- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia


TS
wokif446
[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia
Mudik menjadi tradisi bangsa indonesia menjelang hari raya Idul Fitri. Beragam cara dilakukan untuk dapat bertemu dan bersilaturahmi dengan sanak famili di hari lebaran. Mulai dari pengunaan sepeda sampai mobil bak terbuka
Yuk Mari intip pemudik di indonesia
Yukkkk Mudikkk
Bajaj
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i59.tinypic.com/2ij6a9l.jpg)
Bajaj mudik dari Jakarta
Bajaj dari Jakarta Mudik ke Madiun
SEMARANG - Dua hari menjelang Lebaran Idul Fitri 1435 Hijriah, arus lalulintas dari Semarang menuju Yogyakarta atau Solo jutru relatif lancar. Kendaraan roda dua atau roda empat bisa dipacu melintas Banyumanik hingga Bawen, Semarang, dengan kecepatan sampai 60 kilometer per jam.
Di sepanjang jalan ini relatif tidak ada titik-titik kemacetan yang berarti. Sedikit konsentrasi kendaraan entah roda doa atau roda empat hanya terjadi di sejumlah perempatan jalan raya. Setiap lampu hijau menyala, antrean kendaraan terurai dengan sendirinya.
Banyak ragam gaya dari para pemudik. Di Ungaran, Semarang, Okezone menemukan Bajaj dari Jakarta turut meramaikan arus mudik tahun ini. "Mau ke Madiun, Jawa Timur," kata si pengemudi, Giana, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2014).
Giana, laki-laki berusia 44 tahun ini mengaku bertolak dari Pondok Bambu, Jakarta Utara, pukul 00.00 Jumat dini hari. Dia membawa serta istrinya, Uneri, dan ketiga anaknya, Regi, Nensen, dan Bento. "Yang pertama sudah SMK," kata Giana.
Hari ini diperkirakan merupakan puncak arus mudik Lebaran. Meski begitu, arus lalulintas menuju Solo atau Yogyakarta ramai namun, lancar.
Giana mengaku selama dalam perjalanan dirinya tidak terjebak macet yang berarti. "Macet di Karawang, Di Pantura sih enggak. Macet di Cimalaya keluar sampai Cikalong, Tegal sampai Cikamohang, comal lancar. Alhamdulillah," terang Giana.
Sumber
Yuk Mari intip pemudik di indonesia
Yukkkk Mudikkk
Quote:
Quote:
Sepeda
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i57.tinypic.com/mlnhi0.jpg)
Karena impitan ekonomi seorang warga Lampung Barat memilih mudik Lebaran menggunakan sepeda ontel. “Saya tidak memiliki cukup uang untuk mudik di kampung halaman. Walaupun masih di daerah Lampung, ongkos yang dikeluarkan pun tidak sedikit, sedangkan pendapatan saya minim,” kata Suwono, 33, di Sekincau, Minggu (20/9).
Dia mengatakan saat ini untuk mencari uang sangat sulit, apalagi dia harus menghidupi keluarganya yang ada di Kota Bumi, yang harus mengandalkan pendapatan dengan berjualan mainan anak.
“Dengan pendapatan yang minim ini, saya harus rela berpanas-panasan naik sepeda sampai di Kota Bumi untuk ikut merayakan Lebaran bersama keluarga. Sayang uang yang didapat untuk ongkos pulang. Lebih baik uang itu saya berikan kepada keluarga saya,” katanya.
Ekonomi yang serba sulit yang diikuti melambungnya harga sembako membuat masyarakat mengeluh, bahkan tak jarang sebagian dari masyarakat memilih mudik menggunakan kendaraan apa adanya untuk menekan pengeluaran.
Harga tarif angkutan Lebaran menjadi alasan yang pokok untuk masyarakat memilih pulang kampung menggunakan kendaraan seadanya. “Memang letih selalu mendera, karena saya harus menempuh perjalanan sampai 10 jam lebih, itu pun kalau tidak hujan, kalau turun hujan, perjalanan pun memakan waktu sampai 12 jam lebih,”
Dia berharap, agar perekonomiannya di tahun yang akan datang dapat semakin meningkat, agar dia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mudik menggunakan kendaraan yang layak tanpa harus berpanas-panasan.
Sementara itu pemudik lain, Aan setiawan, 41, mengatakan dirinya mudik juga menggunakan kendaraan seadanya, yakni menggunakan motor Vespa. “Sebenarnya saya ingin mudik menggunakan angkutan penumpang, akan tetapi tingginya biaya tarif membuat saya harus mudik menggunakan motor ini, walaupun di perjalanan menghadapi kendala pada mesin, tetapi saya menanggapi ini dengan santai, karena setiap perjalanan pasti ada kendala,” kata Aan.
Dia menambahkan, sebenarnya dia juga ingin seperti masyarakat lain yang hidupnya layak, bila mudik seperti sekarang ini, ekonomilah yang menentukan segalanya, sehingga saya harus mengikuti keadaan yang ada. (Media Indonesia)
Sumber
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i57.tinypic.com/mlnhi0.jpg)
Karena impitan ekonomi seorang warga Lampung Barat memilih mudik Lebaran menggunakan sepeda ontel. “Saya tidak memiliki cukup uang untuk mudik di kampung halaman. Walaupun masih di daerah Lampung, ongkos yang dikeluarkan pun tidak sedikit, sedangkan pendapatan saya minim,” kata Suwono, 33, di Sekincau, Minggu (20/9).
Dia mengatakan saat ini untuk mencari uang sangat sulit, apalagi dia harus menghidupi keluarganya yang ada di Kota Bumi, yang harus mengandalkan pendapatan dengan berjualan mainan anak.
“Dengan pendapatan yang minim ini, saya harus rela berpanas-panasan naik sepeda sampai di Kota Bumi untuk ikut merayakan Lebaran bersama keluarga. Sayang uang yang didapat untuk ongkos pulang. Lebih baik uang itu saya berikan kepada keluarga saya,” katanya.
Ekonomi yang serba sulit yang diikuti melambungnya harga sembako membuat masyarakat mengeluh, bahkan tak jarang sebagian dari masyarakat memilih mudik menggunakan kendaraan apa adanya untuk menekan pengeluaran.
Harga tarif angkutan Lebaran menjadi alasan yang pokok untuk masyarakat memilih pulang kampung menggunakan kendaraan seadanya. “Memang letih selalu mendera, karena saya harus menempuh perjalanan sampai 10 jam lebih, itu pun kalau tidak hujan, kalau turun hujan, perjalanan pun memakan waktu sampai 12 jam lebih,”
Dia berharap, agar perekonomiannya di tahun yang akan datang dapat semakin meningkat, agar dia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mudik menggunakan kendaraan yang layak tanpa harus berpanas-panasan.
Sementara itu pemudik lain, Aan setiawan, 41, mengatakan dirinya mudik juga menggunakan kendaraan seadanya, yakni menggunakan motor Vespa. “Sebenarnya saya ingin mudik menggunakan angkutan penumpang, akan tetapi tingginya biaya tarif membuat saya harus mudik menggunakan motor ini, walaupun di perjalanan menghadapi kendala pada mesin, tetapi saya menanggapi ini dengan santai, karena setiap perjalanan pasti ada kendala,” kata Aan.
Dia menambahkan, sebenarnya dia juga ingin seperti masyarakat lain yang hidupnya layak, bila mudik seperti sekarang ini, ekonomilah yang menentukan segalanya, sehingga saya harus mengikuti keadaan yang ada. (Media Indonesia)
Sumber
Quote:
Becak
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i62.tinypic.com/3517spu.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Keinginan berkumpul bersama keluarga ketika Lebaran, menjadi alasan dasar para pemudik rela menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer untuk pergi ke kampung halaman. Alasan itu juga yang membuat Toni (34 tahun), mudik dari Malang ke Semarang menggunakan becak.
Mengajak istri dan tiga anaknya, ia mengayuh becak miliknya sendiri. Panas yang menyengat tidak ia hiraukan asalkan keluarganya dapat berkumpul bersama dengan kerabat di Semarang. Ia juga tidak peduli betapa lelahnya ia harus mengayuh becak yang dinaiki tiga anak perempuannya berusia sekitar lima tahun dan istrinya.
Sudah sekitar sepekan ia mengayuh becaknya. Sabtu (3/8) siang ia telah tiba di Sleman, Yogyakarta. Toni tetap melaju menuju Semarang meskipun ban roda becak sebelah kirinya tampak kempes, namun tidak segera ia perbaiki.
Tidak tahu apakah ban roda tersebut bocor atau kehabisan angin. Tetapi, berat beban penumpang dan jarak yang ditempuh membuat ban roda becak mengempes.
Tiga anak kembar perempuannya yang mengenakan kaos hitam pun tampak senang bermain dan bercanda di dalam becak yang dikayuh ayahnya. Sedangkan, istrinya terkadang harus berjalan untuk mengurangi berat beban becak yang dikayuh Toni.
Ketika melintasi Jalan Magelang, pihak kepolisian pun menawarkan bantuannya untuk mudik menggunakan armada yang telah dipersiapkan. Namun, Toni menolaknya meskipun ia harus menempuh jalan yang curam dan berkelok-kelok.
Iptu Edwin Natanael, Kepala Biro Operasional Lalulintas Polres Sleman, menghimbau Toni untuk memperhatikan keselamatan keluarga. "Saya sampaikan ada bantuan armada untuk membantunya mudik hingga Semarang, namun tetap ditolaknya," kata Edwin.
Toni pun mengaku, sejak dari Solo ia telah ditawari armada untuk mudik. Namun ia juga menolaknya. "Mau menyenangkan anak-anak mudik naik becak. Sudah niat dan tidak ingin merepotkan orang lain," katanya.
Laki-laki yang mengenakan kaos berwarna merah muda itu juga mendadani becaknya untuk mudik. Becaknya seperti becak lainnya, hanya ditambahi beberapa aksesoris lainnya seperti bendera merah putih serta kardus bertuliskan 'Semarang-Malang 1 Keluarga Jarak Jauh'.
"Dipasang bendera merah putih agar tidak bahaya ketika di jalan. Karena banyak kendaraan besar seperti bus," kata Toni yang sedang beristirahat dengan duduk di teras masjid di Jalan Magelang.
Mudik menggunakan becak ini bukanlah yang pertama kalinya. Ia yang bekerja sebagai buruh serabutan itu sudah tiga tahun ini mudik menggunakan becak bersama keluarga. Hanya membawa satu buah tas besar yang berisi perlengkapan baju anak-anaknya dan tikar, ia nekat berhari-hari berada di jalan.
Ketika tenaganya sudah tidak mampu untuk mengayuh, ia memberhentikan becaknya di pom bensin maupun di masjid untuk beristirahat dan tidur pada malam hari. Selama perjalanan mudiknya, Toni mengaku masih tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ia juga tidak menargetkan berapa hari waktu yang harus ditempuh untuk menuju Semarang. "Kalau capek ya istirahat. Lihat kondisi anak-anak," kata Toni.
Dalam perjalanan menuju ke Semarang, Toni mencari rute jalan yang tidak terlalu curam dan berbahaya untuk keluarganya. Entah berapa hari lagi ia harus mengayuh becak menempuh perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh selama empat jam menggunakan bus.
Sumber
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i62.tinypic.com/3517spu.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Keinginan berkumpul bersama keluarga ketika Lebaran, menjadi alasan dasar para pemudik rela menempuh puluhan bahkan ratusan kilometer untuk pergi ke kampung halaman. Alasan itu juga yang membuat Toni (34 tahun), mudik dari Malang ke Semarang menggunakan becak.
Mengajak istri dan tiga anaknya, ia mengayuh becak miliknya sendiri. Panas yang menyengat tidak ia hiraukan asalkan keluarganya dapat berkumpul bersama dengan kerabat di Semarang. Ia juga tidak peduli betapa lelahnya ia harus mengayuh becak yang dinaiki tiga anak perempuannya berusia sekitar lima tahun dan istrinya.
Sudah sekitar sepekan ia mengayuh becaknya. Sabtu (3/8) siang ia telah tiba di Sleman, Yogyakarta. Toni tetap melaju menuju Semarang meskipun ban roda becak sebelah kirinya tampak kempes, namun tidak segera ia perbaiki.
Tidak tahu apakah ban roda tersebut bocor atau kehabisan angin. Tetapi, berat beban penumpang dan jarak yang ditempuh membuat ban roda becak mengempes.
Tiga anak kembar perempuannya yang mengenakan kaos hitam pun tampak senang bermain dan bercanda di dalam becak yang dikayuh ayahnya. Sedangkan, istrinya terkadang harus berjalan untuk mengurangi berat beban becak yang dikayuh Toni.
Ketika melintasi Jalan Magelang, pihak kepolisian pun menawarkan bantuannya untuk mudik menggunakan armada yang telah dipersiapkan. Namun, Toni menolaknya meskipun ia harus menempuh jalan yang curam dan berkelok-kelok.
Iptu Edwin Natanael, Kepala Biro Operasional Lalulintas Polres Sleman, menghimbau Toni untuk memperhatikan keselamatan keluarga. "Saya sampaikan ada bantuan armada untuk membantunya mudik hingga Semarang, namun tetap ditolaknya," kata Edwin.
Toni pun mengaku, sejak dari Solo ia telah ditawari armada untuk mudik. Namun ia juga menolaknya. "Mau menyenangkan anak-anak mudik naik becak. Sudah niat dan tidak ingin merepotkan orang lain," katanya.
Laki-laki yang mengenakan kaos berwarna merah muda itu juga mendadani becaknya untuk mudik. Becaknya seperti becak lainnya, hanya ditambahi beberapa aksesoris lainnya seperti bendera merah putih serta kardus bertuliskan 'Semarang-Malang 1 Keluarga Jarak Jauh'.
"Dipasang bendera merah putih agar tidak bahaya ketika di jalan. Karena banyak kendaraan besar seperti bus," kata Toni yang sedang beristirahat dengan duduk di teras masjid di Jalan Magelang.
Mudik menggunakan becak ini bukanlah yang pertama kalinya. Ia yang bekerja sebagai buruh serabutan itu sudah tiga tahun ini mudik menggunakan becak bersama keluarga. Hanya membawa satu buah tas besar yang berisi perlengkapan baju anak-anaknya dan tikar, ia nekat berhari-hari berada di jalan.
Ketika tenaganya sudah tidak mampu untuk mengayuh, ia memberhentikan becaknya di pom bensin maupun di masjid untuk beristirahat dan tidur pada malam hari. Selama perjalanan mudiknya, Toni mengaku masih tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Ia juga tidak menargetkan berapa hari waktu yang harus ditempuh untuk menuju Semarang. "Kalau capek ya istirahat. Lihat kondisi anak-anak," kata Toni.
Dalam perjalanan menuju ke Semarang, Toni mencari rute jalan yang tidak terlalu curam dan berbahaya untuk keluarganya. Entah berapa hari lagi ia harus mengayuh becak menempuh perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh selama empat jam menggunakan bus.
Sumber
Quote:
SeMorga
(sepeda motor roda tiga)
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i57.tinypic.com/2vwzinl.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Saat mudik lebaran, warga memanfaatkan segala alat transportasi untuk pulang ke kampung halaman mereka. Salah satunya dengan mengendarai kendaraan roda tiga, seperti yang terlihat di Jalur Pantura, Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (3/8).
Sumber
(sepeda motor roda tiga)
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i57.tinypic.com/2vwzinl.jpg)
REPUBLIKA.CO.ID, BREBES -- Saat mudik lebaran, warga memanfaatkan segala alat transportasi untuk pulang ke kampung halaman mereka. Salah satunya dengan mengendarai kendaraan roda tiga, seperti yang terlihat di Jalur Pantura, Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (3/8).
Sumber
Quote:
Bajaj
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i59.tinypic.com/2ij6a9l.jpg)
Bajaj mudik dari Jakarta
Bajaj dari Jakarta Mudik ke Madiun
SEMARANG - Dua hari menjelang Lebaran Idul Fitri 1435 Hijriah, arus lalulintas dari Semarang menuju Yogyakarta atau Solo jutru relatif lancar. Kendaraan roda dua atau roda empat bisa dipacu melintas Banyumanik hingga Bawen, Semarang, dengan kecepatan sampai 60 kilometer per jam.
Di sepanjang jalan ini relatif tidak ada titik-titik kemacetan yang berarti. Sedikit konsentrasi kendaraan entah roda doa atau roda empat hanya terjadi di sejumlah perempatan jalan raya. Setiap lampu hijau menyala, antrean kendaraan terurai dengan sendirinya.
Banyak ragam gaya dari para pemudik. Di Ungaran, Semarang, Okezone menemukan Bajaj dari Jakarta turut meramaikan arus mudik tahun ini. "Mau ke Madiun, Jawa Timur," kata si pengemudi, Giana, di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2014).
Giana, laki-laki berusia 44 tahun ini mengaku bertolak dari Pondok Bambu, Jakarta Utara, pukul 00.00 Jumat dini hari. Dia membawa serta istrinya, Uneri, dan ketiga anaknya, Regi, Nensen, dan Bento. "Yang pertama sudah SMK," kata Giana.
Hari ini diperkirakan merupakan puncak arus mudik Lebaran. Meski begitu, arus lalulintas menuju Solo atau Yogyakarta ramai namun, lancar.
Giana mengaku selama dalam perjalanan dirinya tidak terjebak macet yang berarti. "Macet di Karawang, Di Pantura sih enggak. Macet di Cimalaya keluar sampai Cikalong, Tegal sampai Cikamohang, comal lancar. Alhamdulillah," terang Giana.
Sumber
Quote:
Truk
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i58.tinypic.com/2af0g9c.jpg)
TEMPO.CO, Ngawi - Arus lalu lintas di jalur penghubung Jawa Timur-Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dipadati truk pada H-5 Lebaran, Rabu, 23 Juli 2014. Berdasarkan data dari pos pelayanan Operasi Ketupat di Monumen Suryo, Kedunggalar, Ngawi, jumlah kendaran yang masuk dari arah barat atau Sragen, Jawa Tengah, sebanyak 604 unit rata-rata per jam. Sedangkan, yang melaju dari arah timur atau Surabaya ke Jawa Tengah sebanyak 369 unit per jam.
"Kendaraan yang masuk dari barat lebih banyak. Kebanyakan untuk jenis mobil pengangkut barang," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Ngawi Budiono, Rabu, 23 Juli 2014. (Baca juga: Pemudik Motor Penuhi Cileunyi-Nagreg)
Menurut dia, dominasi truk di jalan raya itu merupakan dampak amblesnya Jembatan Comal di Pemalang. Karena itu, sebagian kendaraan yang melintas di jalur utara dialihkan ke jalur tengah dan selatan. Budiono mengatakan jalan nasional yang masuk wilayah Ngawi dengan panjang 70 kilometer termasuk jalur tengah.
Selain dampak dari kerusakan infrastruktur itu, ia melanjutkan, banyaknya truk yang melintas karena pada H-4 Lebaran atau besok, Kamis, 24 Juli 2014, kendaraan itu dilarang beroperasi di jalan raya. Truk yang masih diperbolehkan beroperasi di jalan raya oleh pemerintah, khusus pengangkut sembilan jenis bahan pokok dan bahan bakar minyak.
"Kemungkinan truk pengangkut tebu, material bangunan, atau barang yang lain mengejar target sebelum dilarang melintas di jalan raya," ujar Budiono. Larangan truk melintas berlangsung sejak H-4 hingga H+4 Lebaran.
Kepala Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Besar Valentino Alfa Tatareda menambahkan, banyaknya truk yang melintas itu karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sembako dan barang-barang lain menjelang Lebaran. "Kebutuhan pokok dan BBM (bahan bakar minyak) meningkat saat-saat seperti ini?" kata Valentino.
Di saat truk pengangkut barang dilarang beroperasi di jalan raya besok, ia memastikan, arus lalu lintas semakin padat. Sebab, pemudik dengan menggunakan kendaraan pribadi baik berupa mobil dan sepeda motor kian meningkat. Demikian halnya dengan pemudik yang memanfaatkan jasa bus.
Sumber
![[Anti Mainstream] Berbagai Pemudik Di Indonesia](https://dl.kaskus.id/i58.tinypic.com/2af0g9c.jpg)
TEMPO.CO, Ngawi - Arus lalu lintas di jalur penghubung Jawa Timur-Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, dipadati truk pada H-5 Lebaran, Rabu, 23 Juli 2014. Berdasarkan data dari pos pelayanan Operasi Ketupat di Monumen Suryo, Kedunggalar, Ngawi, jumlah kendaran yang masuk dari arah barat atau Sragen, Jawa Tengah, sebanyak 604 unit rata-rata per jam. Sedangkan, yang melaju dari arah timur atau Surabaya ke Jawa Tengah sebanyak 369 unit per jam.
"Kendaraan yang masuk dari barat lebih banyak. Kebanyakan untuk jenis mobil pengangkut barang," kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Ngawi Budiono, Rabu, 23 Juli 2014. (Baca juga: Pemudik Motor Penuhi Cileunyi-Nagreg)
Menurut dia, dominasi truk di jalan raya itu merupakan dampak amblesnya Jembatan Comal di Pemalang. Karena itu, sebagian kendaraan yang melintas di jalur utara dialihkan ke jalur tengah dan selatan. Budiono mengatakan jalan nasional yang masuk wilayah Ngawi dengan panjang 70 kilometer termasuk jalur tengah.
Selain dampak dari kerusakan infrastruktur itu, ia melanjutkan, banyaknya truk yang melintas karena pada H-4 Lebaran atau besok, Kamis, 24 Juli 2014, kendaraan itu dilarang beroperasi di jalan raya. Truk yang masih diperbolehkan beroperasi di jalan raya oleh pemerintah, khusus pengangkut sembilan jenis bahan pokok dan bahan bakar minyak.
"Kemungkinan truk pengangkut tebu, material bangunan, atau barang yang lain mengejar target sebelum dilarang melintas di jalan raya," ujar Budiono. Larangan truk melintas berlangsung sejak H-4 hingga H+4 Lebaran.
Kepala Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Besar Valentino Alfa Tatareda menambahkan, banyaknya truk yang melintas itu karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sembako dan barang-barang lain menjelang Lebaran. "Kebutuhan pokok dan BBM (bahan bakar minyak) meningkat saat-saat seperti ini?" kata Valentino.
Di saat truk pengangkut barang dilarang beroperasi di jalan raya besok, ia memastikan, arus lalu lintas semakin padat. Sebab, pemudik dengan menggunakan kendaraan pribadi baik berupa mobil dan sepeda motor kian meningkat. Demikian halnya dengan pemudik yang memanfaatkan jasa bus.
Sumber
Apapun kendaraan ane cuma bisa mendoakan semoga selamat sampai tujuan dan berkumpul dengan sanak family amin
Saya beserta keluarga mengucapakan Taqabbalallahu Minna wa Minkum, Bukan Minal Aidin wal Faidzin. 1 syawal 1435. semoga tahun depan dapat bertemu kembali dengan ramadhan amin.
Ane berharap
, tapi janggan lupa di
, maaf kalo
semoga ngak, tapi ane nolak ini
.




0
3.9K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan