boromiriAvatar border
TS
boromiri
Meningkatnya Kampanye Hitam Terhadap Prabowo-Hatta
Sudah terbukti bahwa bila Prabowo dan Jokowi diadu secara head-to-head maka pertandingkan akan dimenangkan oleh Prabowo dengan perbedaan yang sangat signifikan sebab:

(1) Pada debat pertama Jokowi menerima contekan soal sebagai hasil pertemuan rahasia timses Jokowi, Trimedya Panjaitan dengan komisioner KPU Hadar Gumay yang ditemani Komjen Budi Gunawan;

(2) Pada debat kedua Jokowi mencoba menjebak dengan menanyakan masalah TPID yang ternyata dia sendiri tidak kuasai persoalan TPID; dan

(3) Pada debat ketiga terbukti jawaban Jokowi masalah konflik Laut China Selatan; isu klausula buyback saham Indosat dan masalah tank ternyata salah total, bukan salah sedikit tapi salah total.

Adapun jawaban Prabowo pada ketiga acara debat tersebut walaupun tidak spektakuler tapi tidak ada yang salah.

Setelah itu pukulan telak kepada kubu Jokowi-JK datang dalam bentuk kesaksian mantan Sekretaris Daerah/Sekda Solo Supradi Kertamenawi dan laporan Badan Pemeriksa Keuangan/BPK yang mementahkan secara telak klaim keberhasilan dan kesuksesan Jokowi di Solo maupun Jakarta. Pukulan berikut datang dari mantan timsesnya, Naniek S. Deyang yang mengungkap bahwa sejak Desember 2012 Jokowi sudah mengincar posisi sebagai presiden Indonesia, dan tampaknya hal ini benar sebab Jasmev pimpinan Kartika Djoemadi (pasukan dunia maya Jokowi) sampai menyebut Nanik sebagai pramuria. Tentu saja tanggal 21 Juni 2014 Jokowi juga terbukti tanpa izin melakukan kampanye ilegal di Monas dan Bundaran HI.

https://id.berita.yahoo.com/mantan-s...081320942.html

http://megapolitan.kompas.com/read/2....Pengecualian.

http://jakartabagus.rmol.co/read/201...Rugi-Miliaran-

http://megapolitan.kompas.com/read/2...t.Lahan.Negara

http://m.detik.com/news/read/2014/06...n-pengecualian

https://m.facebook.com/maimon.herawa...52419199057487

http://chirpstory.com/li/215079

Selanjutnya usaha memojokan Prabowo masalah HAM malah menjadi senjata makan tuan karena Andi Arief, “korban penculikan” yang selama ini selalu menjadi bahan kampanye Jokowi justru membela Prabowo dengan mengungkap bahwa Jusuf Kalla pernah dua kali dipecat oleh Presiden Gus Dur dan SBY karena masalah yang sama yaitu melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Selain itu pada tahun 2009 Gus Dur pernah menyebut Jusuf Kalla sebagai “Kalla-jengking.” Padahal pada tahun yang sama Gus Dur menyatakan bahwa orang yang paling iklas kepada rakyat adalah Prabowo.

http://www.republika.co.id/berita/pe...karena-korupsi

[url]http://nasional.inilah..com/read/detail/2108687/adhie-massardi-gus-dur-pecat-jk[/url]

http://politik.rmol.co/read/2014/06/...-JK-Masih-Ada-

[url]http://m.kaskus.co.id/thread/539ed008dc06bd1b238b478c/gus-dur–jusuf-kalla-tidak-pro-rakyatkalla-jengking-track-record[/url]

[url]http://m.inilah..com/read/detail/2105448/gus-dur-pun-pilih-prabowo-jadi-presiden[/url]

Pukulan juga menimpa para individu pendukung Jokowi-JK seperti Wiranto; Soebagyo HS; Fachrul Razi yang disebut dengan jelas oleh “korban penculikan 98″ Andi Arief terlibat “penculikan” dirinya dan bahwa Prabowo hanya dikorbankan oleh orang-orang di belakangnya (dikonfirmasi tim SiaR bentukan Goenawan Mohamad, pendukung Jokowi). Juga terungkap bahwa pada tanggal 14 Februari 2000 Presiden Gus Dur menandatangani Keputusan Presiden No. 29/M/Tahun 2000 tentang pemecatan Jenderal Wiranto dari posisi Menko Polham karena pembantaian 1.500 orang Timor Leste pasca jajak pendapat yang juga dikonfirmasi oleh kesimpulan Todung Mulya Lubis (pendukung Jokowi) dalam kapasitas sebagai wakil ketua KPP HAM Timtim; dan ditegaskan kesimpulan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste bahwa Wiranto dan para jenderal yang sekarang mendukung Jokowi adalah para dalang pembunuhan rakyat Timor Leste.

http://www.minihub.org/siarlist/msg00741.html

[url]http://m.inilah..com/read/detail/2112683/andi-arief-buka-bukaan-soal-penculikan[/url]

Bagaimana dengan anggota yang menyebut diri mereka “orang baik-baik”? Sami mawon, ternyata mereka hanya kumpulan liberalis fundamental intoleran yang gemar menghujat kelompok lain, dan hal ini terungkap dari cover Majalah Tempo milik Goenawan Mohamad pernah melecehkan Yesus Kristus, Tuhan umat Kristen, dan pernah melecehkan umat Islam; Wimar Witoelar terungkap menyamakan organisasi Muhammadiyah dengan biang teroris seperti Osama bin Laden dan Imam Samudera; Surya Paloh terungkap menghalangi kebebasan beragama di Metro TV khususnya melalui kasus pelarangan menggunakan jilbab dengan korban presenter senior Sandrina Malakiano; PDIP terungkap mau memata-matai dan merekam khotbah khatib di masjid satu Indonesia; dan terakhir hubungan dekat Jokowi dengan Abu Bakar Ba’asyir.

http://www.republika.co.id/berita/na...r-serang-islam

https://id-id.facebook.com/kata2hikm...51087822209355

http://hujanderas.wordpress.com/2008...i-kontroversi/

http://www.onvsoff.com/2014/02/tempo...an-umat-islam/

http://www.republika.co.id/berita/pe...-khutbah-jumat

http://m.arrahmah.com/read/2013/01/3...z-baasyir.html

Pasukan dunia maya Jokowi (Jasmev/Partai Socmed) pimpinan Kartika Djoemadi juga ketahuan belangnya ketika mereka menyerang mantan timses yang membuka rahasia kebejatan Jokowi sebagai pramuria; dan usaha mereka meretas website Antara untuk memasukan berita bahwa Dubes Palestina mendukung Jokowi-JK.

http://chirpstory.com/li/215079

http://m.merdeka.com/peristiwa/peret...n-penjara.html

Melihat fakta di atas sebenarnya sudah cukup jelas bahwa koalisi Jokowi-JK kalah segalanya dari koalisi Prabowo-Hatta Rajasa, baik dari kemampuan maupun integritas, ahlak dan toleransi antar umat beragama; namun saya tetap tidak mau jumawa mengatakan Prabowo-Hatta akan menang karena kuatir pamali. Kendati demikian, tampaknya ada kekuatiran di kubu Jokowi-JK mengenai fakta ini; dan itulah sebabnya saya melihat serangan kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta Rajasa dalam seminggu terakhir meningkat luar biasa tajam, hampir lima sampai sepuluh kali lipat dari biasanya.

Fakta ini semakin diperkuat dengan fakta bahwa Amerika Serikat sebagai pihak yang menciptakan Jokowi untuk menguasai Indonesia yang biasanya bersembunyi di balik organisasi bentukan Pater Beek, agen CIA bernama CSIS akhirnya turun terjun langsung melaksanakan kampanye hitam mengenai HAM untuk menjatuhkan Prabowo-Hatta Rajasa terbukti ketika Dubes AS Robert Blake melakukan intervensi urusan domestik Pemilu di Indonesia dengan menuntut “kasus HAM Prabowo” diselidiki.

http://m.sindonews.com/read/876961/1...kan-intervensi

Intervensi Robert Blake ini tanpa sadar mengungkap kedekatan Jokowi dan Amerika Serikat yang bisa ditarik ke belakang yakni tahun 2005 pasca tertangkapnya Riduan Isamuddin alias Hambali yang ternyata berhubungan dengan Abu Bakar Ba’asyir di Ponpres Ngruki Solo dan Jokowi kedatangan agen rahasia CIA yang memintanya “mengendalikan” Abu Bakar Ba’asyir (lihat dokumen rahasia CIA tertanggal 7 April 2006 di Wikileaks) dan selanjutnya pada tahun 2008 Jokowi mendapat pujian dari Dubes AS Cameron R. Hume atas keberhasilan mengendalikan Abu Bakar Ba’asyir (lihat Wikileaks untuk dokumen kawat diplomatik berjudul “Solo, From Radical Hub To Tourist Heaven”).

Tidak lama setelah pujian itu, murid Benny Moerdani dari CSIS yaitu Hendropriyono dan anak emas Benny yaitu Luhut Pandjaitan menemui Jokowi untuk menyiapkannya sebagai calon presiden Indonesia dan untuk menutupi proses pembinaan, berdirilah perusahaan PT Rakabu Sejahtera yang di atas kertas adalah perusahaan patungan antara Jokowi dengan Luhut Pandjaitan, yang mana beberapa bulan lalu “kebetulan” kebakaran dua kali.

Selanjutnya serangan kampanye hitam secara masif dan berskala internasional datang dari majalah Time, klien Todung Mulya Lubis pendukung Jokowi lewat tulisan Yenny Kwok yang menurut penilaian saya beberapa tulisan dia sangat anti Indonesia seolah selalu mencari celah dan kesempatan mendiskriditkan Indonesia, hanya kali ini korbannya adalah Ahmad Dhani yang disudutkan terkait “seragam NAZI”. Artikel konyol karena membuktikan Yenny Kwok hanya membebek sejarah yang ditulis pemenang; tapi juga dia mencoba memaksakan standar etika dirinya yang tinggal di Hongkong dan bergaul dengan “bule-bule” Time kepada rakyat Indonesia tanpa mengetahui bahwa Adolf Hitler, pendiri Partai NAZI pernah menjadi man-of-the-year Majalah Time.

http://m.kompasiana.com/post/read/66...en-fredly.html

Artikel Yenny Kwok yang dimuat di Time ini kemudian digunakan sebagai sarana kampanye hitam oleh artis-artis pendukung Jokowi seperti Anggun C. Sasmi dan Glen Fredly untuk menyerang reputasi Ahmad Dhani seolah dia fasis, anti kebebasan, pendukung NAZI. Serangan konyol tentu saja sebab semua orang yang tidak buta pasti bisa melihat bahwa Ahmad Dhani suka bergaya nyeleneh: mulai dari berpakaian ala Soekarno sampai menggunakan kalung bintang Daud ala Yahudi. Alasan Anggun dan Glen menyerang Ahmad Dhani tentu saja dengan harapan akan menciptakan situasi guilty by association yaitu bila Ahmad Dhani fasis pasti Prabowo yang didukungnya fasis. Konyol? desperate? Sudah pasti.

Yang lebih keterlaluan lagi, Time juga menyatakan berharap bahwa Prabowo tidak menjadi presiden dan Jokowi pasti menang besar, serta “mengungkap” tanpa bukti apapun dan hanya bersumber pada sebuah blog jurnalis asing lain bahwa Prabowo “menghina” kebutaan Gus Dur. Hebat kan Jokowi, sampai majalah Amerika Serikat itu merasa bisa mengintervensi pilihan rakyat Indonesia serta melakukan kampanye hitam untuk Jokowi. Saya tidak heran dengan kelakuan minus Time karena majalah itu memang bermasalah dan tidak kredibel sebab mereka pernah memfitnah mantan presiden Indonesia lewat laporan bahwa Soeharto memiliki uang berjumlah besar di luar negeri dan pernah memintah uangnya dari negara x ke negara lain. Setelah digugat Soeharto baru terbukti bahwa sumber tulisan tersebut hanya copy paste majalah lain tanpa didukung selembar bukti apapun. Pada tingkat kasasi Time dikalahkan dan harus membayar sejumlah ganti rugi, akan tetapi saya tidak tahu sama sekali apakah ada hubungan dengan Bagir Manan mantan Ketua Mahkamah Agung berhasil menduduki kursi Ketua Dewan Pers, namun pada tingkat peninjauan kembali bukan saja Time dimenangkan tapi nyaris seluruh pembelaan mereka diadopsi sebagai pertimbangan majelis hakim.

Lalu ada juga serangan fitnah bahwa tabloid Obor Rakyat yang konon katanya memfitnah Jokowi dibuat oleh timses Prabowo-Hatta, sampai-sampai cover majalah Tempo menyebut kata “Prahara” yang merupakan akronim untuk menghina Prabowo-Hatta yang dibuat timses Jokowi menginsinuasikan sedemikian rupa bahwa di belakang Obor Rakyat ada Prabowo-Hatta. Tentu saja Metro TV dan Media Indonesia milik Surya Paloh juga tidak ketinggalan menggembar-gemborkan hal ini. Masalahnya sekarang terungkap orang di belakang tabloid Obor Rakyat adalah Muchlis Hasyim Yahya, mantan jurnalis Media Indonesia dan media officer Jusuf Kalla ketika menjadi Wakil Presiden dan ketika itu setiap hari selalu ada di dekat JK selama lima tahun. Jangan lupa juga bahwa jurnalis Obor Rakyat yaitu Darmawan Sepriyosa dan Setiyardi Budiono adalah mantan jurnalis Tempo yang selalu mengutip twit Triomacan2000 dengna admin Raden Nuh, caleg Hanura.

http://m.tribunnews.com/nasional/201...yim-di-bandung

Tentu saja isu HAM juga terus digaungkan dimulai dengan pembocoran putusan DKP oleh Wiranto dengan berbagai petinggi ABRI mulai dari Agum Gumelar; Fachrul Razi keduanya anggota majelis DKP; kemunculan Wiranto untuk menjelaskan ikwal DKP sampai terakhir Syamsul Djalal ikut berbicara. Selanjutnya mungkin Muchdi Pr akan berbicara dan siapa lagi berikutnya? entah tapi pasti akan ada yang muncul.

Sayangnya strategi menjatuhkan Prabowo dengan HAM tidak laku karena semua bukti menunjukan justru Wiranto, Soebagyo HS, Fachrul Razi bukan saja terlibat dalam operasi “penculikan” aktivis atau terduga teroris, sebagaimana kesaksian Andi Arief, salah satu “korban penculikan”; tim SiaR bentukan Goenawan Mohamad; dan kesaksian purnawirawan kopassus, tapi mereka juga adalah dalang Kerusuhan 13-14 Mei 1998. Selain itu umumnya orang sudah tidak percaya dengan purnawirawan jenderal di kubu Jokowi-JK karena mereka semua adalah pelanggar HAM berat, khususnya Hendropriyono; Ass’at; Muchdi Pr yang membunuh Munir dan Luhut Pandjaitan yang dengan enteng mengaku bahwa dia menembaki mahasiswa dengan peluru tajam sampai banyak yang tewas (lihat Massa Misterius Malari terbitan Tempo).

Khusus Syamsul Djalal malah lebih lucu bila ada yang mau percaya anggota dari TGPF Kerusuhan 13-14 Mei 1998 yang aji mumpung menikmati fasilitas bintang lima karena selalu mengadakan rapat di Hotel Mulia yang menelan dana ratusan juta rupiah ketika mereka seharusnya mencari pelaku pemerkosa, pembunuh dan pembakar ribuan rakyat Indonesia dan kemudian menghasilkan laporan asal-asalan dan berkualitas rendah dan memalukan! Bukan itu saja, bila sekarang Syamsul Djalal menyalahkan Prabowo, tapi 16 tahun lalu dia terang mengatakan “penculikan” adalah kesalahan prosedur akibat ada prajurit menerapkan perintah tidak sesuai instruksi.

Lihat http://www.library.ohiou.edu/indopub...1/12/0014.html)

http://tempo.co.id/ang/min/03/19/utama1.htm

http://www.library.ohiou.edu/indopub...7/12/0035.html

Selain kampanye hitam skala berat, ada juga kampanye hitam yang sangat konyol menurut saya, antara lain mengenai “jumlah spanduk Prabowo-Hatta” bertebaran di penjuru Indonesia. Enggak salah? Sejak bulan lalu saya sudah melihat spanduk Jokowi-JK bertebaran di sebuah gang setiap seratus meter sekali. Barusan saya dari arah Central Park menuju putaran balik di depan Season City dan berbelok di tembusan ke arah Roxy untuk menuju Gajah Mada; dan sepanjang jalan minimal ada tiga puluh spanduk Jokowi-JK, dengan sepuluh di antaranya dipasang di depan halte Bus Season City dan belokan ke velbak tanpa ada satupun spanduk Prabowo-Hatta.

Kubu Jokowi-JK memang aya-aya wae..tidak ada seorangpun yang percaya bila sekarang Jokowi-JK mengaku underdog atau dizolimi.

source: http://politik.kompasiana.com/2014/0...ta-669502.html
0
3.3K
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan