- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
BERSEDIAKAH AKU MENIKAH DENGANKU (maknanya dalem gan)
TS
qruns
BERSEDIAKAH AKU MENIKAH DENGANKU (maknanya dalem gan)
langsung aja gan,, ane nemu artikel menarik dari mbah google,,
Maukah aku menikah denganku?
Aku teringat pada sebuah artikel, yang memiliki
statmen pertanyaan “ Bersediakah aku
menikahiku”? waw..pertanyaan mengalihkan
perhatianku dan aku tersenyum aneh. Cukup
menggelitik, sungguh mebuatku berfikir dan
penasaran apa maksud dari statmen itu.. hmm -_-
Maukah aku menikah denganku? Hhe rasanya
menggelitik jika kita mengingat pertanyaan itu.
Sampai-sampai itu menjadi statusku dan beberapa
teman-teman kebingungan dan mengatakannya
aneh. Ok sip, aku terima karena jika kita tak
berfikir maka itu adalah pertanyaan yang tak
mungkin. Namun, sebenarnya statmen pada artikel
itu memiliki makna besar yang sangat mendalam
khususnya untuk diriku sendiri. Kata itu
membuatku berpikir panjang dan membuatku
merenung begitu mendalam. Lalu terlintas aku
berfikir semua perilakuku dan kebiasaanku
kemudian mengajukan pertanyaan yang begitu
penting :
“apabila aku bertemu dengan seseorang (diriku
sendiri) memiliki karakter yang sama, sifat,
perilaku, dan kebiasaan yang sama bersediakah
aku menikahinya?”
Aku sepatutnya berscermin pada perilakuku
sendiri and itulah kuncinya karena bukan tingkah
laku dan karakter yang ingin kumiliki dimasa
depan akan tetapi periode evaluasinya adalah
sekarang, saat ini, dan sedang berlangsung. Aku
pun terus melanjutkan pemikiranku, cara ini
sangatlah efektif, hmm sudikah aku menikah
denganku? Dan jawaban jujurku mengatakan
dengan tegas “mungkin” atau “bisa jadi” lalu aku
mengkerutkan jidatku :/ lalu apa yang harus aku
lakukan agar jawabanku bisa berubah dari
mungkin menjadi “IYA DONG” dengan lantang.
Dan begitulah, aku terus melanjutkan pemikiranku
Sebab aku berfikir bahwa cara ini luar biasa maka
aku membuat pertanyaan yang memiliki alur sama
dengan kata itu, seperti: bersediakah aku berteman
denganku? Maukah aku mempercayaiku ku?
Bersediahkah aku mencintaiku? Sudikah aku
menjadi sauadaraku? Maukah aku menjadi
atasanku?
Agar lebih simple di mengerti, mari kita buat
pertanyaan yang sepertinya lebih mudah dengan
cara mengubah sedikit formatnya: “ bersedikah
aku berteman dengan orang persis sepertiku?
Maukah aku mempercayai orang yang sepertiku?
Sudikah aku mencintai orang lain yang sama
sepertiku?
Jika kita membohongi orang lain, memiliki
perilaku yang buruk, egois, curang, dan masih
banyak lagi, sudikah kita menerima semua itu jika
hal yang sebaliknya terjadi pada kita atau orang
yang saya cintai sama seperti itu ?
Hmm..Kalian tahu jawaban akan semua
pertanyaanku? Hheh sedikit membuatku tergelitik.
Hasilnya aku menjawab dengan tegas bahwa “ aku
kan manusia biasa penuh khilaf dan salah (-_-
diffens) serta penuh dengan kekurangan namun
tentunya perubahan perilaku akan membawa
manfaat bagi diriku sendiri. Lalu aku tersenyum
sendiri mendengar semua jawabanku itu bahkan
aku tersipu malu didepan cermin dan akupun
sadar artikel itu mengajariku begitu pentingnya
perubahan. Memperbaiki diri. Berusaha.
Transformasi.
Artikel itu mengajariku cara begitu luar biasa
menilai karakter diri sendiri dan perilaku ku saat
ini. I think tidak ada pertanyaan pilihan ganda
yang tepat untuk menilai diri sendiri namun hanya
satu pertanyaan dan jawabanya hanya kita yang
mampu menjawabnya.
Allah Swt sang maha Bijaksana, telah mengajari
kita begitu pentignya bertanggung jawab atas
perilaku dan tindakan kita sendiri:
Bagi Siapa diantara kamu yang hendak
mendahului, atau tinggal di belakang saja. Setiap
orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Al
Muddattsir 74 (37-38)
Subahanllah. Kita semua akan diminta
pertanggung jawaban dan di minta menjelaskan
semua alasan tindakan kita. Hmmm.. yahh
Bertanggung Jawab, begitu menjadi beban
moral untuk diriku sendiri membuatku gelisah
dan merenung. -_-
Berkat semua itu, aku bertekad untuk
melakukan perubahan. Aku harus berubah dan
merubah apa yang ada dalam diriku mengenai
ketidakkonsistenan dengan agamaku. Sebab,
kelak aku akan ditanya oleh Tuhanku. Hal ini
membuatku sadar ada sesuatu yang begitu
berat. Bayangkan saja, aku dipanggil didepan
seluruh umat manusia dari manusia pertama
hingga terakhir. Semua mata tertuju padaku,
slide-slide kesalahanku ditonton, dibeberkan,
dan ditonton semua manusia. Betapa hinanya,
begitu menakutkan, begitu memalukan, dan
terhina rasanya. Rasanya aku tak sanggup
mengahadapi kejadian itu. Membanyangkannya
saja membuatku berinding. Astagfirullah..
ampuni diri ini Ya Allah. L.
Aku harus berusaha, agar peristiwa itu tak tertimpa
padaku. Aku tahu aku harus merubah apa yang
buruk pada diriku, sedikit demi sedikit. Memang
tidak mudah seperti membalikkan telapak, namun
aku harus melakukannya. Rasulullah bersabda :
Barang siapa melihat suatu kemungkaran patutlah
dia mengubah dengan tangannya dan jika dia
tidak mampu hendaklah membetulkan dengan
lidahnya, dan jika dia tidak mampu hendaklah (ia
menentang kemungkaran itu) dengan hatinya dan
itulah selemah-lemahnya iman (HR Muslim).
Hadis tersebut, menjadi nasihat untuk diriku
sendiri dan aku harus bisa mengaplikasikannya.
(amiin) aku harus merubahnya dengan tindakan
dan usaha. Insya Allah aku pasti bisa dan aku
harus melakukannya sendiri karena bukankah
Allah takkan mengubah nasib seseorang jika tidak
merubahnya sendiri? Jadi jelas sekali semua
tergantung padaku. Dan jika aku terus berusaha
tentunya Allah akan memberikan ku ini :
Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman supaya kamu Berjaya
(An-Nur 24:31)
Yaps Berjaya. Hebat bukan? Kata supaya dalam
“supaya kamu Berjaya” itu adalah jaminan. seperti,
makanlah supaya kamu kenyang, belajarlah supaya
kamu dapat nilai ujian A, tidurlah supaya lelah mu
hilang. Turutilah Allah supaya kita Berjaya. Itu
jaminan dari Allah. Ingin Berubah? Mari kita
bertaubat. Terus berusaha memperbaiki diri.
Fightinggg.. :’) ^_^
Maukah aku menikah denganku?
Aku teringat pada sebuah artikel, yang memiliki
statmen pertanyaan “ Bersediakah aku
menikahiku”? waw..pertanyaan mengalihkan
perhatianku dan aku tersenyum aneh. Cukup
menggelitik, sungguh mebuatku berfikir dan
penasaran apa maksud dari statmen itu.. hmm -_-
Maukah aku menikah denganku? Hhe rasanya
menggelitik jika kita mengingat pertanyaan itu.
Sampai-sampai itu menjadi statusku dan beberapa
teman-teman kebingungan dan mengatakannya
aneh. Ok sip, aku terima karena jika kita tak
berfikir maka itu adalah pertanyaan yang tak
mungkin. Namun, sebenarnya statmen pada artikel
itu memiliki makna besar yang sangat mendalam
khususnya untuk diriku sendiri. Kata itu
membuatku berpikir panjang dan membuatku
merenung begitu mendalam. Lalu terlintas aku
berfikir semua perilakuku dan kebiasaanku
kemudian mengajukan pertanyaan yang begitu
penting :
“apabila aku bertemu dengan seseorang (diriku
sendiri) memiliki karakter yang sama, sifat,
perilaku, dan kebiasaan yang sama bersediakah
aku menikahinya?”
Aku sepatutnya berscermin pada perilakuku
sendiri and itulah kuncinya karena bukan tingkah
laku dan karakter yang ingin kumiliki dimasa
depan akan tetapi periode evaluasinya adalah
sekarang, saat ini, dan sedang berlangsung. Aku
pun terus melanjutkan pemikiranku, cara ini
sangatlah efektif, hmm sudikah aku menikah
denganku? Dan jawaban jujurku mengatakan
dengan tegas “mungkin” atau “bisa jadi” lalu aku
mengkerutkan jidatku :/ lalu apa yang harus aku
lakukan agar jawabanku bisa berubah dari
mungkin menjadi “IYA DONG” dengan lantang.
Dan begitulah, aku terus melanjutkan pemikiranku
Sebab aku berfikir bahwa cara ini luar biasa maka
aku membuat pertanyaan yang memiliki alur sama
dengan kata itu, seperti: bersediakah aku berteman
denganku? Maukah aku mempercayaiku ku?
Bersediahkah aku mencintaiku? Sudikah aku
menjadi sauadaraku? Maukah aku menjadi
atasanku?
Agar lebih simple di mengerti, mari kita buat
pertanyaan yang sepertinya lebih mudah dengan
cara mengubah sedikit formatnya: “ bersedikah
aku berteman dengan orang persis sepertiku?
Maukah aku mempercayai orang yang sepertiku?
Sudikah aku mencintai orang lain yang sama
sepertiku?
Jika kita membohongi orang lain, memiliki
perilaku yang buruk, egois, curang, dan masih
banyak lagi, sudikah kita menerima semua itu jika
hal yang sebaliknya terjadi pada kita atau orang
yang saya cintai sama seperti itu ?
Hmm..Kalian tahu jawaban akan semua
pertanyaanku? Hheh sedikit membuatku tergelitik.
Hasilnya aku menjawab dengan tegas bahwa “ aku
kan manusia biasa penuh khilaf dan salah (-_-
diffens) serta penuh dengan kekurangan namun
tentunya perubahan perilaku akan membawa
manfaat bagi diriku sendiri. Lalu aku tersenyum
sendiri mendengar semua jawabanku itu bahkan
aku tersipu malu didepan cermin dan akupun
sadar artikel itu mengajariku begitu pentingnya
perubahan. Memperbaiki diri. Berusaha.
Transformasi.
Artikel itu mengajariku cara begitu luar biasa
menilai karakter diri sendiri dan perilaku ku saat
ini. I think tidak ada pertanyaan pilihan ganda
yang tepat untuk menilai diri sendiri namun hanya
satu pertanyaan dan jawabanya hanya kita yang
mampu menjawabnya.
Allah Swt sang maha Bijaksana, telah mengajari
kita begitu pentignya bertanggung jawab atas
perilaku dan tindakan kita sendiri:
Bagi Siapa diantara kamu yang hendak
mendahului, atau tinggal di belakang saja. Setiap
orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Al
Muddattsir 74 (37-38)
Subahanllah. Kita semua akan diminta
pertanggung jawaban dan di minta menjelaskan
semua alasan tindakan kita. Hmmm.. yahh
Bertanggung Jawab, begitu menjadi beban
moral untuk diriku sendiri membuatku gelisah
dan merenung. -_-
Berkat semua itu, aku bertekad untuk
melakukan perubahan. Aku harus berubah dan
merubah apa yang ada dalam diriku mengenai
ketidakkonsistenan dengan agamaku. Sebab,
kelak aku akan ditanya oleh Tuhanku. Hal ini
membuatku sadar ada sesuatu yang begitu
berat. Bayangkan saja, aku dipanggil didepan
seluruh umat manusia dari manusia pertama
hingga terakhir. Semua mata tertuju padaku,
slide-slide kesalahanku ditonton, dibeberkan,
dan ditonton semua manusia. Betapa hinanya,
begitu menakutkan, begitu memalukan, dan
terhina rasanya. Rasanya aku tak sanggup
mengahadapi kejadian itu. Membanyangkannya
saja membuatku berinding. Astagfirullah..
ampuni diri ini Ya Allah. L.
Aku harus berusaha, agar peristiwa itu tak tertimpa
padaku. Aku tahu aku harus merubah apa yang
buruk pada diriku, sedikit demi sedikit. Memang
tidak mudah seperti membalikkan telapak, namun
aku harus melakukannya. Rasulullah bersabda :
Barang siapa melihat suatu kemungkaran patutlah
dia mengubah dengan tangannya dan jika dia
tidak mampu hendaklah membetulkan dengan
lidahnya, dan jika dia tidak mampu hendaklah (ia
menentang kemungkaran itu) dengan hatinya dan
itulah selemah-lemahnya iman (HR Muslim).
Hadis tersebut, menjadi nasihat untuk diriku
sendiri dan aku harus bisa mengaplikasikannya.
(amiin) aku harus merubahnya dengan tindakan
dan usaha. Insya Allah aku pasti bisa dan aku
harus melakukannya sendiri karena bukankah
Allah takkan mengubah nasib seseorang jika tidak
merubahnya sendiri? Jadi jelas sekali semua
tergantung padaku. Dan jika aku terus berusaha
tentunya Allah akan memberikan ku ini :
Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman supaya kamu Berjaya
(An-Nur 24:31)
Yaps Berjaya. Hebat bukan? Kata supaya dalam
“supaya kamu Berjaya” itu adalah jaminan. seperti,
makanlah supaya kamu kenyang, belajarlah supaya
kamu dapat nilai ujian A, tidurlah supaya lelah mu
hilang. Turutilah Allah supaya kita Berjaya. Itu
jaminan dari Allah. Ingin Berubah? Mari kita
bertaubat. Terus berusaha memperbaiki diri.
Fightinggg.. :’) ^_^
Diubah oleh qruns 12-05-2014 20:46
0
2.6K
26
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan