- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketika IPK tidak bisa diandalkan, ini cara gue.
TS
ikobukanuwais
Ketika IPK tidak bisa diandalkan, ini cara gue.
Terima Kasih buat Mimin yg udah nongolin ini, semoga dgn nongolnya ini bisa nambah manfaat dan terinspirasi.
update 21/7/2014
Semoga bermanfaat dan membawa manfaat bagi yang terinspirasi di trit perdana ane. Ini True Story ane..
Gue lulusan di salah satu Peguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik pernah ada di kota hujan sebut saja perguruan tinggi negeri itu IPB. 3 tahun menuntut ilmu di kota hujan, dan yang pastinya bukan menjadi seorang pawang hujan setelah lulus nanti. Gue mau sedikit bahas masalah IPK yang pernah gue dapat selama kuliah disana, 3 tahun berlalu mendalami apa itu belajar pemograman, desain grafis, teknik animasi, dan mata kuliah umum lainnya, alhasil gue lulusan D3 dari jurusan manajemen informatika mendapatkan IPK dengan predikat memuaskan, 2,67. Jika ditanya tentang kepuasan, jujur gue ngga puas dan malu saat melihat di buku agenda para mahasiswa yang satu angkatan tercantum biodata diri dan IPK mereka jauh diatas gue, walaupun ada yang sebanding bahkan ada juga yang dibawah nilai IPK gue.
Lulus dari sana, gue memasuki yang katanya ‘The Real Life Story’, perjalanan setelah lulus itu gue lanjutkan untuk melamar pekerjaan di berbagai perusahaan, sebelumnya gue observasi untuk melihat beberapa referensi lamaran di mesin pencari terbaik di jagad bumi. Lebay kan gue ?
Gue buat CV dan surat lamaran untuk melamar (Hardcopy untuk dibawa saat proses interview nanti, softcopy dibuat di JobStr**t), waktu itu masih dengan cara standar banget dan 26 September 2011, adalah awal dimana gue mulai bekerja secara professional untuk pertama kalinya di sebuah Bank Swasta, tapi sayang ngga bertahan lama setelah 1 Tahun 2 bulan gue akhirnya resign karena alasan klasik, gaji tidak dibayar full dengan alasan yang berbelit-belit. Gue pun keluar, posisi waktu itu sebagai Sekretaris Kepala Cabang, sekretaris biasanya kan cewe, dan gue cowo, aneh kan?
Gue penggangguran selama satu bulan selama itu juga gue mulai mencari pekerjaan lagi dengan cara yang sama, apply ke berbagai perusahaan dan akhirnya diterima di perusahaan manufacture dan perusahaan asing. Dari 2 tempat perusahaan itu juga gue ngga bertahan lama kawan, cuma 10 bulan di 2 tempat yang berbeda. Terakhir gue berhenti kerja di awal November 2013, gue jadi pengangguran lagi. Cukup sulit waktu itu mencari kerja kesana kemari buat melamar pekerjaan.
Terinspirasi dari Film Escape Plan, kini gue juga mau buat, namanya Taktik Plan. Selama rentang waktu 3 tahun pula gue coba mencari cara gimana caranya mengakali tim HRD di setiap perusahaan dan si situs pencari kerja J*b*****t (Nama gue samarkan, sebut saja JobStrit), IPK gue kan cuma 2.67, sedangkan setelah beberapa kali gue survey di beberapa lowongan itu mayoritas mereka membutuhkan yang namanya lulusan S1, jika D3 minimal 2.75 , 2.80, atau 3.00, tergantung perusahaan itu menentukan standar IPK buat melamar pekerjaan.
2 Bulan gue penggangguran, berbekal tabungan hasil dari gaji kerja gue manfaatkan buat lanjut kuliah ke jenjang S1, ya dari D3 ke S1 Fakultas Ekonomi, dengan konsentrasi jurusan Manajemen SDM. Dari beberapa persyaratan harus menyertakan transkip nilai D3 untuk di setarakan dengan mata kuliah, setelah itu keluarlah transkip penyetaraan konversi mata kuliah yang diakui Universitas ini dengan estimasi IPK jika gue lulus nanti, IPK nya 2.77.
Masa-masa penggangguran memang indah banget, bangun siang terus, mau main kemana juga bebas, walaupun isi dompet terkuras. Dan kerjaan gue tiap pagi selalu anteng di depan layar berukuran 14”, bermodalkan koneksi internet, bahkan gue hampir bosan dengan kebiasaan ini, “Mau ngelamar kerja kemana lagi yak?” saking udah banyaknya referensi lamaran di situs pencari kerja itu yang gue apply.
Dan gue adalah salah satu orang yang menganut paham bahwa “IPK hanyalah angka”, kemauan untuk maju berkembang dalam bekerja, kerja cerdas, terus belajar dan hal positif lainnya adalah satu hal penting, itu menurut gue walaupun ada yang tidak sependapat sama trit-trit yang udah pernah dibahas di trit tentang IPK di forum ini, entahlah mungkin agan-agan sekalianlah yang lebih bijak memberi masukan buat gue.
Bisa dibilang ini cara klasik atau mungkin agan sekalian udah pernah coba.
Taktik Plan pun gue rancang. Buka situs pencari kerja, gue edit total semua resume yang dulu pernah ada, mulai dari CV, kata-kata di setiap kolom yang harus diisi di situs itu, ALL IN ENGLISH. Gue mau kerja di perusahaan asing dengan gaji yang cukup. Cukup buat bayar cash motor, cukup buat modal nikah, cukup buat bayar KPR Rumah 10 tahun, Cukup buat Travelling, dan CUKUP, ini gue kenapa malah jadi ngawur ?!!
Apapun itu, perusahaan asing, yang ada dalam benak gue adalah gaji besar dan jenjang karir yang jelas, itu salah satu alasan gue. Nah sekarang gimana elo mau bisa kerja di perusahaan asing kalo dari cara memantaskan diri aja belom bisa??
Makanya kan, gue coba buat resume mulai dari CV dan kata-kata di setiap kolom dengan bahasa Inggris semua,
“terus elo emang bisa ?”
Tergantung kemauan sama usahanya gan, sambil belajar modal gue cuma google translate + kata-kata olahan bahasa Indonesia gue yang mudah dimengerti ke dalam bahasa Inggris, gue pun belajar spelling, writing, listening, reading, pokoknya belajar dari dasar lagi deh. Di situs pencari kerja pun jenjang pendidikan gue rubah dari D3 jadi S1, dengan catatan di CV gue jelaskan kalo gue memasuki tahap kuliah semester akhir.
Kalo dilihat secara general, secara kualifikasi jika HRD mencari lulusan S1 persyaratan gue masuk kan ? walaupun HRD ngga pernah tau saat mereka download CV gue, di CV gue jelasin gue masih tahap melanjutkan studi kuliah jenjang S1, and you know what ? Allah emang ngga akan pernah menyia-nyiakan hambanya yang pengangguran buat terus berusaha mencari rizkiNya agar ia tidak meminta-minta, It happen to me, It works.
Usaha gue untuk ‘mengelabuhi’ HRD dan situs pencari kerja berjalan dengan baik, dengan catatan gue juga bertanggung jawab terhadap apa yang pernah gue buat untuk dijelaskan nanti saat proses interview.
2 minggu kemudian gue dapet panggilan interview, dan benar.. dari perusahaan asing. Gue bersaing dari 899 orang (<= gue tau jumlah itu setelah diterima) yang apply ke perusahaan itu dan gue salah satu orang yang beruntung terpilih, dengan cara gue itu. Posisi yang dibuka saat itu sebagai staff HRD, proses pertama ialah tahap interview dengan staff Senior HRD dan Manager HRD. Seperti umumnya pertanyaan dalam interview, gue pun di tes dalam bahasa Inggris.
“Oke mas, saya mau kamu menjelaskan tentang diri kamu dalam bahasa Inggris, kami ingin tahu sejauh mana kandidat yang kami pilih dalam kemampuan berbahasa Inggris”, benar aja, apa yang gue pelajari selama waktu luang jadi penggangguran berguna banget, simplenya, gue jelasin aja apa yang ada di dalem CV gue itu ke mereka, gue hafal betul karena itu kata-kata olahan gue sendiri yang gue buat.
Mereka pun sempat menanyakan kejelasan status pendidikan gue, sesuai perbuatan, gue jelaskan secara jujur,
“Iya Pak, Bu.., saya saat ini masih melanjutkan studi kuliah saya ke jenjang S1, sekarang sudah masuk semester 7, selesai waktu masa studi pada tahun 2015, bisa di cek di transkip penyetaraan nilai saya kalo saya nanti lulusan S1.” Mereka percaya.
Setelah dari proses interview dengan HRD gue berlanjut interview dengan USER dan psikotest di hari yang sama. Hari itu gue yakin betul gue bisa diterima, karena dari beberapa kandidat yang datang tinggal gue sendirian, mungkin mereka tereliminasi harus pulang duluan dan harus close mic.
Besoknya gue dapet kabar kalo gue diterima, dan proses selanjutnya adalah Medical Check Up, hasilnya seminggu kemudian pun kesehatan gue dinyatakan baik, Gue diterima, dan gajinya memuaskan.
Jangan salah sangka dulu dengan waktu pengangguran, tergantung dari mana cara kita melihat waktu yang sangat luang itu untuk MEMANTASKAN DIRI, itu ilmu yang gue dapet setelah gue renungi, jujur awalnya gue sempet mengeluh, kenapa gue kerja waktu itu kontrak ga pernah diperpanjang, ada aja masalah, gaji segitu aja, karir mandek gitu-gitu doing tapi setelah gue pikir, gue tanya sama diri gue sendiri, “ELO UDAH PANTES APA BELOM??”
“Mau jadi HRD ? Ilmunya udah ada belom buat jadi posisi itu? “, makanya gue lanjutin kuliah lagi dengan jurusan yang sesuai.
“Namanya juga perusahaan asing, pastinya harus bisa bahasa asing, minimal B. Inggrisnya lancar lah”, dan gue belajar lagi, banyak latihan bhs. Inggris.
“Mau gaji besar ? udah siap belom sama tanggung jawab pekerjaannya, pantes di gaji tinggi ngga?
Ilmu itu berlaku untuk semua kondisi kita, lebih fair kalo menyalahkan dan menanyakan diri sendiri, kalo emang sekiranya pantes ya yakin dan pede aja kalo bisa, hasil akhir urusan belakangan.
Pake usaha, inovasi, dan cara yang berbeda juga penting, kalo usahanya ‘cuma’ gitu ya hasilnya juga ‘cuma’ gitu, penilaian kita tergantung dari usaha kita.
Gue juga pake sistem ATM kok (Amati, Tiru, Modifikasi). Mulai dari buat CV yang Bhs. Indonesia doang diganti full in English (lebih punya kelas tersendiri bukan? Tapi tanpa mengesampingkan Bhs. Indo itu sendiri), cara melamar pekerjaan yang biasa sampe gue akalin sendiri, yang tadinya kerja di tempat perusahaan biasa sampe gue bisa nentuin gue mau kerja dimana.
Semakin keras dan cerdas kita berusaha mencari yang terbaik, ngga menutup kemungkinan suatu keberuntungan berpihak sama kita, itu bonus buat orang yang selalu mau berusaha dan yakin.
Gue yakin, agan & aganwati juga bisa meng ATM kan pengalamannya seperti gue itu, tapi cara gue yang satu ini bisa di coba kok, sesuai dengan tanggung jawab yang akan kalian hadapi nanti.hehehe…
Well, apa yang pernah gue afirmasikan, gue mimpikan, gue ucapkan mulai terjadi benar dalam kehidupan gue, one step closer guys.
update 21/7/2014
Semoga bermanfaat dan membawa manfaat bagi yang terinspirasi di trit perdana ane. Ini True Story ane..
Gue lulusan di salah satu Peguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik pernah ada di kota hujan sebut saja perguruan tinggi negeri itu IPB. 3 tahun menuntut ilmu di kota hujan, dan yang pastinya bukan menjadi seorang pawang hujan setelah lulus nanti. Gue mau sedikit bahas masalah IPK yang pernah gue dapat selama kuliah disana, 3 tahun berlalu mendalami apa itu belajar pemograman, desain grafis, teknik animasi, dan mata kuliah umum lainnya, alhasil gue lulusan D3 dari jurusan manajemen informatika mendapatkan IPK dengan predikat memuaskan, 2,67. Jika ditanya tentang kepuasan, jujur gue ngga puas dan malu saat melihat di buku agenda para mahasiswa yang satu angkatan tercantum biodata diri dan IPK mereka jauh diatas gue, walaupun ada yang sebanding bahkan ada juga yang dibawah nilai IPK gue.
Lulus dari sana, gue memasuki yang katanya ‘The Real Life Story’, perjalanan setelah lulus itu gue lanjutkan untuk melamar pekerjaan di berbagai perusahaan, sebelumnya gue observasi untuk melihat beberapa referensi lamaran di mesin pencari terbaik di jagad bumi. Lebay kan gue ?
Gue buat CV dan surat lamaran untuk melamar (Hardcopy untuk dibawa saat proses interview nanti, softcopy dibuat di JobStr**t), waktu itu masih dengan cara standar banget dan 26 September 2011, adalah awal dimana gue mulai bekerja secara professional untuk pertama kalinya di sebuah Bank Swasta, tapi sayang ngga bertahan lama setelah 1 Tahun 2 bulan gue akhirnya resign karena alasan klasik, gaji tidak dibayar full dengan alasan yang berbelit-belit. Gue pun keluar, posisi waktu itu sebagai Sekretaris Kepala Cabang, sekretaris biasanya kan cewe, dan gue cowo, aneh kan?
Gue penggangguran selama satu bulan selama itu juga gue mulai mencari pekerjaan lagi dengan cara yang sama, apply ke berbagai perusahaan dan akhirnya diterima di perusahaan manufacture dan perusahaan asing. Dari 2 tempat perusahaan itu juga gue ngga bertahan lama kawan, cuma 10 bulan di 2 tempat yang berbeda. Terakhir gue berhenti kerja di awal November 2013, gue jadi pengangguran lagi. Cukup sulit waktu itu mencari kerja kesana kemari buat melamar pekerjaan.
Terinspirasi dari Film Escape Plan, kini gue juga mau buat, namanya Taktik Plan. Selama rentang waktu 3 tahun pula gue coba mencari cara gimana caranya mengakali tim HRD di setiap perusahaan dan si situs pencari kerja J*b*****t (Nama gue samarkan, sebut saja JobStrit), IPK gue kan cuma 2.67, sedangkan setelah beberapa kali gue survey di beberapa lowongan itu mayoritas mereka membutuhkan yang namanya lulusan S1, jika D3 minimal 2.75 , 2.80, atau 3.00, tergantung perusahaan itu menentukan standar IPK buat melamar pekerjaan.
2 Bulan gue penggangguran, berbekal tabungan hasil dari gaji kerja gue manfaatkan buat lanjut kuliah ke jenjang S1, ya dari D3 ke S1 Fakultas Ekonomi, dengan konsentrasi jurusan Manajemen SDM. Dari beberapa persyaratan harus menyertakan transkip nilai D3 untuk di setarakan dengan mata kuliah, setelah itu keluarlah transkip penyetaraan konversi mata kuliah yang diakui Universitas ini dengan estimasi IPK jika gue lulus nanti, IPK nya 2.77.
Masa-masa penggangguran memang indah banget, bangun siang terus, mau main kemana juga bebas, walaupun isi dompet terkuras. Dan kerjaan gue tiap pagi selalu anteng di depan layar berukuran 14”, bermodalkan koneksi internet, bahkan gue hampir bosan dengan kebiasaan ini, “Mau ngelamar kerja kemana lagi yak?” saking udah banyaknya referensi lamaran di situs pencari kerja itu yang gue apply.
Dan gue adalah salah satu orang yang menganut paham bahwa “IPK hanyalah angka”, kemauan untuk maju berkembang dalam bekerja, kerja cerdas, terus belajar dan hal positif lainnya adalah satu hal penting, itu menurut gue walaupun ada yang tidak sependapat sama trit-trit yang udah pernah dibahas di trit tentang IPK di forum ini, entahlah mungkin agan-agan sekalianlah yang lebih bijak memberi masukan buat gue.
Bisa dibilang ini cara klasik atau mungkin agan sekalian udah pernah coba.
Taktik Plan pun gue rancang. Buka situs pencari kerja, gue edit total semua resume yang dulu pernah ada, mulai dari CV, kata-kata di setiap kolom yang harus diisi di situs itu, ALL IN ENGLISH. Gue mau kerja di perusahaan asing dengan gaji yang cukup. Cukup buat bayar cash motor, cukup buat modal nikah, cukup buat bayar KPR Rumah 10 tahun, Cukup buat Travelling, dan CUKUP, ini gue kenapa malah jadi ngawur ?!!
Apapun itu, perusahaan asing, yang ada dalam benak gue adalah gaji besar dan jenjang karir yang jelas, itu salah satu alasan gue. Nah sekarang gimana elo mau bisa kerja di perusahaan asing kalo dari cara memantaskan diri aja belom bisa??
Makanya kan, gue coba buat resume mulai dari CV dan kata-kata di setiap kolom dengan bahasa Inggris semua,
“terus elo emang bisa ?”
Tergantung kemauan sama usahanya gan, sambil belajar modal gue cuma google translate + kata-kata olahan bahasa Indonesia gue yang mudah dimengerti ke dalam bahasa Inggris, gue pun belajar spelling, writing, listening, reading, pokoknya belajar dari dasar lagi deh. Di situs pencari kerja pun jenjang pendidikan gue rubah dari D3 jadi S1, dengan catatan di CV gue jelaskan kalo gue memasuki tahap kuliah semester akhir.
Kalo dilihat secara general, secara kualifikasi jika HRD mencari lulusan S1 persyaratan gue masuk kan ? walaupun HRD ngga pernah tau saat mereka download CV gue, di CV gue jelasin gue masih tahap melanjutkan studi kuliah jenjang S1, and you know what ? Allah emang ngga akan pernah menyia-nyiakan hambanya yang pengangguran buat terus berusaha mencari rizkiNya agar ia tidak meminta-minta, It happen to me, It works.
Usaha gue untuk ‘mengelabuhi’ HRD dan situs pencari kerja berjalan dengan baik, dengan catatan gue juga bertanggung jawab terhadap apa yang pernah gue buat untuk dijelaskan nanti saat proses interview.
2 minggu kemudian gue dapet panggilan interview, dan benar.. dari perusahaan asing. Gue bersaing dari 899 orang (<= gue tau jumlah itu setelah diterima) yang apply ke perusahaan itu dan gue salah satu orang yang beruntung terpilih, dengan cara gue itu. Posisi yang dibuka saat itu sebagai staff HRD, proses pertama ialah tahap interview dengan staff Senior HRD dan Manager HRD. Seperti umumnya pertanyaan dalam interview, gue pun di tes dalam bahasa Inggris.
“Oke mas, saya mau kamu menjelaskan tentang diri kamu dalam bahasa Inggris, kami ingin tahu sejauh mana kandidat yang kami pilih dalam kemampuan berbahasa Inggris”, benar aja, apa yang gue pelajari selama waktu luang jadi penggangguran berguna banget, simplenya, gue jelasin aja apa yang ada di dalem CV gue itu ke mereka, gue hafal betul karena itu kata-kata olahan gue sendiri yang gue buat.
Mereka pun sempat menanyakan kejelasan status pendidikan gue, sesuai perbuatan, gue jelaskan secara jujur,
“Iya Pak, Bu.., saya saat ini masih melanjutkan studi kuliah saya ke jenjang S1, sekarang sudah masuk semester 7, selesai waktu masa studi pada tahun 2015, bisa di cek di transkip penyetaraan nilai saya kalo saya nanti lulusan S1.” Mereka percaya.
Setelah dari proses interview dengan HRD gue berlanjut interview dengan USER dan psikotest di hari yang sama. Hari itu gue yakin betul gue bisa diterima, karena dari beberapa kandidat yang datang tinggal gue sendirian, mungkin mereka tereliminasi harus pulang duluan dan harus close mic.
Besoknya gue dapet kabar kalo gue diterima, dan proses selanjutnya adalah Medical Check Up, hasilnya seminggu kemudian pun kesehatan gue dinyatakan baik, Gue diterima, dan gajinya memuaskan.
Jangan salah sangka dulu dengan waktu pengangguran, tergantung dari mana cara kita melihat waktu yang sangat luang itu untuk MEMANTASKAN DIRI, itu ilmu yang gue dapet setelah gue renungi, jujur awalnya gue sempet mengeluh, kenapa gue kerja waktu itu kontrak ga pernah diperpanjang, ada aja masalah, gaji segitu aja, karir mandek gitu-gitu doing tapi setelah gue pikir, gue tanya sama diri gue sendiri, “ELO UDAH PANTES APA BELOM??”
“Mau jadi HRD ? Ilmunya udah ada belom buat jadi posisi itu? “, makanya gue lanjutin kuliah lagi dengan jurusan yang sesuai.
“Namanya juga perusahaan asing, pastinya harus bisa bahasa asing, minimal B. Inggrisnya lancar lah”, dan gue belajar lagi, banyak latihan bhs. Inggris.
“Mau gaji besar ? udah siap belom sama tanggung jawab pekerjaannya, pantes di gaji tinggi ngga?
Ilmu itu berlaku untuk semua kondisi kita, lebih fair kalo menyalahkan dan menanyakan diri sendiri, kalo emang sekiranya pantes ya yakin dan pede aja kalo bisa, hasil akhir urusan belakangan.
Pake usaha, inovasi, dan cara yang berbeda juga penting, kalo usahanya ‘cuma’ gitu ya hasilnya juga ‘cuma’ gitu, penilaian kita tergantung dari usaha kita.
Gue juga pake sistem ATM kok (Amati, Tiru, Modifikasi). Mulai dari buat CV yang Bhs. Indonesia doang diganti full in English (lebih punya kelas tersendiri bukan? Tapi tanpa mengesampingkan Bhs. Indo itu sendiri), cara melamar pekerjaan yang biasa sampe gue akalin sendiri, yang tadinya kerja di tempat perusahaan biasa sampe gue bisa nentuin gue mau kerja dimana.
Semakin keras dan cerdas kita berusaha mencari yang terbaik, ngga menutup kemungkinan suatu keberuntungan berpihak sama kita, itu bonus buat orang yang selalu mau berusaha dan yakin.
Gue yakin, agan & aganwati juga bisa meng ATM kan pengalamannya seperti gue itu, tapi cara gue yang satu ini bisa di coba kok, sesuai dengan tanggung jawab yang akan kalian hadapi nanti.hehehe…
Well, apa yang pernah gue afirmasikan, gue mimpikan, gue ucapkan mulai terjadi benar dalam kehidupan gue, one step closer guys.
0
126.9K
1.4K
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan