JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Iswandi Syahputra, menegaskan, penyebar fitnah yang marak di media sosial harus ditindak tegas secara hukum mengingat pengaruhnya yang besar.

Menurutnya, sebuah kebohongan atau fitnah akan diakui sebagai kebenaran jika terus-menerus diperbincangkan di Twitter, Facebook atau media sosial lainnya. Sebab, jumlah penggunanya besar. Untuk Twitter saja, mencapai sekitar 20 juta orang.

“Polisi harus menindaklanjuti laporan tersebut karena mencemarkan nama baik. Orang yang tidak melakukan kesalahan dituduh bersalah. Mereka melanggar Undang-Undang ITE,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (18/7/2014).

Menurutnya, saking besarnya pengaruh media sosial, saat ini sudah terjadi pergeseran nilai. Dulu, netizen hanya memanfaatkan pemberitaan media sebagai bahan perbincangan di dunia maya.

Kini, sebaliknya kata dia, terkadang media massa yang menggunakan isu yang dihembuskan di media sosial sebagai bahan pemberitaan.

“Perbincangan netizen sangat berpengaruh signifikan terhadap agenda media dan agenda publik. Contohnya di Tunisia, Ben Ali ‘jatuh’ akibat aksi bakar diri seorang pedagang kaki lima yang digusur. Fotonya menyebar di media sosial, lalu menjadi pemberitaan media massa,” terangnya.

Sehingga lanjut Iswandi, berbagai isu di media sosial harus diluruskan agar dampaknya tidak meluas.

“Contohnya real count dari kawalpemilu.org yang terus didorong di media sosial. Padahal, itu bukan situs resmi pemerintah. Kalau enggak diluruskan di media sosial akan menjadi kebenaran, dianggap sebagai kebenaran,” pungkasnya.

http://pemilu.okezone.com/read/2014/...enyebar-fitnah

thread fitnah ke bapak prabowo sudah wa laporkan ke rumah polonia di thread :
http://www.kaskus.co.id/post/53c00a3...e24bec018b46a8

dan thread abu abu yang tidak jelas hitam dan putihnya wa masih melihat dulu perkembangannya :
http://www.kaskus.co.id/thread/53c6c...o-ato-lainnya/

untuk semua kaskuser tolong jangan sebar fitnah yang tidak jelas dasarnya karena hal itu rentan dimasa masa yang lagi panas panasnya