- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
Melirik Koleksi Museum Geologi,Bandung


TS
peitrae
Melirik Koleksi Museum Geologi,Bandung


Spoiler for cekrepost:
Insyaallah ga akan repost ya gan karena ini diambil dari blog ane sendiri dan ditulis dan difoto langsung oleh ane di spotnya langsung

Quote:
Melirik Koleksi Museum Geologi,Bandung
Quote:

Quote:
Bagi setiap orang mungkin museum-museum di Indonesia membosankan,tidak terurus,berdebu dll.Mungkin ada benarnya juga tapi ga semua museum kaya gitu contohnya adalah Museum Geologi di Bandung.Bagi kalian pecinta museum atau yang sedang berada di Bandung,kalian wajib ketempat yang satu ini.Dengan arsitektur Belanda ,Museum ini keren abis ,tempatnya bersih ,penempatannya juga bagus ,dan modern.
Museum Geologi terletak di jalan di Jalan Diponegoro No. 57 yang dulunya zaman Belanda bernama Rembrandt Straat.Museum ini juga dekat dengan tempat-tempat menarik lainnya di Bandung seperti Gedung Sate ,Taman Lansia ,dan Museum Pos Indonesia.Museum Geologi buka setiap hari Senin- Kamis jam 08.00-16.00 dan untuk Sabtu-Minggu 08.00-14.00.Dengan biaya Rp.2000 untuk pelajar ,Rp.3000 untuk mahasiswa dan Rp.10.000 unutuk umum kalian udah bisa masuk kedalam museum ini.Museum ini menyimpan dan mengelola materi geologi yang berlimpah seperti fosil, batuan, dan mineral. Benda-benda koleksi tersebut dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Pada awalnya museum ini berfungsi sebagai laboratorium dan tempat penyimpanan hasil penelitian geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia. Berikutnya berkembang menjadi sarana penelitian, sarana pendidikan, penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian, sekaligus juga menjadi objek pariwisata yang menyenangkan.
Museum Geologi kini mengalami pergeseran fungsi sesuai perkembangan zaman dimana menjadi tempat pendidikan luar sekolah untuk mempelajari bumi dan usaha pelestariannya. Disini juga menjadi tempat melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Jadi, Museum Geologi berperan sebagai pusat informasi ilmu kebumian sekaligus menggambarkan geologi bumi di Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
Museum Geologi terletak di jalan di Jalan Diponegoro No. 57 yang dulunya zaman Belanda bernama Rembrandt Straat.Museum ini juga dekat dengan tempat-tempat menarik lainnya di Bandung seperti Gedung Sate ,Taman Lansia ,dan Museum Pos Indonesia.Museum Geologi buka setiap hari Senin- Kamis jam 08.00-16.00 dan untuk Sabtu-Minggu 08.00-14.00.Dengan biaya Rp.2000 untuk pelajar ,Rp.3000 untuk mahasiswa dan Rp.10.000 unutuk umum kalian udah bisa masuk kedalam museum ini.Museum ini menyimpan dan mengelola materi geologi yang berlimpah seperti fosil, batuan, dan mineral. Benda-benda koleksi tersebut dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Pada awalnya museum ini berfungsi sebagai laboratorium dan tempat penyimpanan hasil penelitian geologi dan pertambangan dari berbagai wilayah Indonesia. Berikutnya berkembang menjadi sarana penelitian, sarana pendidikan, penyedia berbagai informasi tentang ilmu kebumian, sekaligus juga menjadi objek pariwisata yang menyenangkan.
Museum Geologi kini mengalami pergeseran fungsi sesuai perkembangan zaman dimana menjadi tempat pendidikan luar sekolah untuk mempelajari bumi dan usaha pelestariannya. Disini juga menjadi tempat melakukan kajian awal sebelum penelitian lapangan. Jadi, Museum Geologi berperan sebagai pusat informasi ilmu kebumian sekaligus menggambarkan geologi bumi di Indonesia dalam bentuk kumpulan peraga.
Quote:
Sejarah
Sebenarnya alasan pembangunan ini erat kaitannya dengan revolusi industri yang terjadi pada bangsa Eropa pada abad 18. Revolusi tersebut tentunya membutuhkan berbagai macam barang tambang. Pemerintah Hindia Belanda menyadari akan peluang tersebut kemudian mulai melakukan penguasaan terhadap pencarian sumber barang tambang di Indonesia untuk menyokong perekonomian bangsa Belanda.
Mereka menyadari bahwa hasil penelitian barang-barang yang ditemukan memerlukan tempat penyimpanan. Selain menemukan barang tambang, mereka juga menemukan berbagai macam fosil dari hasil galiannya. Lalu didirikan gedung yang diberi nama “Geologisch Laboratorium” yang kini bernama Museum Geologi untuk menyimpan semuanya.
Saat Jepang mulai menguasai Indonesia, kepengurusan gedung pun berpindah tangan dan berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho. Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah Pusat Djawatan Tambang Dan Geologi (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebenarnya alasan pembangunan ini erat kaitannya dengan revolusi industri yang terjadi pada bangsa Eropa pada abad 18. Revolusi tersebut tentunya membutuhkan berbagai macam barang tambang. Pemerintah Hindia Belanda menyadari akan peluang tersebut kemudian mulai melakukan penguasaan terhadap pencarian sumber barang tambang di Indonesia untuk menyokong perekonomian bangsa Belanda.
Mereka menyadari bahwa hasil penelitian barang-barang yang ditemukan memerlukan tempat penyimpanan. Selain menemukan barang tambang, mereka juga menemukan berbagai macam fosil dari hasil galiannya. Lalu didirikan gedung yang diberi nama “Geologisch Laboratorium” yang kini bernama Museum Geologi untuk menyimpan semuanya.
Saat Jepang mulai menguasai Indonesia, kepengurusan gedung pun berpindah tangan dan berganti nama menjadi Chishitsu Chosacho. Di mana-mana terjadi pertempuran. Maka, sejak Desember 1945 sampai dengan Desember 1949, yaitu selama 4 tahun berturut-turut, kantor PDTG terlunta-lunta berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan dokumen-dokumen hasil penelitian geologi. Hal ini menyebabkan dokumen-dokumen tersebut harus berpindah tempat dari Bandung, ke Tasikmalaya, Solo, Magelang, Yogyakarta, dan baru kemudian, pada tahun 1950 dokumen-dokumen tersebut dapat dikembalikan ke Bandung.
Dalam usaha penyelamatan dokumen-dokumen tersebut, pada tanggal 7 Mei 1949, Kepala Pusat Jawatan Tambang dan Geologi, Arie Frederic Lasut, telah diculik dan dibunuh tentara Belanda. Ia telah gugur sebagai kusuma bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta.
Sekembalinya ke Bandung, Museum Geologi mulai mendapat perhatian dari pemerintah RI. Hal ini terbukti pada tahun 1960, Museum Geologi dikunjungi oleh Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno.
Pengelolaan Museum Geologi yang semula berada dibawah Pusat Djawatan Tambang Dan Geologi (PDTG), berganti nama menjadi: Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957), Djawatan Geologi (1957-1963), Direktorat Geologi (1963-1978), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1978 - 2005), Pusat Survei Geologi (sejak akhir tahun 2005 hingga sekarang)
Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 1999 Museum Geologi mendapat bantuan dari Pemerintah Jepang senilai 754,5 juta Yen untuk direnovasi. Setelah ditutup selama satu tahun, Museum Geologi dibuka kembali pada tanggal 20 Agustus 2000. Pembukaannya diresmikan oleh Wakil Presiden RI pada waktu itu, Ibu Megawati Soekarnoputri yang didampingi oleh Menteri Pertambangan dan Energi Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Quote:
Pembagian Lantai dan Ruangan
Museum Geologi terdiri dari dua lantai dan di bagi dalam beberapa ruangan, seperti Sejarah Kehidupan,Manfaat dan Bencana Geologi,dll.Sayangnya pada saat gue kesini Museum Geologi telah dipugar dan dibeberapa titik sedang di renovasi.
Lantai I
Quote:
Setelah pintu masuk ,kita akan disambut oleh fosil Gajah Blora.
Sejarah Kehidupan
Quote:
Koleksi ruang Sejarah Kehidupan
Sejarah Kehidupan berada di lantai satu sebelah kanan pintu masuk, dengan koleksi fosil yang dikelompokkan menurut era Prakambrium-Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum.
Quote:
Fosil T-Rex
Galeri Mesozoikum paling menarik untuk satu alasan: di sini terdapat replika fosil T-rex dan cetakan kaki Tyrannosaurus. Cetakan kaki ditemukan ahli paleontologi Inggris, Phil Manning, pada tahun 2007 di Hell Creek Formation, Montana (negara bagian Amerika, berbatasan dengan Kanada).
Lantai II
Nah bagi gue ini bagian yang paling keren.Berbeda sekali dengan ruangan-ruangan di lantai satu,di lantai dua kesan yang didapat adalah ruangan yang sangat modern.
Manfaat dan Bencana Geologi
Quote:
Ruang Manfaat dan Bencana Geologi
Ruangan ini berada di lantai dua sebelah kiri.Ruangan ini menjelaskan manfaat-manfaat dari kegiatan geologi , bencana-bencana geologi yang terdapat di muka bumi ,jenis-jenis batuan dan hasil mineral yang ada di dunia khususnya di Indonesia.
*Note: Pada saat saya kesini Museum Geologi masih dipugar dan hanya membuka beberapa ruangan
Quote:
Akses menuju Museum
Untuk dapat mencapai lokasi museum ini dari stasiun kota Bandung sangatlah mudah. Ada dua cara, yakni menggunakan kendaraan pribadi maupu kendaraan umum. Bagi yang ingin menggunakan kendaraan umum ada dua alternatif jalan yang dapat ditempuh:
Pertama, dari pintu sebelah selatan (sisi terminal Stasiun Hall): wisatawan dapat menggunakan angkot berwarna hijau-kuning-hijau dengan nomor 10 dengan rute Stasiun Hall-Sadang Serang. Nantinya turunlah di pertigaan Masjid Pusdai. Dari sini pengunjung harus berganti angkot dengan warna hijau-hitam bernomor 05 dengan rute Cicaheum-Ledeng yang menuju ke arah Ledeng. Nah, mintalah turun di Museum Geologi.
Untuk dapat mencapai lokasi museum ini dari stasiun kota Bandung sangatlah mudah. Ada dua cara, yakni menggunakan kendaraan pribadi maupu kendaraan umum. Bagi yang ingin menggunakan kendaraan umum ada dua alternatif jalan yang dapat ditempuh:
Pertama, dari pintu sebelah selatan (sisi terminal Stasiun Hall): wisatawan dapat menggunakan angkot berwarna hijau-kuning-hijau dengan nomor 10 dengan rute Stasiun Hall-Sadang Serang. Nantinya turunlah di pertigaan Masjid Pusdai. Dari sini pengunjung harus berganti angkot dengan warna hijau-hitam bernomor 05 dengan rute Cicaheum-Ledeng yang menuju ke arah Ledeng. Nah, mintalah turun di Museum Geologi.
Quote:
Quote:
Kalo pingin liat artikel-artikel lainnya bisa liat di blog ane Peitra's Blog
Kalo thread ane bermanfaat ane rela dilempar cendol

Dan jangan lupa di




nona212 memberi reputasi
1
3.8K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan