- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Romo Magnis: Jokowi Gagal Nyapres, Kerusuhan Meledak. Skenario CSIS Bila JKW kalah


TS
yinluck
Romo Magnis: Jokowi Gagal Nyapres, Kerusuhan Meledak. Skenario CSIS Bila JKW kalah
Romo Magnis: Jokowi Gagal Nyapres, Kerusuhan Meledak
March 5, 2014

Simulasi Penanganan Rusuh Pemilu
intelijen – Jika Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo gagal menjadi calon presiden 2014, akan muncul kerusuhan di Indonesia.
Analisis itu disampaikan tokoh Katolik Romo Franz Magnis Suseno dalam diskusi yang digelar di kantor Maarif Institute, Jakarta (04/03). “Kalau Jokowi tidak maju, maka bisa jadi ada kekerasan,” tegas Romo Magnis.
Selain Jokowi, kata Magnis, resiko yang sama akan timbul jika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto juga gagal menjadi calon presiden. “Mungkin karena tidak lolos ambang batas 20 persen, jika Prabowo tidak maju akan ada masalah,” jelas Magnis.
Lebih jauh Magnis berharap Pemilihan Umum 2014 tidak menjadi sumber malapetaka, yang menyebabkan anak bangsa harus terlibat kerusuhan. Magnis juga berharap pemilihan umum dapat berlangsung dengan jujur dan adil, dan semua pihak menjaga agar tidak terjadi rekayasa perolehan suara.
Diberitakan sebelumnya, desakan agar PDIP mencalonkan Jokowi menjadi presiden 2014, semakin menguat. Namun di sisi lain, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri belum juga memutuskan pencapresan Jokowi.
http://www.intelijen.co.id/romo-magn...suhan-meledak/
Jokowi-JK Berpotensi Berulah Jika Kalah
Selasa, 8 Juli 2014 | 22:37 WIB
inilah..com, Jakarta - Pasangan calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinilai terlalu percaya diri akan menang di pemilu presiden (Pilpres) nanti. Hal ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif jika hasilnya tak sesuai dengan harapan. "Pilpres belum dimulai saja mereka sudah bikin rusuh. Kantor TVOne disegel, rakyat diintimidasi bahkan ada yang dipukuli," kata Penasehat pasangan Prabowo-Hatta, Letjen TNI Purn Suryo Prabowo saat memberi arahan pada relawan Merah Putih Pencegah Kecurangan dan Kerusuhan sekota Solo Raya, Selasa (8/7/2014).
Dengan cara begitu mereka yakin menang lanjut Suryo, kalau mereka kalah kubu Prabowo yang dituduh curang. "Ini artinya mereka tidak siap kalah," ujarnya.
Suryo menambahkan, sejarah kerusuhan dalam pemilu Presiden pernah terjadi pada tahun 1999 saat Megawati sebagai capres yang diusung PDIP kalah oleh Gus Dur. "Saat itu sejumlah kota yang menjadi basis PDIP rusuh di antaranya Medan, Denpasar termasuk Solo. Oleh sebab itu, semua pihak memang harus waspada akan terjadi kerusuhan jika Jokowi kalah. Ini memang ujian terberat bagi Jokowi-JK, mereka harus siap menerima kekalahan. Jadi, jangan bikin kerusuhan karena akan berhadapan dengan rakyat dan aparat," tandasnya.
[url]http://nasional.inilah..com/read/detail/2117710/jokowi-jk-berpotensi-berulah-jika-kalah#.U8cfzkBVZ6h[/url]
Kubu Prabowo: Jika Jokowi-JK Kalah, Apa yang Akan Terjadi?
Jum'at, 11 Juli 2014 - 11:14 wib | Oris Riswan - Okezone
BANDUNG - Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Jawa Barat yakin kandidat yang diusungnya akan memenangkan Pilpres 2014. Bahkan, tim pemenangan akan menerima dengan legowo jika Prabowo-Hatta kalah berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Kalau misalnya Prabowo-Hatta kalah, saya yakin kita akan lebih menerima apapun hasilnya dengan ksatria," kata Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Jawa Barat, Ferry Juliantono, di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (10/7/2014).
Dia justru mempertanyakan apa yang akan dilakukan kubu lawan jika ternyata hasil akhir memperlihatkan kandidat yang diusungnya kalah. Yang jadi pertanyaan, apakah mereka akan menerimanya dengan legowo atau tidak.
"Coba tanyakan sama mereka (tim Jokowi-JK) apa yang akan terjadi," cetusnya.
Apalagi saat ini, kubu lawan terus membentuk opini publik bahwa Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres. Klaim kemenangan pun didasarkan pada hasil quick count lembaga survei. "Saya memahami kalau itu dianggap sebagai manuver politik sebelum ada proses rekapitulasi sebenarnya (di tingkat KPU)," jelas Ferry.
Ia menduga, nantinya akan ada langkah tertentu yang diambil kubu Jokowi-JK jika akhirnya KPU memutuskan Prabowo-Hatta sebagai pemenang. "Menurut saya ini ada indikasi kuat memang akan terjadi operasi atau langkah politik untuk membenarkan apa yang sudah mereka sampaikan," paparnya. Ferry bahkan menyebut kubu Jokowi-JK akan menganggap ada kecurangan dalam pilpres jika Prabowo-Hatta ditetapkan sebagai pemenang. "Mereka akan beranggapan ada proses kecurangan yang dilakukan (dalam pilpres)," ucapnya.
Terlebih, menurutnya JK terus menyatakan bahwa hanya kecurangan yang bisa menggagalkan kemenangan Jokowi-JK. "Dan itu terus disambungkan dengan klaim kemenangan yang terlalu dini," tegasnya. Disinggung apakah kubu Prabowo-Hatta merasa terdzolimi dengan klaim kemenangan kubu lawan, Ferry justru punya jawaban lain. "Kita merasa lucu dengan klaim kemenangan (Jokowi-JK). Yang mereka sampaikan berdasarkan hasil quick count, itu diulang-ulang seolah kebenaran dan dimasukkan, dijejalkan di otak dan hati masyarakat," bebernya. Sementara jika kubu Jokowi-JK melakukan langkah tertentu bila kalah, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah. "Kita belum tahu kalau misalkan diputuskan KPU pemenangnya bukan Jokowi-JK apa yang akan terjadi. Ini harus kita antisipasi," tandasnya.
http://pemilu.okezone.com/read/2014/...g-akan-terjadi
Jokowi-JK Bisa Kalah di Pilpres, Jika Kecurangan Luar Biasa
Selasa, 10 Juni 2014 | 13:32 WIB
TEMPO.CO, Pinrang - Kubu pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, mengklaim pasangan ini hanya dapat dikalahkan jika ada kejadian luar biasa. Sebab tingkat elektabilitas Jokowi-JK bertaut jauh dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Juru bicara koalisi Gotong Royong, koalisi pengusung Jokowi-JK, Jamaluddin, mengatakan kejadian luar biasa yang dimaksudkannya, di antaranya praktek politik uang yang dilakukan secara masif di daerah-daerah yang menjadi lumbung suara Jokowi-JK.
Selain politik uang, yang dikhawatirkan adalah kegiatan semacam intervensi secara intelijen, serta penyebaran isu negatif terhadap Jokowi-JK. "Khusus untuk isu negatif, kami yakin tidak akan banyak pengaruhnya karena figur Jokowi yang sederhana dan merakyat,” kata Jamaluddin kepada Tempo, Selasa, 10 Juni 2014.
Hasil survei secara nasional memperlihatkan tingkat elektabilitas Jokowi-JK sebanyak 43 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 28 persen. Demikian pula hasil survei di daerah pemilihan III Sulawesi Selatan, yang meliputi sembilan kabupaten dan kota pada awal April, Jusuf Kalla mendapatkan dukungan suara 62 persen, Joko Widodo 8 persen, Prabowo 18 persen, dan Hatta Rajasa 1,8 persen.
Atas dasar fakta tersebut, Jamaluddin, mengatakan waktu yang tersisa kurang dari sebulan sebelum pencoblosan 9 Juli mendatang, sangat sulit bagi Prabowo-Hatta mengungguli Jokowi-JK. Direktur Eksekutif Jaika Consulting itu bahkan menargetkan Jokowi-JK memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 70-75 persen.
Sebelumnya ketua tim pemenangan koalisi Merah Putih, pengusung Prabowo-Hatta, Kabupaten Pinrang, Usman Marham, mengatakan partai yang bergabung dalam koalisi Merah Putih akan menghimpun semua kiat dan trik untuk merangkul suara pendukung para calon anggota legislatif 9 April 2014. "Dengan kekuatan yang ada, kami optimistis bisa menang 70 persen di Kabupaten Pinrang," ujarnya.
Adapun ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta Sulawesi Selatan, Latinro la Tunrung, mengatakan pemilih cerdas yang ada di daerah ini hanya berkisar 22 persen. Dari jumlah itu, 91 persen memilih Prabowo-Hatta.
Sisa 78 persen pemilih lainnya, kata Latinro, juga akan menjadi target untuk mengarahkan pilihannya kepada Prabowo-Hatta. “Ini menjadi tugas kami, yakni meyakinkan pemilih hingga tingkat akar rumput, Prabowo-Hatta mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ucapnya.
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...i-Pilpres-Jika
Pengamat: Jika Jokowi Kalah Pilpres 2014, Potong Leher Saya!
25 Sep 2013 01:18

Berdasarkan hasil riset lembaga penelitian perbincangan politik Politicawave, Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjadi 2 tokoh terpopuler dalam perbincangan di media sosial untuk dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 2014.
Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Ade Armando menilai, hasil survei dari media sosial patut menjadi pertimbangan penting oleh setiap figur politik, karena setiap konten yang diperbincangkan di media sosial dapat mempengaruhi pemberitaan media massa, begitu juga sebaliknya. "Media sosial didominasi kelas menengah, tidak menyeluruh, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk mengabaikan pengaruh media sosial, karena suara kelas menengah itu sangat kencang dan mempengaruhi media massa," ujar Ade di Jakarta, Selasa (24/9/2013).
Ade juga yakin jika Jokowi maju sebagai calon presiden, kader PDIP itu sudah dapat dipastikan akan memenangi pemiihan presiden (Pilpres) 2014. Bahkan ia berani bertaruh. "Potong leher saya jika Jokowi kalah! Jika dia maju saat ini," cetus Ade.
Sementara itu, pengamat politik Charta Politica, Yunarto Wijaya, mengatakan hasil survei dari media sosial sebaiknya tidak digunakan sebagai alat ukur utama karena dapat saja membuat malas para kandidat untuk terjun langsung mengenal masyarakat. Yunarto menekankan yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang diketahui dan mengetahui secara komprehensif antara satu sama lain antara rakyat dan pemimpin.
Namun dia mengakui media sosial memang mampu mendekontruksi citra setiap figur politik, bahkan menghabiskan karir politik seseorang. "Jika seseorang dibenci di media sosial, bisa dikatakan habis dia," jelas Yunarto. Dalam survei Politicawave yang dirilis 24 September, Jokowi-JK meraih kuantitas tertinggi dengan persentasi 16% dalam 3.994.528 percakapan dengan pengguna media sosial di Indonesia yang mencapai 80 juta orang.
http://news.liputan6.com/read/702080...ong-leher-saya
-----------------------------
Puasa-puasa kok ngajak rusuh ...

March 5, 2014

Simulasi Penanganan Rusuh Pemilu
intelijen – Jika Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo gagal menjadi calon presiden 2014, akan muncul kerusuhan di Indonesia.
Analisis itu disampaikan tokoh Katolik Romo Franz Magnis Suseno dalam diskusi yang digelar di kantor Maarif Institute, Jakarta (04/03). “Kalau Jokowi tidak maju, maka bisa jadi ada kekerasan,” tegas Romo Magnis.
Selain Jokowi, kata Magnis, resiko yang sama akan timbul jika Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto juga gagal menjadi calon presiden. “Mungkin karena tidak lolos ambang batas 20 persen, jika Prabowo tidak maju akan ada masalah,” jelas Magnis.
Lebih jauh Magnis berharap Pemilihan Umum 2014 tidak menjadi sumber malapetaka, yang menyebabkan anak bangsa harus terlibat kerusuhan. Magnis juga berharap pemilihan umum dapat berlangsung dengan jujur dan adil, dan semua pihak menjaga agar tidak terjadi rekayasa perolehan suara.
Diberitakan sebelumnya, desakan agar PDIP mencalonkan Jokowi menjadi presiden 2014, semakin menguat. Namun di sisi lain, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri belum juga memutuskan pencapresan Jokowi.
http://www.intelijen.co.id/romo-magn...suhan-meledak/
Jokowi-JK Berpotensi Berulah Jika Kalah
Selasa, 8 Juli 2014 | 22:37 WIB
inilah..com, Jakarta - Pasangan calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) dinilai terlalu percaya diri akan menang di pemilu presiden (Pilpres) nanti. Hal ini dikhawatirkan akan membawa dampak negatif jika hasilnya tak sesuai dengan harapan. "Pilpres belum dimulai saja mereka sudah bikin rusuh. Kantor TVOne disegel, rakyat diintimidasi bahkan ada yang dipukuli," kata Penasehat pasangan Prabowo-Hatta, Letjen TNI Purn Suryo Prabowo saat memberi arahan pada relawan Merah Putih Pencegah Kecurangan dan Kerusuhan sekota Solo Raya, Selasa (8/7/2014).
Dengan cara begitu mereka yakin menang lanjut Suryo, kalau mereka kalah kubu Prabowo yang dituduh curang. "Ini artinya mereka tidak siap kalah," ujarnya.
Suryo menambahkan, sejarah kerusuhan dalam pemilu Presiden pernah terjadi pada tahun 1999 saat Megawati sebagai capres yang diusung PDIP kalah oleh Gus Dur. "Saat itu sejumlah kota yang menjadi basis PDIP rusuh di antaranya Medan, Denpasar termasuk Solo. Oleh sebab itu, semua pihak memang harus waspada akan terjadi kerusuhan jika Jokowi kalah. Ini memang ujian terberat bagi Jokowi-JK, mereka harus siap menerima kekalahan. Jadi, jangan bikin kerusuhan karena akan berhadapan dengan rakyat dan aparat," tandasnya.
[url]http://nasional.inilah..com/read/detail/2117710/jokowi-jk-berpotensi-berulah-jika-kalah#.U8cfzkBVZ6h[/url]
Kubu Prabowo: Jika Jokowi-JK Kalah, Apa yang Akan Terjadi?
Jum'at, 11 Juli 2014 - 11:14 wib | Oris Riswan - Okezone
BANDUNG - Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Jawa Barat yakin kandidat yang diusungnya akan memenangkan Pilpres 2014. Bahkan, tim pemenangan akan menerima dengan legowo jika Prabowo-Hatta kalah berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Kalau misalnya Prabowo-Hatta kalah, saya yakin kita akan lebih menerima apapun hasilnya dengan ksatria," kata Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa Jawa Barat, Ferry Juliantono, di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (10/7/2014).
Dia justru mempertanyakan apa yang akan dilakukan kubu lawan jika ternyata hasil akhir memperlihatkan kandidat yang diusungnya kalah. Yang jadi pertanyaan, apakah mereka akan menerimanya dengan legowo atau tidak.
"Coba tanyakan sama mereka (tim Jokowi-JK) apa yang akan terjadi," cetusnya.
Apalagi saat ini, kubu lawan terus membentuk opini publik bahwa Jokowi-JK sebagai pemenang pilpres. Klaim kemenangan pun didasarkan pada hasil quick count lembaga survei. "Saya memahami kalau itu dianggap sebagai manuver politik sebelum ada proses rekapitulasi sebenarnya (di tingkat KPU)," jelas Ferry.
Ia menduga, nantinya akan ada langkah tertentu yang diambil kubu Jokowi-JK jika akhirnya KPU memutuskan Prabowo-Hatta sebagai pemenang. "Menurut saya ini ada indikasi kuat memang akan terjadi operasi atau langkah politik untuk membenarkan apa yang sudah mereka sampaikan," paparnya. Ferry bahkan menyebut kubu Jokowi-JK akan menganggap ada kecurangan dalam pilpres jika Prabowo-Hatta ditetapkan sebagai pemenang. "Mereka akan beranggapan ada proses kecurangan yang dilakukan (dalam pilpres)," ucapnya.
Terlebih, menurutnya JK terus menyatakan bahwa hanya kecurangan yang bisa menggagalkan kemenangan Jokowi-JK. "Dan itu terus disambungkan dengan klaim kemenangan yang terlalu dini," tegasnya. Disinggung apakah kubu Prabowo-Hatta merasa terdzolimi dengan klaim kemenangan kubu lawan, Ferry justru punya jawaban lain. "Kita merasa lucu dengan klaim kemenangan (Jokowi-JK). Yang mereka sampaikan berdasarkan hasil quick count, itu diulang-ulang seolah kebenaran dan dimasukkan, dijejalkan di otak dan hati masyarakat," bebernya. Sementara jika kubu Jokowi-JK melakukan langkah tertentu bila kalah, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah langkah. "Kita belum tahu kalau misalkan diputuskan KPU pemenangnya bukan Jokowi-JK apa yang akan terjadi. Ini harus kita antisipasi," tandasnya.
http://pemilu.okezone.com/read/2014/...g-akan-terjadi
Jokowi-JK Bisa Kalah di Pilpres, Jika Kecurangan Luar Biasa
Selasa, 10 Juni 2014 | 13:32 WIB
TEMPO.CO, Pinrang - Kubu pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, mengklaim pasangan ini hanya dapat dikalahkan jika ada kejadian luar biasa. Sebab tingkat elektabilitas Jokowi-JK bertaut jauh dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Juru bicara koalisi Gotong Royong, koalisi pengusung Jokowi-JK, Jamaluddin, mengatakan kejadian luar biasa yang dimaksudkannya, di antaranya praktek politik uang yang dilakukan secara masif di daerah-daerah yang menjadi lumbung suara Jokowi-JK.
Selain politik uang, yang dikhawatirkan adalah kegiatan semacam intervensi secara intelijen, serta penyebaran isu negatif terhadap Jokowi-JK. "Khusus untuk isu negatif, kami yakin tidak akan banyak pengaruhnya karena figur Jokowi yang sederhana dan merakyat,” kata Jamaluddin kepada Tempo, Selasa, 10 Juni 2014.
Hasil survei secara nasional memperlihatkan tingkat elektabilitas Jokowi-JK sebanyak 43 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 28 persen. Demikian pula hasil survei di daerah pemilihan III Sulawesi Selatan, yang meliputi sembilan kabupaten dan kota pada awal April, Jusuf Kalla mendapatkan dukungan suara 62 persen, Joko Widodo 8 persen, Prabowo 18 persen, dan Hatta Rajasa 1,8 persen.
Atas dasar fakta tersebut, Jamaluddin, mengatakan waktu yang tersisa kurang dari sebulan sebelum pencoblosan 9 Juli mendatang, sangat sulit bagi Prabowo-Hatta mengungguli Jokowi-JK. Direktur Eksekutif Jaika Consulting itu bahkan menargetkan Jokowi-JK memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 70-75 persen.
Sebelumnya ketua tim pemenangan koalisi Merah Putih, pengusung Prabowo-Hatta, Kabupaten Pinrang, Usman Marham, mengatakan partai yang bergabung dalam koalisi Merah Putih akan menghimpun semua kiat dan trik untuk merangkul suara pendukung para calon anggota legislatif 9 April 2014. "Dengan kekuatan yang ada, kami optimistis bisa menang 70 persen di Kabupaten Pinrang," ujarnya.
Adapun ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta Sulawesi Selatan, Latinro la Tunrung, mengatakan pemilih cerdas yang ada di daerah ini hanya berkisar 22 persen. Dari jumlah itu, 91 persen memilih Prabowo-Hatta.
Sisa 78 persen pemilih lainnya, kata Latinro, juga akan menjadi target untuk mengarahkan pilihannya kepada Prabowo-Hatta. “Ini menjadi tugas kami, yakni meyakinkan pemilih hingga tingkat akar rumput, Prabowo-Hatta mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ucapnya.
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...i-Pilpres-Jika
Pengamat: Jika Jokowi Kalah Pilpres 2014, Potong Leher Saya!
25 Sep 2013 01:18

Berdasarkan hasil riset lembaga penelitian perbincangan politik Politicawave, Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) dan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjadi 2 tokoh terpopuler dalam perbincangan di media sosial untuk dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden pada 2014.
Pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Ade Armando menilai, hasil survei dari media sosial patut menjadi pertimbangan penting oleh setiap figur politik, karena setiap konten yang diperbincangkan di media sosial dapat mempengaruhi pemberitaan media massa, begitu juga sebaliknya. "Media sosial didominasi kelas menengah, tidak menyeluruh, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk mengabaikan pengaruh media sosial, karena suara kelas menengah itu sangat kencang dan mempengaruhi media massa," ujar Ade di Jakarta, Selasa (24/9/2013).
Ade juga yakin jika Jokowi maju sebagai calon presiden, kader PDIP itu sudah dapat dipastikan akan memenangi pemiihan presiden (Pilpres) 2014. Bahkan ia berani bertaruh. "Potong leher saya jika Jokowi kalah! Jika dia maju saat ini," cetus Ade.
Sementara itu, pengamat politik Charta Politica, Yunarto Wijaya, mengatakan hasil survei dari media sosial sebaiknya tidak digunakan sebagai alat ukur utama karena dapat saja membuat malas para kandidat untuk terjun langsung mengenal masyarakat. Yunarto menekankan yang dibutuhkan masyarakat adalah pemimpin yang diketahui dan mengetahui secara komprehensif antara satu sama lain antara rakyat dan pemimpin.
Namun dia mengakui media sosial memang mampu mendekontruksi citra setiap figur politik, bahkan menghabiskan karir politik seseorang. "Jika seseorang dibenci di media sosial, bisa dikatakan habis dia," jelas Yunarto. Dalam survei Politicawave yang dirilis 24 September, Jokowi-JK meraih kuantitas tertinggi dengan persentasi 16% dalam 3.994.528 percakapan dengan pengguna media sosial di Indonesia yang mencapai 80 juta orang.
http://news.liputan6.com/read/702080...ong-leher-saya
-----------------------------
Puasa-puasa kok ngajak rusuh ...

0
2.5K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan