir adalah luar adalah asing, atau rantau.
Dengan pola pikir yang demikian itu, munggah dan mudik maknanya sama, yakni kembali ke ibu, ke kampung halaman, ke nenek moyang, ke asal adanya, ya kembali ke fitrahnya. Begitulah kesadaran kolektif bangsa ini sejak zaman dahulu kala, yakni tidak pernah melupakan jati dirinya, asal usulnya, nenek moyangnya, kampung halaman tempat ia dilahirkan. Manusia Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, dalam hubungan munggah dan mudik ini, selalu ingat asal usulnya, indungnya, sangkan paran atau asal dan tujuan hidup ini.
Mengapa identik dengan Lebaran?
Di zaman purba Indonesia ada upacara setiap tahun yang bermakna manunggal dengan nenek moyang sebuah komunitas. Sisa-sisa upacara demikian masih lestari dalam bentuk bersih desa, ngalaksa, seren taun, ngarot dan banyak lagi.
Dalam upacara-upacara semacam itu dilakukan penyatuan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos dan arwah nenek moyang berupa mitos-mitos sebagai metakosmos.
Rangkaian upacaranya mulai dari mandi bersama (bersih badan), pantang dan puasa, ziarah kubur, seni pertunjukan yang mementaskan kisah mitologi nenek moyang pendiri wilayah, dan akhirnya makan bersama atau kenduri. Tempatnya bisa di tanah lapang, di balai desa, di leuwi, di mata air, di kuburan desa.
Dalam upacara-upacara tahunan semacam itulah seluruh penduduk kampung kumpul bersama, tua atau muda atau kanak-kanak.
Upacara menyatukan diri seluruh penduduk kampung dengan makrokosmos dan metakosmos ini, dapat bermakna sangkan-paran atau kembali menyatu dengan yang asal. Mereka sedang munggah atau mudik. Kembali ke indung asal kehidupan ini. Kembali ke Sang Pencipta dengan seluruh warga yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Ketika agama Islam dipeluk oleh bangsa Indonesia, maka sisa-sisa ritual primordial ini tidak dilenyapkan karena sudah merupakan bagian dari arketip budayanya. Kalau tidak melakukan, mereka merasa ada yang hilang dari bagian dirinya sebagai kelompok.
Padanan untuk itu adalah bulan puasa bagi umat Islam, atau puncaknya pada hari Lebaran. Tradisi manusia Indonesia untuk nyekar atau menebar bunga di kuburan nenek moyang, mandi bersama di pantai atau di sungai desa, mengirim makanan bagi sanak saudara, yang semua itu dilakukan sebelum bulan puasa, adalah inkulturisasi Islam terhadap budaya sebelumnya.
Sumber:
12[URL="https://www.google.co.id/search?q=asal+mula+budaya+mudik&client=firefox-a&hs=8c7&rls=org.mozilla:id



Quote:
THE LARGETS INDONESIAN COMUNITY







Diubah oleh irfandrocha 26-07-2014 06:20
0
2.6K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan