Selamat Malam Kawan kawan...

Bagaimana kabar kalian malam ini? apa kalian masih murung karena capres kalian kalah? apa kalian masih kecewa karena capres kalian kalah? apa kalian masih bangga sekali karena capres kalian menang? kenapa...? apa kalian menang jutaan atau bahkan miliaran rupiah karena taruhan? kenapa...? apa kalian kalah jutaan atau bahkan miliaran rupiah karenanya? Tidak separah itu tentunya.. sudahlah, semuanya sudah usai, kita telah berhasil menunjuk satu bintang untuk memimpin kita hingga 5 tahun lagi. Kenapa harus ada Pemilu kemaren? karena kita harus tentukan pilihan 1 di antara 2 orang untuk menjadi pemimpin.. perkara siapa yang baik menurut kita, itu cuma permasalahan seberapa banyak dan dari sisi mana kita mempelajari masing masing kandidat yang kita condongi..sudah terlalu klise jika saya tuliskan lagi bahwa setiap orang takkan lepas dari keburukan masa lalu atau kesalahan masa lalu karena tentu kita semua sudah sangat paham itu...

Lihatlah, terbukti sudah keinginan kita semua hampir terbelah menjadi 2 bagian yang sama banyak itu artinya.. siapapun kandidat yang menang, akan ada hampir separuh rakyat Indonesia menerima "kekalahan".. Tak perlu sedih tak perlu malu karena pilihan kita kalah, tak perlu terlalu bangga berlarut larut jikalau pilihan kita menang karna menang, belumlah tentu tepat dan baik.. untuk menjadikannya "tepat dan baik" masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.. masih banyak dukungan yang harus kita berikan.
Cobalah kalian fikirkan, jika kalian anggap orang yang telah terpilih itu orang yang lemah dan tak meyakinkan, tidakkah negara ini akan semakin hancur jika kita tak ingin ikut berjuang membawa negara ini lebih baik seperti yang kita inginkan cuma lantaran kita bukanlah orang yang memilihnya dan kecewa karena dia yang memimpin, sedangkan orang yang difihak ini hampir separuh dari seluruh jumlah rakyat indonesia? apa kalian akan ingin menjadi penonton kehancuran negara kita sendiri dan menertawakannya dan hanya akan bilang " tuhkan? apa gue bilang? bener pilihan kami.." ingat kawan, nama kalian tidak akan besar apalagi ditulis dengan tinta emas oleh sejarah cuma karena capres kalian menang pemilu.. jika kalian meragukan pemimpin kalian dan terus memandang sinis beliau, kenapa kalian juga tidak meragukan diri kalian sebagai warga negara yang baik?
Kemudian jika kalian anggap orang yang terpilih ini adalah orang yang HEBAT lebih dari superman di dalam fikiran kalian.. apa kalian yakin bahwa tanpa dukungan separuh dari rakyat indonesia, dia akan bisa membawa negara ini menjadi lebih baik? Kita ini memilih PRESIDEN kawan.. bukan Tokoh IDOLA apalagi PENYIHIR yang bisa membuat semuanya labih baik dengan tongkat saktinya tanpa kita harus berbuat apa apa untuknya.. Seekor harimau yang ganas dan perkasa pun takkan bisa memangsa apapun tanpa cakar dan giginya... kitalah cakar dan giginya.. Begitu pula seorang pekerja keras pun takkan mampu mengerjakan apa apa tanpa tangan dan kakinya.. kitalah tangan dan kakinya kawan...

Kawan... Kita semua mutlak sangat dibutuhkan untuk mengerjakan peran kita masing masing.. Tanggalkan fanatisme kita jika itu membuat kita kolot, karena kolot dan tegas itu jauh berbeda, jangan menjadi orang yang berpendirian tegas namun hanya tegas memperjuangkan idola atau karakter yang kita yakini saja, TEGAS DAN BERANI lah untuk bertekat berjuang sekuat tenaga berperan dalam memajukan negara ini, lupakan jenggot yang panjang, lupakan mata yang sipit, lupakan kulit yang hitam yang membuat kita terkotak kotak tak berbaur...

Kemenangan dengan jujur ataupun tidak tak perlu diperdebatkan ramai ramai.. kita sudah punya institusi negara yang mengurusnya, kita adalah pasukan yang tak berseragam, kita adalah kuku, kita adalah taring, kita adalah tangan dan kaki, jangan jadi kuku patah, jangan jadi taring tumpul, jangan jadi tangan dan kaki yang lumpuh, karena tanpa kita berbuat apa apa Sehebat apapun pemimpin kita akan menjadi Dakocan yang akan kita tertawakan setiap hari saat menghancurkan hidup kita semua, hidup kita semuanya termasuk anak cucu kita nanti..

Salam damai Indonesiaku